[:id]Nurul Mahasiswa PBI FKIP Untidar Menjadi Finalis Duwis Cilacap[:en]FETT: Student of English Education of Tidar University Became a Finalist of DUWIS Cilacap[:]

[:id]

Nurul Dwi Astari adalah seorang mahasiswa semester 4 PBI FKIP Untidar. Gadis berusia 20 tahun asal Adipala ini menjadi finalis ajang Mas Mbak Duta Wisata Cilacap. Ajang tersebut diselenggrakan oleh Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Cilacap.

Perempuan yang memiliki hobi menulis dan aktif  berorganisasi ini menceritakan tentang awal mula dia terdorong mengikuti ajang Mas Mbak Duta Wisata Cilacap. “Saya mengikuti ajang mas mbak duta wisata Cilacap awalnya dari terpilihnya saya sebagai Putri Untidar. Hal ini sebagai salah satu cara saya untuk memperkenalkan Untidar kepada masyarakat agar tau tentang Untidar karena saya membawa nama universitas saat mendaftar Duwis Cilacap,” jelas putri dari pasangan Bapak Hadi Sumarto dan Ibu Salimah.

Dalam ajang ini tahap seleksi berlangsung sejak tanggal 5-18 Agustus 2017 dan dilakukan melalui tahapan yang cukup panjang. Seleksi awal adalah seleksi administratif yang juga mewajibkan para peserta untuk membuat esai tentang kepariwisataan untuk di presentasikan pada saat pembekalan.  Pada tahap seleksi ini, Nurul Dwi Astari berhasil lolos masuk 20 besar finalis.

Selanjutnya, Nurul Dwi Astari dan para finalis lainnya harus menjalani karantina. Mereka dilatih  catwalk untuk acara show case pameran batik asli Cilacap. Seleksi lainnya adalah seleksi wawancara menggunakan tiga bahasa yaitu bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan  bahasa Ngapak, serta tes tertulis tentang pariwisata meliputi pariwisata Indonesia, Jateng, dan pengetahuan tentang Cilacap.

Malam puncak pemilihan Mas Mbak Duwis Cilacap 2017 akan dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2017 di alun-alun Cilacap. Saat ini telah sampai pada tahap seleksi media sosial challenge, dimana foto para finalis diunggah di Instagram @masmbakcilacap dan harus di vote oleh banyak orang agar menjadi Mas Mbak favorit.

Nurul Dwi Astari pada kesempatan wawancara memohon dukungan kepada seluruh masyarakat terutama keluarga besar FKIP dan Universitas Tidar. “Jangan lupa dukung saya sebagai mbak favorit dengan vote Nurul Dwi Astari nomor urut 38 di  Instagram @masmbakcilacap”. Sukses selalu untuk Nurul Dwi Nugraheni dan semoga dapat menjadi Mbak Duta Wisata Cilacap 2017.

[:en]

Nurul Dwi Astari is a Fourth Semester student of English Education in Tidar University. She becomes the finalist of Mas Mbak Duta Wisata Wisata Cilacap event. The event was held by the Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Cilacap Regency.
As a girl who has a hobby of writing and actively organizing told about the beginning she was driven to follow the event of Mas Mbak Duta Wisata Cilacap, “I follow this event because of my election as Princess of Tidar University.” This is one of my ways to introduce Tidar University to the community to know about Tidar University because I brought the name of the university when registering Duwis Cilacap, “explained the daughter of the couple of Mr. Hadi Sumarto and Mrs. Salimah.

In this event, the selection phase lasts from August 5-18, 2017 and is done through a fairly long stage. The initial selection is an administrative selection which also requires participants to create an essay on tourism to present at the time of debriefing. At this stage of selection, Nurul Dwi Astari managed to qualify for the top 20 finalists.
Furthermore, Nurul Dwi Astari and the other finalists must undergo quarantine. They trained catwalk for show case of original batik Cilacap. Another selection is the selection of interviews using three languages ​​namely English, bahasa, and Ngapak language, as well as written tests on tourism including Indonesian tourism, Central Java, and knowledge about Cilacap.

The Grand Final of Mas Mbak Duwis Cilacap 2017 will be held on August 19, 2017 at Cilacap Square. Nowadays, the stage of social media selection challenge is occurred, where the photos of the finalists uploaded on Instagram @masmbakcilacap and must be voted by many people to become Mas Mbak favorite.

Nurul Dwi Astari requests support to all community, especially the big family of FETT and Tidar University, “Do not forget to support me as favorite mbak by voting Nurul Dwi Astari on number 38 in Instagram @masmbakcilacap.” Hopefully, Nurul Dwi Nugraheni becomes Mbak Duta Wisata Cilacap 2017.(ER)

[:]

[:id]Ambil Bagian, 2 Dosen FKIP Wakili Konferensi Internasional Bertajuk Kesetaraan Gender[:en]Took Part, FETT Lecturers Represent International Conference on Gender Equality[:]

[:id]

Salatiga. Pada konferensi International yang kedua kalinya ini, Asosiasi Pusat Studi Wanita/Gender dan Anak Seluruh Indonesia (ASWGI) bekerja sama dengan pihak Universitas Kristen Satya Wacana mengusung tema “Empowerment of Women’s Knowledge for Equality, Child’s Protection, Peace, and Sustaiable Development”.

Kegiatan konferensi yang berlangsung selama 4 hari ini terhitung sejak 9-12 Agustus ini diawali dengan kegiatan Rakornas yang diikuti oleh 70 perwakilan PSGA Universitas di Seluruh Indonesia. Pada Rakornas ini disepakati beberapa masalah krusial seperti visi misi, penelitian, pengabdian, publikasi, sumber daya manusia, jejaring serta peran nyata ASWGI dalam kegiatan di masyarakat.

Pada hari kedua kegiatan seminar diawali dengan kegiatan sidang pleno dengan pemakalah utama yaitu, (1) Dr. Ida Sabalis (Associate ProfessorFree University, Amsterdam) dengan tema “Diversity and International Feminism” dan (2) Dr. Ratna Saptari (Leiden University) dengan tema “Gender and Intersectionality: Key Issues and Problems”. Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan perkuliahan paralel dengan mengusung 10 tema utama meliputi (1) wanita  dalam ekonomi global, (2) ekologi dan ketahanan pangan, (3) pernikahan anak, (4)  kebijakan publik dan pergerakan sosial, (5) inovasi dan teknologi, (6) identitas kultur, bahasa dan seni, (7) resolusi konflik dan kekerasan, (8) agama, kependudukan, dan pluralisme, (9) kesehatan organ reproduksi, dan (1) pendidikan dan keadilan gender. Pada hari kedua juga dilaksanakan sesi paralel yang diikuti oleh 128 orang pemakalah baik individu maupun gabungan.

Pada hari ketiga dan keempat, seminar dilanjutkan dengan kegiatan pelatihan penulisan artikel jurnal ilmiah dari Gender World Organization (GWO) dan International Journal of Indonesian Studies (IJIS). Adapun tujuan kegiatan ini adalah membimbing peserta seminar untuk mempublikasi artikel yang bermuatan gender pada salah satu jurnal internasional tersebut di atas.

Dalam kegiatan ini, dua perwakilan dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tidar yaitu Rangga Asmara dan Widya Ratna Kusumaningrum mengkaji isu tentang bagaimana peran pendidikan untuk mencegah kekerasan seksual pada anak dengan mendekonstruksi makna simbolis tari Sintren dengan judul “An Early Childhood Sex Education Model: Deconstructing Symbolic Meanings of Sintren Dance based on Gender Perspective”.

Dalam paparannya, Rangga menambahkan “Dunia pendidikan khususnya pendidikan anak usia dini mempunya peran penting untuk untuk membawa hal yang selama ini dianggap tabu oleh masyarakat ke permukaan dan diajarkan dalam dunia pendidikan”. Pendidikan seks usia dini seharusnya dimaknai sebagai bagian dari upaya pencegahan baik dari orang dewasa maupun anak itu sendiri dari hal-hal yang bisa memicu kekerasan seksual pada anak. (WR)

[:en]

Salatiga.  The Second Conference of Asosiasi Pusat Studi Wanita/Gender dan Anak Seluruh Indonesia (ASWGI) in cooperation with Satya Wacana Christian University has the theme “Empowerment of Women’s Knowledge for Equality, Child’s Protection, Peace and Sustainable Development.” That conference is scheduled on August 9-12, 2017.

That conference facilitated 70 representatives of universities throughout Indonesia which discuss and agree several crucial issues such as vision of mission, research, dedication, publication, human resources, network and real role of ASWGI in activity in society. Also, the seminar is held in that conference started with the plenary session with the main speakers, namely (1) Dr. Ida Sabalis (Associate Professor – Free University, Amsterdam) with the theme “Diversity and International Feminism” and (2) Dr. Ratna Saptari (Leiden University) with the theme “Gender and Intersectionality: Key Issues and Problems.” Furthermore, the activities continued with parallel lecturing activities with 10 main themes including (1) women in the global economy, (2) ecology and food security, (3) child marriage, (4) public policy and social movement, (5) innovation and Technology, (6) cultural identity, language and art, (7) conflict resolution and violence, (8) religion, population, and pluralism, (9) reproductive health, and (10) gender education and justice. Furthermore, there was also a parallel session which was attended by 128 individual and combined speakers.

The seminar continued with the training activities of writing scientific journal articles from the Gender World Organization (GWO) and International Journal of Indonesian Studies (IJIS). The purpose of this activity is to guide the seminar participants to publish articles that are gendered in one of the international journals mentioned above.
In this activity, two representatives from the FETT of Tidar University, Rangga Asmara and Widya Ratna Kusumaningrum examine the issue of how the role of education to prevent sexual violence in children by deconstructing the symbolic meaning of Sintren dance titled “An Early Childhood Sex Education Model: Deconstructing Symbolic Meanings of Sintren Dance based on Gender Perspective.”

In his presentation, Rangga added “The world of education, especially early childhood education, has an important role to bring about what has been considered taboo by the public to the surface and taught in education.” Early child sex education should be interpreted as part of prevention efforts both from adults and children themselves from things that can trigger sexual violence in children. (ER)

[:]

[:id]Mahasiswa FKIP Wakili KSR PMI Untidar Ikut Jumbara dan Temu Karya Provinsi Jawa Tengah[:en]FETT’s Students Joined Jumbara and Temu Karya of Central Java Province[:]

[:id]

KSR PMI (Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia) unit Untidar mengirim 5 anggota untuk mengikuti Jumbara (Jumpa, Bakti, dan Gembira) dan Temu Karya tingkat Provinsi Jawa Tengah pada 22-27 Agustus 2017 di Buper Regaloh, Pati. Kelima anggota tersebut semuanya mahasiswa yang berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Utidar. Dwi Arif Wibowo dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) bersama Elsara Khairunisa dari Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dalam Workshop PMER (Planning, Monitoring, Evaluation, and Reporting), Evievianthi Wijianto Putri dari Prodi PBSI berpartisipasi dalam kegiatan Propepa (Promosi Pertolongan Pertama), sedangkan Aghnia Yulfa dari prodi PBSI dan Rahayu Nastiti Asih dari prodi PBI menjadi pendamping PMR (Palang Merah Remaja).

Kegiatan yang berlangsung lima tahun sekali ini terbagi menjadi dua kegiatan besar yakni Jumbara untuk tingkat PMR dan Temu Karya untuk tingkat KSR. KSR PMI unit Untidar dalam mengikuti acara ini berada di bawah naungan kontingen kota Magelang, dengan jumlah keseluruhan yakni 70 peserta. “Lebih banyak senengnya sih kalau ikut acara kaya gini, bisa ketemu dengan relawan seluruh Jateng jadi nambah ilmu dan silaturahmi,” terang Bowo. Saat workshop PMER materi yang disampaikan mengenai merancang visi misi, dijabarkan ke rencana strategis, berlanjut ke rencana operasional hingga merancang suatu kegiatan. Selain itu ada materi untuk membuat laporan kegiatan yang dikerjakan secara berkelompok yang anggotanya dari kota/kabupaten yang berbeda.

Mahasiswa yang kini duduk di semester 7 ini lebih banyak menyerap sisi positif dari kegiatan yang diselenggarakan PMI. “Di sana lebih ditekankan kerjasama antar kota/kabupaten. Setiap kegiatan berbentuk kelompok dan anggota kelompoknya terdiri dari kota/kabupaten yang berbeda. Jadi bikin kita lebih saling mengenal antar daerah yang berbeda dan bisa sharing ilmu,” tambahnya.

Hal yang lebih membanggakan, saat mengikuti acara ini kontingen kota Magelang mendapatkan peringkat II, sedangkan KSR kota Magelang meraih peringkat I, dan PMR menyabet peringkat II. Tentu penghargaan yang dikantongi ini atas kerja keras seluruh anggota PMI kota Magelang, termasuk mahasiswa FKIP yang turut berpartisipasi. Sebelum mengakhiri Bowo menekankan, “Asiknya ikut PMI, kita bisa dapat ilmu mahal secara gratis. Misalnya saja pertolongan pertama, kalau ikut pelatihan bisa habis 1 jutaan tapi kalau ikut PMI gratis. Di samping itu juga jelas menambah teman, karena anggota dari PMI kota Magelang sangat lengkap dari dosen, perawat, agen asuransi, mahasiswa, dll.” (TP)

[:en]

KSR PMI (Students’ association of Indonesian Red Cross) of Tidar University delegated 5 members to join Jumbara (meet, service, and fun) and Temu Karya (innovation meeting) of Central Java province on Agust 22th -27th 2017 in Buper Regaloh, Pati. Those five members are FETT’s students. Dwi Arif Wibowo, student of English Education study program, and Elsara Khairunisa, student of Indonesian Language and Literature Education study program, joined PMER (planning, monitoring, evaluation, and reporting) workshop. Evievianthi Wijianto Putri joined Propepa (first aid promotion). Aghnia Yulfa, student of Indonesian Language and Literature Education study program, and Rahayu Nastiti Asih, student of English Education study program, mentor of youth red cross.

The event which held every 5 years was divided into two big events, i.e. Jumbara for Youth Red Cross and Temu Karya for KSR. In joining this event, KSR PMI of Tidar University was under auspice of Magelang Red Cross with 70 members. “We got lot of fun in joining this event, we can meet volunteers in entire Central Java, so we can gain knowledge and relation,” said Bowo. In PMER workshop, the material which is delivered was about steps to plan an event, such as strategic plan, and operational plan. They also delivered material to make activity report which is done by members who come from different regency or city.

He got lot of positive aspect during in the event which held by Indonesia Red Cross. “We were pushed to build relationship with other city or regency. In each group activity, the member of each group consists of different city or regency. It made us knowing different area and we can share our knowledge,” added Bowo.

In this event, the contingent of Magelang got second rank, KSR Magelang got first rank, and Youth Red Cross got second rank. In the end of interview, Bowo added “it is fun to join Indonesia Red Cross, we can learn expensive knowledge for free. For example we can learn first aid freely, while learn this material in training, we must pay for about 1 million. We also can have lot of friends, since the members of Magelang Red Cross are lecturer, nurse, students, insurance agent, or any others.” (GF)

[:]

[:id]Kepulangan Mahasiswa PPL Internasional 2017: Perbedaan Bahasa Bukanlah Kendala[:en]The Return of International Teaching Practicum Students: Different Language is Not a Barrier[:]

[:id]

[FKIP-09/08/17] – Selama 24 hari sebanyak 20 mahasiswa FKIP Untidar mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) Internasional di Hulu Selangor, Malaysia. Keduapuluh mahasiswa tersebut terdiri dar 10 mahasiswa dari Program Studi PBSI dan 10 mahasiswa dari Program Studi PBI. Pada Senin 7 Agustus 2017 mereka telah diterima kembali oleh Dekan FKIP Untidar, Prof. Sukarno., M. Si.

