[:id]Selaksa Cerita Mahasiswa FKIP PKL Internasional EFT di Malaysia[:en]International Internship of EFT Course[:]

0
1892

[:id]

“Kesannya…. sungguh berkesan.” tutur Muhammad Agus Muwafiqi atau biasa disapa Fiqi membuka pembicaraan mengenai pengalaman praktik kerja lapangan English for Tourism, selanjutnya disingkat EFT, selama empat minggu.

Tepatnya di Bukit Gambang Resort City, sebuah destinasi wisata populer sejauh 218 KM dari Kuala Lumpur. Di resort besar di pesisir timur Semenanjung Malaysia ini sebanyak dua puluh satu mahasiswa PBI semester 5 melaksanakan PKL EFT dengan lancar sehingga sesuai jadwal pada tanggal 6 Desember 2017 mereka telah kembali ke kampus FKIP tercinta membawa berbagai cerita dan pengalaman berharga.

“Kami bisa praktik secara langsung di dunia pariwisata. Di sana kami ditempatkan di Safari Park dan Water Park. Banyak hal yang kami lakukan mulai dari menjadi pemandu wisata, melayani pembelian tiket, memindai tiket pengunjung, memberikan informasi mengenai tempat wisata yang ada, serta belajar bagaimana melayani pengunjung dengan baik yang teorinya kami dapat di kelas” sambung Fiqi.

Fiqi menambahkan bahwa banyak ilmu yang ia dan teman-teman dapatkan ketika praktik yang tentu tidak didapatkan di bangku perkuliahan. Ketika praktik ia secara nyata dituntut untuk mampu cepat beradaptasi dan learning by doing. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri. Terlebih, PKL memberikan pengetahuan mengenai kerasnya dunia kerja yang belum pernah dirasakan terutama bagi mahasiswa yang belum pernah bekerja sebelumnya.

Pada kesempatan terpisah Yoshinta Adinda Bayu juga mengungkapkan bahwa PKL Internasional EFT memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan foreigner, atau orang asing. Peristiwa menarik pun sering terjadi  “Apalagi ketika bertemu dengan orang India atau Chinese yang tidak bisa berbahasa Melayu maupun bahasa Inggris. Saat guiding kami harus menjelaskan beberapa hal  penting menggunakan bahasa tubuh. Menggunakan bahasa Inggris kadang-kadang malah membuat mereka bingung. Walaupun Malaysia itu ESL (Bahasa Inggris diakui sebagai bahasa ke-dua) tapi faktanya masih banyak ditemui orang yang tidak bisa berbahasa Inggris dengan lancar. Intinya pada akhirnya ketika berkomunikasi dengan orang asing yang seperti ini: I understand you understand laah, grammar nomer sekian”

Ulfa Purnamasari yang selain melaksanakan PKL juga mendapat kepercayaan untuk menampilkan tari nusantara bersama kedua mahasiswa lain menambahkan, “Sangat berkesan. Di sana saya merasa senang sekali dapat membawakan tarian di depan para tamu dari Malaysia. Kami memperkenalkan salah satu tarian kreasi nusantara.” Ulfa bersama Cahyadhini Arupadhatu dan Emi Arin Budiarti telah mempersiapkan tarian tersebut dengan latihan intensif. Bahkan untuk mendukung penampilan mereka membawa jaran kepang dan properti tari lengkap dari Magelang.

Menutup sharing pengalaman ketiganya mewakili mahasiswa PKL Internasional EFT juga sepakat berharap akan adanya perkembangan yang lebih baik di segala faktor dalam pelaksanaan PKL Internasional. Hal ini diamini oleh Ketua Pelaksana, Ali Imron, M.Hum yang mengawal langsung pelaksanaan kegiatan ini. “Kami berharap pengalaman yang dirasakan oleh tim  pionir alias babat alas PKL Internasional EFT, FKIP Universitas Tidar ini dapat menjadi bahan evaluasi yang penting bagi pelaksanaan kegiatan serupa yang semakin baik di tahun-tahun mendatang.” (WD)

[:en]

“I’m very impressed……” said Muhammad Agus Muwafiqi or usually called as Fiqi when he asked his experience during joining internship in English for Tourism course for four weeks.

They did internship in Bukit Gambang Resort City, one of popular tourism destination which is located 218 km from Kuala Lumpur. There were 21 English Education study program’s students who joined this internship until 6 December 2017.

“In this resort, we can practice in tourism sector directly. We were located in Safari Park and Water Park. We did not only guiding, ticketing, scanning ticket, giving information about tourist destination, but we also learned servicing tourist which we had learned theoretically in class before”, added Fiqi.

He also said that in the resort, they could learn knowledge that was not given in the class. During internship, they must able to adapt quickly and learning by doing. It was challenging, since internship showed as the reality in work place.

Yoshinta Adinda Bayu, another student who also joined this internship, said that she could interact directly with foreigner. We also faced interesting incident, such as we must guide with body language when we met Chinese or Indian since English or Malay only made them more confused. Although Malaysia is ESL (English as Second Language) country, there are lots of Malaysian who cannot speak English fluently. In here the basic rule is “I understand, you understand, don’t care with grammar”.

Ulfa Purnamasari, who not only joined internship but also performed national dance with two other students, said “I’m impressed, moreover I can showed to Malaysian our national creation dance.” To support her performance, Ulfa and her friends, Cahyadini Arupadhatu and emi Arin Budiarti, practiced that dance intensively and also brought jaran kepang (flat horse rode by dancer as property, made by bamboo) and other properties from Magelang.

In this end of the interview, they hoped that international internship for English for Tourism course must be better in all aspects in the next implementation. As Ali Imron, M.Hum., as the lecturer of EFT who also took a part directly, said “we hope the pioneers’ experience can be important evaluation’s material for the next international internship in other course in this faculty, in this university”. (GF)

[:]

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY