[:id]Bernyanyi Lagu Nusantara untuk Buktikan Kekerabatan Bahasa[:en]Singing Folk Song to Prove the Language Family[:]
[:id]
Pagi itu (Jumat, 19/1) Auditorium Universitas Tidar ramai oleh mahasiswa yang berpenampilan dengan busana bercorak nusantara. Mereka adalah mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar. Semua mahasiswa tampak mengenakan kain seragam yang dikreasikan menyerupai pakaian adat di Indonesia.
Rupanya, mereka semua akan tampil menyanyikan lagu daerah dalam acara “Lantunan Nada Nusantara”. Acara tersebut merupakan pagelaran untuk menutup Ujian Akhir Semester (UAS) Gasal 2017/2018. Pagelaran tersebut juga bagian dari UAS matakuliah Ilmu Perbandingan Bahasa Nusantara (IPBN).
“Kami harap, seluruh mahasiswa bersuka cita pada hari ini karena UAS telah selesai. Sebelumnya, para mahasiswa telah menyelesaikan makalah perbandingan bahasa dengan sumber data lirik lagu nusantara dan kosakata dasar Swadesh. Hari ini, mereka akan menyanyikan lagu tersebut,” kata Dr. Yulia Esti Katrini, M.S., dosen matakuliah IPBN, saat membuka acara.
“Acara ini diikuti oleh 116 mahasiswa yang mayoritas semester 5 PBSI Untidar yang terbagi atas 3 kelas. Kami menyiapkan dua lagu setiap kelas dan dua lagu untuk dinyanyikan bersama satu angkatan,” kata Arief Setiawan, ketua panitia.
Acara tersebut dibuka oleh 3 pembawa acara yang mewakili tiap-tiap kelas. Selanjutnya, seluruh mahasiswa peserta matakuliah IPBN menyanyikan lagu Mudiak Arau dari Sumatera Barat. Berikutnya, mahasiswa kelas B menyanyikan lagu Mana Lolo Banda dari Nusa Tenggara Timur dan Huhate dari Maluku. Mereka tampak mengenakan kain slempang untuk menambah kesan budaya nusantara.
Selanjutnya, kelas A menyanyikan lagu Bungong Jeumpa dari Aceh dan Manuk Dadali dari Sunda. Lagu Bungong Jeumpa makin menarik dengan persembahan Tari Saman yang disajikan seluruh mahasiswa kelas A sambil bernyanyi. Kelas ketiga menyanyikan lagu Si Patokaan dari Sulawesi Utara dan Rambadia dari Sumatera Utara. Persembahan tersebut makin menarik dengan seragam kain jarit bermotif batik yang dikenakan mahasiswa kelas A.
“Kami mempersiapkan acara ini selama kurang lebih 2 bulan. Akan tetapi, sebulan terakhir kami mempersiapkan lebih intensif, mulai dari penyelarasan lagu, kostum, dan koreografi,” kata Ainun Dyan Desiana, koordinator Kelas A.
Acara ditutup dengan menyanyi bersama-sama lagu Maumere dari NTT. Tidak hanya mahasiswa, bahkan seluruh dosen PBSI yang hadir dan penonton ikut menyanyi dan menari bersama. Lagu-lagu tersebut digunakan untuk membuktikan kekerabatan bahasa nusantara seperti tujuan matakuliah IPBN. Dari situ, para mahasiswa juga akan lebih mengenal budaya nusantara melalui bahasa yang digunakan. (WJ)
[:en]
Friday (19/1), Aula of Universitas Tidar was full of students who wears archipelago patterned fashion. They were the students of Indonesian language and literature education (PBSI) of the faculty of education and teachers training Universitas Tidar All students wore the uniform that is created like Indonesian custom.
They will perform and sing the folk song in the event entitled “Lantunan Nada Nusantara” (The tone of Archipelago) on that day. This event was the performance to close the final test of odd semester in academic year 2017/2018. The performance was also the part of the final test of Comparative Studies of Nusantara Language Subject (IPBN).
“We do hope all students are rejoicing today since the final exam has finished. Prior to this, the students have finished their paper with the theme of language comparison by using folk song lyric and the basic vocabulary of Swadesh. Today, they will sing the song.” Dr. Yulia Esti Katrini, M.S., the lecture of Comparative Studies of Nusantara Language Subject, delivered her opening speech.
“This event was followed by 116 students of the fifth semester which is divided into 3 classess. We prepare two songs each classess and two songs that we sing together.” Arif Setiawan, the chief of committee explained.
This event was opened by 3 master of ceremonies from each classess. The, all students who joined Comparative Studies of Nusantara Language Subject sang Mudiak Arau from West Sumatra. After that, the students of class B sang Mana Lolo Banda from East Nusa Tenggara and Huhate from Molucass. They appeared to wear a sling to add the culture of the archipelago ambiance.
Next, the students of class A sang Bungong Jeumpa from Aceh and Manuk Dadali from West Java. Bungong Jeumpa was more interesting since the students performed Saman dance while they were singing. On the other hand, the tird class sang Si Patokaan from North Sulawesi and Rambadia from North Sumatra. Those performance was more remarkable since the students wore scarf with batik motif.
“We prepare this event for two months. However, the last month we are preparing more intensively, starting from the alignment of songs, costumes, and choreography,” explained Ainun Dyan Desiana, the coordinator of class A.
This event was closed by Maumere from East Nusa Tenggara which is sang together. Not only students but also all PBSI lecturers who come tp this event sang and dance together. The songs in this performance was used to prove the family of Nusantara Language as it the purpose of Comparative Studies of Nusantara Language Subject. The students will more familiar with Nusantara cultures through language. (WJ/AW)
[:]
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!