Sekolah yang menjadi mitra dalam pelaksanaan PPL Internasional pada tahun ini adalah Sekolah Kebangsaan Bandar Sungai Buaya dan Sekolah Menengah Bandar Sungai Buaya. Beberapa diantara mahasiswa mengajar kelas unggulan, yaitu kelas yang menggunakan  bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya terutama untuk mata pelajaran Matematika, Sains, dan Bahasa Inggris itu sendiri. Untuk kurikulum, kedua sekolah mitra tersebut menggunakan Kurikulum Kerajaan yaitu Kurikulum Standar Sekolah Rendah (KSSR).

Salah satu mahasiswa PPL Internasional, Aryani. M, menyampaikan bahwa dalam menggunakan kurikulum KSSR tersebut seorang guru dituntut untuk menjadi guru yang kreatif di abad 21 ini. “Jangan sampai kita sebagai guru kalah kritis dan inovatif dengan siswa kita sendiri,” tambahnya.

Selain praktik mengajar, mahasiswa juga melakukan observasi dan kegiatan persekolahan selama melaksanakan PPL Internasional. Untuk kegiatan persekolahan, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa diantaranya adalah kegiatan pengembangan diri, olahraga, dan juga pramuka. Selama PPL di Hulu Selangor Malaysia, mereka mendapatkan orang tua angkat yang berperan sebagai speaking partner  mereka selama di sana.

Tahun ini adalah pelaksanaan PPL Internasional pertama oleh FKIP Untidar yang tentunya program ini tidak luput dari kekurangan. Salah satu guru pamong PPL Internasional, Lilia Indriani., M. Pd., mengungkapkan perlu adanya penyesuaian pedoman PPL, format RPP, dan juga tingkat kesulitan materi demi kelancaran dalam pelaksanaan program PPL Internasional di tahun berikutnya. “Meskipun mengalami kendala dalam bahasa, tapi kami salut terhadap mahasiswa yang tetap semangat dan pantang menyerah selama melaksanakan PPL Internasional, imbuh Lilia Indriani., M. Pd.

Dalam upacara penutupan PPL Internasional yang dilaksanakan pada tanggal 3 Agustus 2017, acara dihadiri oleh 10 tokoh penting di Malaysia yaitu Penasihat Menteri Penerangan Sosial dan Budaya Kedutaan Besar Republik Indonesia (Bp. Trigustono Suprianto), Anggota Parlemen untuk Hulu Selangor dan Wakil Menteri Pendidikan (Datuk P. Kamalanathan s/o. Panchanatan), Ahli Dewan Undangan Negeri Batang Kali (Datuk Haji Mat Nadzari bin Ahmad Dahalan), Jawatan Kuasa Perwakilan Penduduk (Tn. Hj. Izzudin bin Hj. Ilsas), Ketua Unit Pengurusuan Akademik PPD Hulu Selangor (Encik Ahmad Nasir bin Ahmad Saleh), Tn. Hj. Zaenal Abidin bin Moh. Yusuf, Pengetua SMK Bandar Sungai Buaya (Hjh. Nor’Aini binti Abdul Muin), Guru Besar SK Bandar Sungai Buaya (Suzanah binti Md Amin), Koordinator Kegiatan Jalinan Antar Bangsa Universitas Tidar (Zainal Muhammad Abidin bin Moh. Tulus), dan juga Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untidar (Prof. Dr. Sukarno., M. Si).  (NA)

[:en]

 [FETT-09/08/17] – In 24 days, there were 20 students of Faculty of Education and Teachers’ Training-Tidar University (Untidar) joined International Teaching Practice in Hulu Selangor, Malaysia. Those students consisted of 6 students of Indonesian Language and Literature Study Program and 14 students of English Education Study Program. On Monday 7 August 2017, they returned to Tidar University and met the Dean of Faculty of Education and Teachers Training, Prof. Dr. Sukarno, M.Si.

Sekolah Kebangsaan Bandar Sungai Buaya and Sekolah Menengah Bandar Sungai Buaya were the schools where the students conducted International Teaching Practice this year. Several students taught in immersion classes in which they used English as language instructions for Math, Science, and English. For the curriculum, those schools used Kurikulum Kerajaan that was called Kurikulum Standar Sekolah Rendah (KSSR).

One of the International Teaching Practice students, Aryani M., shared that a teacher was asked to be a creative teacher in this 21 century by applying KSSR curriculum. “We as teachers must be creative and innovative,” she added.

Instead of teaching, the students also did observations about the schools. For observing the schools, there were several activities that had to be done by the students such as self-development activity, sports, and scout. In Hulu Selangor Malaysia, they had foster parents who had a role as speaking partner.

