[:id]EFT in Practice: Membekali Mahasiswa dengan Pengalaman Guiding[:]
[:id]
Pada 2 Mei 2017, sejumlah mahasiswa Universitas Tidar melakukan magang di Supoyo Grabah dan Keramik yang berlokasi di Desa Klipoh, Kecamatan Karanganyar, Borobudur, Magelang. Para mahasiswa tersebut melakukan praktek dalam rangka Mata Kuliah English for Tourism in Practice. Mereka akan melakukan banyak aktivitas yang akan menunjang kemampuan Bahasa Inggris dan pariwisata dalam bidang guiding. Para mahasiswa melakukan magang di supoyo grabah dan keramik selama kurang lebih 1 bulan dengan berbekal kemampuan yang mereka dapatkan di EFT 1 dan EFT 2.
Para mahasiswa tersebut mengalami banyak pengalaman yang berharga bagi mereka semua. Salah satu yang paling berkesan bagi mereka semua adalah cara membuat keramik. Keramik – keramik tersebut terbuat dari tanah liat yang bisa didapatkan di sekitar desa. Tanah liat yang telah digali dan diambil tersebut kemudian di giling di mesin penggiling agar tekstur dari tanah tersebut dapat halus. Setelah itu, tanah yang telah lembut tersebut bisa digunakan sebagai bahan dasar membuat keramik. Ambillah segenggam tanah liat, letakkan disebuah alat pemutar. Buatlah tanah liat menjadi sebuah bulatan dan letakkan di tengah – tengah alat pemutar. Basahi tangan dengan sedikit air dan mulai putar perlahan – lahan. Pastikan tangan kanan memegang tanah liat dan tangan kiri memutar alas. Perlu diperhatikan bahwa saat memegang tanah liat, siku selalu bertumpu pada lutut. Untuk memulai membuat keramik, putar lah alas dengan cepat dan taruh ibu jari di tengah tanah liat. Tekan tanah liat tersebut sampai terbentuk sebuah lubang. Lubang tersebut bisa dilebarkan maupun ditinggikan dengan bantuan jari – jari lainnya. Dengan cara ini, kita bisa membuat piring, gelas atau mangkuk atau bahkan vas bunga. Walaupun saat melihat proses pembuatannya sangat mudah dan sederhana, tetapi sebenarnya itu sangat sulit dan butuh waktu yang lumayan lama untuk membuat sebuah keramik sederhana seperti piring atau gelas dengan sempurna.
Selain itu, para mahasiswa juga bertemu dengan turis baik turis asing ataupun lokal. Mereka harus menyambut tamu yang datang. Para turis tersebut datang dengan berbagai keinginan, mulai dari belajar cara membuat keramik atau hanya sekedar berbelanja keramik yang sudah jadi. Untuk turis lokal, terkadang mereka datang secara rombongan, biasanya rombongan anak TK yang jumlahnya bisa puluhan. Rombongan balita tersebut bisa melihat proses pembuatan keramik, mencoba membuatnya, dan mewarnai keramik yang telah disiapkan dengan kuas warna – warni yang nantinya bisa dibawa pulang dengan harga yang telah ditentukan. Turis asing juga terkadang datang secara rombongan, hanya saja jumlahnya jauh lebih sedikit. Mereka biasanya selalu ingin mencoba membuat keramik mereka sendiri untuk dibawa pulang sebagai suvenir. Mereka selalu datang dengan pemandunya masing – masing memakai sepeda atau andong. Jarang bagi mereka untuk datang sendirian. Para turis asing ini lah yang menjadi tantangan utama mereka selam magang di supoyo grabah dan keramik. Para turis tersebut datang dari berbagai negara, misalnya: Amerika Serikat, Spanyol, Portugal, Belanda, Jerman, Jepang, Korea Selatan, China, Singapura, dll. Setiap mahasiswa mengalami pengalaman yang unik dan berbeda setiap kali mencoba berkomunikasi dengan mereka. Bahkan diantara mereka ada mahasiswa yang cukup beruntung untuk menggendong seorang bayi dan berfoto dengannya tanpa menangis. Pengalaman berinteraksi dengan banyak orang dari seluruh dunia telah menjadi pelajaran yang sangat berharga di kemudian hari bagi mahasiswa yang magang disana. (MHS)
Video selengkapnya dapat dilihat disini
[:]
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!