[:id]Cek, Ini Plus Minus Simokul Pandangan Dosen dan Mahasiswa ![:en]FETT: Sights of SIMOKUL[:]
[:id]
Inovasi kembali dilakukan Universitas Tidar demi mewujudkan visi universitas dalam mengembangkan teknologi. Inovasi tersebut dikemas dalam bentuk SIMOKUL kepanjangan dari Sistem Monitoring Kuliah. Seperti namanya, sistem ini mengatur proses pembelajaran secara keseluruhan yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa. Fitur yang terdapat dalam SIMOKUL antara lain kelas, jadwal mengajar, rekap dosen, dan RPS. Sistem yang baru digunakan pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 ini membuat dosen dan mahasiswa lebih tertib dan disiplin dalam pengadministrasian kuliah.
“Satu kata untuk SIMOKUL, Modern!” kata Eko Juliyanto, M.Pd. salah satu dosen Prodi Pendidikan IPA FKIP. Melalui sistem ini membuat mutu dari pelaksanaan kuliah menjadi terjamin. Dosen diwajibkan untuk membuat Rencana Pembelajaran Semester (RPS) sebelum mengawali proses pembelajaran selama satu semester dan diunggah dalam sistem. Jika RPS tidak diunggah dalam sistem, perkuliahan tidak dapat dilaksanakan. RPS untuk satu matakuliah harus sama meskipun diampu oleh dosen yang berbeda. “Saran saja sih, saat upload RPS kalau bisa ya di-simple-kan lagi, misalnya dalam satu dokumen word sudah langsung bisa terbaca sistem. Kalau memasukkan per item seperti kemampuan yang diharapkan, bahan kajian, waktu, evaluasi dan itu selama 14x pertemuan kan cukup memakan waktu, padahal kita sudah buat disesuaikan format yang sama juga dalam bentuk tabel. Namun kalau dilihat sisi positifnya ya kita jadi bisa lebih teliti saat meng-input sekaligus bisa dibaca ulang dan diedit kembali,” tambahnya.
Di lain pihak, Molas Warsi, M.Pd. dosen Prodi PBSI FKIP ini berpendapat bahwa inovasi yang dilakukan Untidar membuatnya bersaing dengan universitas lain terkait program dan sistem yang baru dengan monitoring kuliah. Selain itu jika diamati secara mendalam ada banyak kemudahan saat menerapkan SIMOKUL. “Namanya sistem baru ya masih ada beberapa kekurangan, misalnya saja saat perkuliahan dilaksanakan di luar maka tidak bisa menginput presensi dan jurnal perkuliahan secara online. Mungkin sebaiknya bisa ditinjau ulang dan diperbaiki lagi kelemahan-kelemahan tersebut supaya bisa memudahkan semuanya,” terangnya.
Berbeda dengan yang dikatakan Retma Sari, M.Pd. dosen Prodi PBI FKIP, “Sebagai dosen juga harus bijaksana dalam menghadapi sistem yang baru, jika ada kekurangan harus dipertimbangkan matang-matang. Misalnya saja sistem ini menuntut adanya koneksi cepat internet yang selalu available. Kalau dosen dan mahasiswa sudah disiplin waktu tapi koneksi internet buruk sama saja itu menjadi penghambat proses pembelajaran karena fokus untuk masuk ke sistem online tadi.” Baginya SIMOKUL merupakan konsep pembelajaran dan pengajaran yang menomorsatukan kedisiplinan baik dari segi dosen maupun mahasiswa. SIMOKUL adalah bentuk balancing yang sinergi antara keinginan mahasiwa dan dosen, sehingga target pembelajaran, metode, dan aturan seperti yang diharapkan bisa diupayakan semaksimal mungkin.
Dilihat dari sudut pandang mahasiswa, presensi yang dilakukan secara online dianggap kurang luwes karena hanya terdapat dua pilihan yakni datang dan tidak datang. “Kalau seperti itu jadi susah bagaimana kalau kita sakit atau ijin karena keperluan mendadak yang tidak bisa ditinggalkan? Jadi semoga saja semester depan bisa diperbaiki ada kolom sakit dan ijin,” ungkap Anggun Fibriya Sari mahasiswa semester 3 PBSI. Selain itu Wahyu Desi Yuliani merasa kasihan dengan dosen-dosen yang dibebani dengan sistem online. “Biasanya dosen yang kurang mampu mengoperasikan teknologi meminta bantuan dari dosen lain, padahal kan tidak selamanya ada orang yang bisa membantu setiap saat, jadi sebaiknya sistem itu dibuat sesederhana mungkin saja.”
Sebagai informasi, dalam sistem tersebut dosen diwajibkan untuk membuka kelas secara tepat waktu dan hanya pada jadwal yang telah diatur. Sistem tidak bisa dibuka ketika dosen tidak ada jam mengajar pada hari tersebut. Pada intinya sistem ini bisa memonitoring keterlambatan waktu membuka atau menutup proses pembelajaran. Presensi mahasiswa yang dilakukan secara online turut mengantisipasi adanya tangan jail mahasiswa yang bisa “titip absen” pada temannya saat presensi manual menggunakan tanda tangan. Saat proses pembelajaran berakhirpun sistem akan meminta dua mahasiswa yang dipilih secara acak untuk memvalidasi sebagai bukti bahwa perkuliahan tersebut benar-benar telah berlangsung secara nyata. (TP)
[:en]
An innovation is done by Tidar University in order to realize the university’s vision in developing technology. The innovation can be seen in the form of SIMOKUL stands for Sistem Monitoring Kuliah or Lecture Monitoring System. As the name suggests, this system regulates the overall learning process undertaken by lecturers and students. The features contained in SIMOKUL include classroom, teaching schedule, lecturer recap, and RPS. The new system is used in the odd semester of the Academic Year of 2017.
“SIMOKUL is Modern!” Said Eko Juliyanto, M.Pd. one of the lecturers of Science Education Study Program in Faculty of Education and Teachers’ Training. This system makes the quality of the implementation of the lecture to be guaranteed. Lecturers are required to make RPS before starting the learning process for one semester and uploaded in the system. If RPS is not uploaded in the system, lectures cannot be performed. The RPS for one course should be the same although it is managed by different lecturers. “My suggestion is making the uploading system simpler so that there will be effective time in uploading the RPS, “he added.
On the other hand, Molas Warsi, M.Pd. lecturer of PBSI Study Program believes that the innovation can be useful for Tidar University in order to compete with other universities related to new programs and systems by doing lectures monitoring. However, there are still negative impact in implementing SIMOKUL. “It should be understood that a new system always has barriers, such as the outdoor lectures may find difficulty in accessing the system. That is why, the system should be reviewed and re-evaluated,” she explained.
On the contrary, Retma Sari, M.Pd., lecturer of English Education Study Program argues “A lecturer should be wise in facing the new system, if any shortcomings should be considered carefully. For example, this system requires a fast internet connection that should be available anytime. Furthermore, this system also require the students and lecturers discipline.”
On the other hand, from the point of view of the students, online presence is considered less flexible because there are only two choices of presence and absent, no choice for sick or other reasons in leaving of absence. Hopefully, the next semester can be fixed there is a column of sickness and permission, “said Anggun Fibriya Sari student of 3rd Semester of PBSI. In addition Wahyu Desi Yuliani feels sorry for the lecturers who are burdened with the online system. “Usually lecturers who are less able to operate the technology ask for help from other lecturers, but not always there are people who can help at any time, so it should be made as simple as possible.” (ER)
[:]
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!