This year was the first International Teaching Practice of FETT Untidar in which the program might have some shortfall. One of lecturers’ mentors for International Teaching Practice, Lilia Indriani, M.Pd. stated that it needed to have compliance with the guidance of International Teaching Practice, lesson plan format, and the level of material difficulty in order to get the success of International Teaching Practice next year. “Although there were problems in language, we were proud of students’ efforts in doing International Teaching Practice,” she said.

In the closing ceremony of International Teaching Practice on the 3rd of August 2017 was attended by 10 important figures in Malaysia. They were Penasihat Menteri Penerangan Sosial dan Budaya Kedutaan Besar Republik Indonesia (Bp. Trigustono Suprianto), Anggota Parlemen untuk Hulu Selangor dan Wakil Menteri Pendidikan (Datuk P. Kamalanathan s/o. Panchanatan), Ahli Dewan Undangan Negeri Batang Kali (Datuk Haji Mat Nadzari bin Ahmad Dahalan), Jawatan Kuasa Perwakilan Penduduk (Tn. Hj. Izzudin bin Hj. Ilsas), Ketua Unit Pengurusuan Akademik PPD Hulu Selangor (Encik Ahmad Nasir bin Ahmad Saleh), Tn. Hj. Zaenal Abidin bin Moh. Yusuf, Pengetua SMK Bandar Sungai Buaya (Hjh. Nor’Aini binti Abdul Muin), Guru Besar SK Bandar Sungai Buaya (Suzanah binti Md Amin), Koordinator Kegiatan Jalinan Antar Bangsa Universitas Tidar (Zainal Muhammad Abidin bin Moh. Tulus), and the Dean of Faculty of Education and Teachers Training at Tidar University (Prof. Dr. Sukarno., M. Si).  (CA)

[:]

[:id]Perdalam Penjaminan Mutu, FKIP Kirimkan 3 Wakil Ikuti Bimtek SPMI[:en]FETT Sends Three Representatives to Bimtek SPMI[:]

[:id]

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untidar makin konsisten memberikan layanan yang terbaik untuk masyarakat. Untuk menunjang hal tersebut, FKIP Untidar mengirimkan 3 dosen untuk mewakili setiap program studi mengikuti acara Bimbingan Teknis Sistem Penjaminan Mutu Internal (Bimtek SPMI). Acara tersebut diselenggarakan oleh Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan-Kemenristekdikti dan bertempat di Universitas Veteran Bangun Sukoharjo (Univet). Acara yang bertema Melalui SPMI Kita Tingkatkan Budaya Mutu yang Berkelanjutan tersebut digelar pada Kamis-Jumat (3-4 Agustus 2017).

“Mutu perguruan tinggi terletak pada kekuatan masing-masing prodi. Jika prodi menyelenggarakan layanan dengan baik, perguruan tinggi juga akan baik,” tutur Prof. Kusminarto, fasilitator pusat saat memberikan materi.

Acara tersebut diikuti oleh 8 perguruan tinggi di Jawa tengah. Setiap PT mengirimkan 1 wakil tiap prodi dan 2 wakil penjaminan mutu tingkat PT. Untidar mengirimkan 17 wakil yang terdiri atas 16 wakil prodi dan 1 wakil penjaminan mutu PT merangkap prodi. FKIP diwakili oleh Candradewi Wahyu Anggraeni, M.Pd. (PBI), Asri Wijayanti, S.Pd., M.A (PBSI), dan Dr. Setiyo Prajoko, M.Pd. (Prodi Pendidikan IPA). PJM Untidar diwakili oleh Dr. Ir. Sapto Nisworo, M.T, koordinator penjaminan mutu Untidar.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di Perguuruan Tinggi mengacu pada UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 7 ayat (3) c yang berbunyi “Tugas dan wewenang atas penyelenggaraan PT meliputi: c. peningkatan penjaminan mutu, relevansi, keterjangkauan, pemerataan yang berkeadilan, dan akses PT secara berkelanjutan”. Manajemen SPMI mengikuti pola PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan) sesuai dengan pasal 52 ayat (2) UU No. 12 Tahun 2012.

Acara dilanjutkan dengan Rencana tindak lanjut (RTL) implementasi SPMI dan umpan balik dari fasilitator. Selain fasilitator pusat, pada acara tersebut dihadirkan juga fasilitator wilayah, Dr. Ir. Supari. RTL akan diaudit setelah 6 bulan. WJ

[:en]

Faculty of Education and Teachers Training (FETT) Tidar University is consistent to give best service to society. Moreover, FETT sent three lecturers to be the representatives of each study program to join Bimbingan Teknis Sistem Penjaminan Mutu Internal (Bimtek SPMI) – an event that was held for giving an overview toward system of internal quality standard.  The event was held by Directorate General  of Learning and  Student Affairs- Ministry of Research, Technology, and Higher Education at University of Veteran Bangun Sukoharjo. The theme of the event was Melalui SPMI Kita Tingkatkan Budaya Mutu yang BerkelanjutanThrough SPMI, We Improve Continuous Quality Culture in which it was hosted on Thursday-Friday (August 3-4, 2017).

“The quality of university is based on the quality of each study program. If the study program provide good services, the university will be better too,” said Prof. Kusminarto, the facilitator of BIMTEK SPMI.

BIMTEK SPMI was attended by 8 universities in Central Java. Each university sent 1 representative for each study program and two representatives of quality standard in the university. Tidar University sent 17 representatives that consisted of 16 representatives of study program and 1 person that became quality standard representative of study program and university. FETT was represented by Candradewi Wahyu Anggraeni, M.Pd. (English Education Study Program), Asri Wijayanti, S.Pd., M.A (Indonesian Language and Literature Study Program), and Dr. Setiyo Prajoko, M.Pd. (Science Education Study Program). Quality Standard Team of Tidar University was represented by Dr. Ir. Sapto Nisworo, M.T.  as the coordinator of Tidar University Quality Standard.

System of Internal Quality Standard in University was based on UU No. 12 Tahun 2012 about Higher Education chapter 7 verse (3) c that said “Duties and authorities of the implementation in higher education are: c. the improvement of quality standard, relevance, affordability, equitable distribution, and access the university continuously”. Management of SPMI used PPEPP (Penetapan-Determination, Pelaksanaan-Implementation, Evaluasi­-Evaluation, Pengendalian-Control, dan Peningkatan– Improvement) guidance that was based on chapter 52 verse (2) UU No. 12 Tahun 2012.

The event was continued by discussing the implementation of Rencana Tindak Lanjut (RTL) – Follow Up Plan and the feedback from the facilitators (Prof. Kusminarto and Dr. Ir. Supari). All in all, RTL will be audited next 6 months.  (CA)

 

[:]

[:id]Dua Mahasiswa FKIP di Ajang Duta Wisata Kota Magelang[:en]Students of FETT Joined Magelang’s Tourism Ambassador[:]

[:id]

Pemilihan duta wisata kota Magelang yang  diselenggarakan untuk mengangkat potensi wisata di kota Magelang kembali digelar. Acara ini sudah dimulai sejak bulan Juli untuk pengambilan formulir dan pengumpulan berkas. Sekitar 136 peserta  dari instansi pendidikan dan non pendidikan mengikuti seleksi duta wisata kota Magelang. 136 peserta tersebut kemudian mengikuti seleksi  ukur tinggi badan dan berat badan sekaligus wawancara. Dari seleksi tersebut didapatkan 15 finalis putra dan 15 finalis putri. Dua dari ke-30 finalis tersebut adalah mahasiswa FKIP Universitas Tidar. Mereka adalah Filsafat Ash-shaufi dan Andina Dea Hardianti, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris.

Filsafat dan Dea pun mengikuti serangkaian acara sebelum malam puncak pemilihan Duta Wisata Kota Magelang 2017 pada tanggal 12 Agustus nanti.  Acara pemotretan dilakukan pada hari Rabu 2 Agustus di museum BPK RI. Kemudian hari berikutnya para finalis mengikuti pembekalan materi tentang kepariwisataan dari Bapak Eko Heri dari Disporapar Provinsi Jawa Tengah.  Selain itu, para finalis juga mendapatkan pembekalan mengenai pembangunan daerah dan P.U oleh Ir. Djoko Suparno, M.Psi. Mereka juga mendapatkan pembekalan Public Speaking & Character Building dari Hj. Sasmiati Satya W, S.H. serta beauty class dari WARDAH. “Alhamdulilah, saya dan Dea diberikan kesempatan untuk bisa masuk menjadi 15 pasang finais ini. Banyak ilmu dan juga pengalaman yang saya dapatkan dari event ini,” tutur Filsafat mengungkapkan rasa syukurnya.

Selain pembekalan tentang kepariwsataan dan lain sebagainya pada hari Kamis, para finalis juga mendapatkan pembekalan tentang ‘ngadi salira busana’ oleh Tatok Prihasmanto dan Seni Budaya Daerah oleh bapak Alit pada hari Jumat 4 Agustus 2017. Di hari yang sama, para finalis pun mendapatkan pembekalan tentang table manner.  Setelah mendapatkan beberapa pembekalan, para finalis kemudian melakukan explore wisata kota Magelang.

“Melalui acara ini, saya ingin mengabdi memberikan kontribusi terbaik bagi negeri melalui pariwisata, “ tutup Filsafat di akhir wawancara. (AW)

[:en]

Tourism ambassador’s competition was held again to promote tourism potential in Magelang. There are 136 participants who join this event, consist of educational and non-educational institute. All participants must joined physical test and interview. Participants who passed previous selection are 30 participants that consist of 15 female and 15 male finalists. There are 2 English Education of FETT’s students who became finalist; they are Filsafat Ash-shaufi and Andina Dea Hardianti.

Filsafat and Dea must join some agenda before they are on grand final which will be held on 12th of August 2017. They got photo session on Wednesday, 2nd August 2017 in Museum BPK RI. Next day, they joined training about tourism which delivered by Eko Heri from youth, sports, and tourism department of Central Java. They also joined training about regional development and public works by Ir. Djoko SUparno, M.Psi. they also got training about public speaking and character building by Hj. Sasmiati Satya W., S.H. and also beauty class by WARDAH. “Thanks God, Dea and I were given opportunity to be finalist in this event. We got knowledge and experience by joining this event,” said Filsafat.

In Tuesday, all of finalists got training entitled “ngadi salira busana” (cultural fashion) by Tatok Prihasmanto and local art and culture by Alit in Friday 4th August 2017. In same day, all finalist have table manner training. After got trainings, they will explore tourism in Magelang.

“By this event, I want to give the best contribution to my nation through tourism,” said Filsafat in the end of interview. (GF)

[:]

[:id]Peningkatan Kompetensi Ilmiah, Wakil Dekan Bidang Akademik FKIP Menjadi Pemakalah dalam The 1st International Seminar on Language, Literature, and Education (ISLLE) 2017[:]

[:id] 

25-26 Juli lalu menjadi hari yang membanggakan bagi Wakil Dekan Bidang Akademik FKIP UNTIDAR. Betapa tidak, makalah Drs Hari Wahyono, M.Pd., ini berhasil lolos untuk dipresentasikan dalam seminar perdana Ikatan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia atau IKAPROBSI di Hotel Grand Cempaka Jakarta. Artikel berjudul Modifying the Words in Vocabulary Bank: Active Learning Intelligence of Learners ini berhasil masuk dalam 224 makalah yang lolos dari 420 yang masuk untuk dipresentasikan dalam seminar internasional perdana IKAPROBSI yang bertajuk The 1st International Seminar on Language, Literature, and Education (ISLLE) 2017. Hari mempresentasikan makalahnya yang berbasis pada metode pengajaran dan pembelajaran berbasis active learning oleh siswa atau pembelajar.

Selaku Wakil Dekan di FKIP dan sekaligus dosen pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Hari turut membuktikan komitmen PBSI UNTIDAR dalam mengedepankan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan stakeholder dan juga perkembangan keilmuan pada bidangnya. Ditemui paska kepulangannya dari Jakarta, Hari menyatakan kepuasan dan kebanggaannya sebagai wakil FKIP UNTIDAR pada seminar internasional perdana IKAPROBSI yang beranggotakan dosen dari PTN dan PTS se-Indonesia ini, karena selain berbagi pemikiran, menyisihkan artikel-artikel lain yang masuk dan update ilmu, makalah yang lolos akan diupayakan masuk dalam jurnal yang terindek scopus. Lebih lanjut Hari berpesan agar para dosen di FKIP UNTIDAR khususnya untuk aktif mengikuti seminar-seminar serupa pada bidangnya guna meningkatkan kemampuan ilmiah sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi (AL)

  

[:]

[:id]Prodi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Siap Dibuka Tahun Ini[:en]The First Master Program at Tidar University is Ready to Launch[:]

[:id]

FKIP Universitas Tidar akan membuka program studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia pada semester gasal tahun ajaran 2017-2018. Pendaftaran mahasiswa baru dimulai pada 10 Juli s.d. 21 Agustus 2017. Seleksi dilaksanakan pada 25 Agustus 2017 dan pengumuman hasil seleksi pada 28 Agustus 2017.

Prodi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia akan mencetak beberapa profil lulusan. Pertama, guru bahasa Indonesia jenjang sarjana, diploma, SMA/MA/SMK, SMP/MTs, dan orang asing. Kedua, peneliti bahasa, susastra Indonesia, dan pengajarannya. Ketiga, pengembang kebijakan pendidikan bahasa Indonesia.

Prodi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia didukung oleh 14 staf pengajar yang terdiri atas 7 profesor dan 7 doktor. Sementara itu, kurikulum yang digunakan adalah kurikulum berbasis kompetensi yang merujuk KKNI dan SNPT.

Prodi baru Magister Pendidikan Bahasa Indonesia disambut baik oleh para staf pengajar Prodi PBSI. Menurut salah satu staf pengajar di PBSI, Theresia Pinaka, M.Pd., adanya Prodi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia dapat membuka peluang bagi Untidar, khususnya FKIP, untuk lebih maju.

“Prodi baru ini akan membuka peluang untuk lebih maju,” ujar Theresia. (IS)

[:en]

Faculty of Education and Teacher Training, Tidar University, has launched the new Master Study Program in Indonesian Education on this coming academic year 2017/2018. The admission, which has been started in July 10 to August 21 2017, will have the selection process on from 25-28 August 2017.

The Master program in Indonesian Education will produce varied alumni profiles. First profile is an Indonesian Language Teacher for different level of undergraduate, diploma, high schools (Secondary High School-SMA/Islamic based Secondary High School-MA/Vocational School-SMK, Junior High School-SMP/Islamic based Junior High School-M.Ts.), and foreigners. Second profile is a researcher in Indonesian language, literature, and teaching. Third profile is an Indonesian language education policy maker.

The Master program in Indonesian Education will be taught by 14 faculty members consisting of 7 professors and 7 doctorates with the curriculum will be implemented is the competency-based curriculum that refers to KKNI and SNPT.

The opening of this new study program has attracted the enthusiasm of all faculty members. According to the head of the master program in Indonesian Education, Dr. Yulia Esti Katrini, M.S., the study program opens and widens the opportunity for FETT to step forwards (IS/WR)

[:]

[:id]Dosen FKIP ikuti Seminar Manajemen Jurnal[:]

[:id]

Selasa, 25 Juli 2017 penerbit Graha Ilmu Yogyakarta menyelenggarakan seminar bertajuk Seminar Manajemen Jurnal yang diikuti oleh para dosen dan staff jurnal di beberapa universitas, sekolah tinggi, dan akademi di Yogyakarta, Magelang dan Semarang. Salah satu dosen FKIP pun berkesempatan mengikuti seminar ini. Kegiatan ini mengambil tempat di The Victory Hotel Yogyakarta mulai pukul 09.00 sampai 12.00. Sedangkan keynote speaker dalam seminar ini adalah Ir. Paulus Insap Santosa, M.Sc., Ph.D. dari UGM.

“Kendala awal pada jurnal yang belum terakreditasi adalah pencarian naskah, namun jika jurnal tersebut sudah terakreditasi, yakinlah banyak penulis yang antre masuk ke jurnal kita.” begitulah kata Paulus Insap Santosa ketika membuka seminar ini. Insap, begitu dia biasa di sapa juga menambahkan untuk menuju jurnal terakreditasi memang membutuhkan waktu yang panjang. Pengelolaan jurnal mulai dari proses produksi sampai proses peer review dan editing diterangkan dengan sangat jelas oleh pembicara utama. Hal tersebut sangat menarik minat para peserta yang notabene masih baru dalam pengelolaan jurnal. Beberapa pertanyaan tentang jurnal dan hal terkait didalamnya pun di sampaikan kepada pembicara seperti plagiasi, jurnal online, kode etik penerbitan dan lain sebagainya.

Atsani Wulansari, M.Hum., dosen FKIP yang mengikuti seminar ini mengungkapkan bahwa banyak ilmu yang dia dapatkan dari acara ini diantaranya adalah syarat tentang jurnal terakreditasi Dikti dan hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan jurnal. (AW)

[:]

[:id]Tingkatkan Kualitas Pendidikan Bahasa Inggris, APSPBI Gelar Workshop Evaluasi Kurikulum KKN(I)[:]

[:id]

Asosiasi Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (APSPBI) Regional Jawa Barat baru saja menyelenggarakan kegiatan bertajuk Workshop Evaluasi Kurikulum Berbasis KKN (I) pada Selasa-Rabu (18-19/7/2017) di Universitas Advent Indonesia, Parongpong-Bandung. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta di lingkungan Jawa Barat, bahkan juga dihadiri oleh beberapa universitas dari lintas provinsi, salah satu diantaranya adalah Universitas Cendrawasih Jayapura. Workshop yang berlangsung selama dua hari ini membahas mengenai evaluasi kurikulum bermuatan Kerangka Kualifikasi Nasional (Indonesia) atau lebih dikenal istilah KKN(I) dengan menghadirkan narasumber Assoc. Prof. Handoyo Puji Widodo, Ph.D.

Moch. Malik Al Firdaus, S.Pd., M.Pd. ketika ditemui penulis sepulang dari Bandung menceritakan gambaran singkat mengenai workshop tersebut. “Pentingnya penyelenggaraan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap seluruh Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia terkait pelaksanaan pembelajaran/perkuliahan yang didasarkan atas kemajuan dan perkembangan kurikulum yang diberlalukan di tingkat Internasional. Untuk menghadapi hal tersebut, program studi diharapkan mampu mengombinasikan dan merevitalisasi kurikulum sesuai dengan taksonomi keilmuan di dunia internasional dan mempersiapkan lulusan untuk bisa bersaing di tingkat global.”

Pada hari pertama peserta diajak untuk berdiskusi secara intim. Semua peserta secara penuh saling memberi masukan dan saran untuk perbaikan program studi. Tentunya hal itu dilakukan untuk mencari solusi dan mengembangan kurikulum. Selain itu dalam rangkaian selanjutnya, peserta workshop diminta untuk menelaah dan memetakan kurikulum masing-masing prodi dan mempresentasikannya. Kurikulum yang diharapkan telah mengakomodasi desain kurikulum secara menyeluruh sesuai dengan dimensi teori, dimensi riset, dan dimensi praktis.

Keesokan harinya, narasumber meminta seluruh peserta untuk menyusun deskripsi matakuliah, capaian pembelajaran, dan isi/materi pada salah satu matakuliah yang diampu dan mempresentasikannya. Pada sesi ini begitu banyak masukan, saran, bahkan kritik dalam diskusi tersebut. Malik menuturkan “Pada akhir materi, narasumber memberikan pemetaan dalam penamaan mata kuliah yang didasarkan atas taksonomi keilmuan yang diberlakukan pada tingkat Internasional. Jadi dalam pemetaan tersebut terbagi menjadi 10 bidang pengelompokkan ilmu: language skills, linguistics, english grammar, vocabulary, pronouncation, applied linguistics, literature, research, language education, dan translation.”

Pada akhirnya Malik menyampaikan bahwa butuh waktu dan proses yang panjang untuk bisa menerapkan kurikulum KKN(I) di lingkungan PBI FKIP UNTIDAR, namun pihaknya tidak lelah untuk berusaha memberikan yang terbaik demi kemajuan bersama. “Untuk saat ini ya follow up-nya sedikit demi sedikit merevitalisasi kirikulum karena perlu banyak penyesuaian, perlu pengkajian mendalam, yang pada akhirnya bisa membawa ciri khas PBI UNTIDAR di mata Internasional. (TP)

[:]