Pengabdian pada Masyarakat: Dosen FKIP Mendampingi Penulisan KIR di SMA PL Van Lith Muntilan

MUNTILAN, FKIP – Dosen FKIP Untidar melakukan pengabdian pada masyarakat dengan mengajarkan Karya Ilmiah Remaja (KIR) di SMA Pangudi Luhur Van Lith, Muntilan. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari MoU (Memorandum of Undestandung-Nota Kesepahaman) antara FKIP Untidar dengan SMA PL Van Lith.

Sabtu pagi (13/8) enam dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar (FKIP Untidar) telah bersiap di halaman kampus untuk menuju SMA PL Van Lith di Muntilan. Pagi itu, mereka masih terlihat sibuk berdiskusi materi yang akan diajarkan pada pertemuan pertama. “Pada pertemuan hari ini siswa akan dikenalkan karya ilmiah dan metode ilmiah. Kami mengajar siswa Kelas X. Jadi, mereka baru saja lulus SMP, belum terlalu ngerti karya ilmiah, kita mulai dari yang dasar-dasar dulu,” tutur Winda Candra Hantari, M.A., Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Untidar sekaligus koordinator kegiatan ini, sesaat sebelum memasuki mobil. Selain Winda, Tim ini terdiri atas Ali Imron, M.Hum, dan Retma Sari, M.Pd., dari Program studi PBI serta Molas Warsi Nugraheni, M.Pd., Imam Baihaqi, M.A, dan Asri Wijayanti, M.A. dari Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Tiba di SMA PL Vanlith, Tim Pengabdian Masyarakat FKIP Untidar disambut oleh guru sekaligus Koordinator KIR SMA PL Van Lith, Elizabeth Windarti, M.Pd. dan Andreas Ari Budiyono, S.Sn. Di sana juga telah hadir Drs. Hari Wahyono, M.Pd., Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan serta Lilia Indriani, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Seni FKIP Untidar untuk menyerahkan Tim Pengabdi.

“Sekolah kami merupakan sekolah berasrama sehingga kegiatan di sini sangat padat. Oleh karena itu KIR hanya bisa dilakukan setiap hari Sabtu. Kami sangat senang atas kerja sama yang terjalin dengan FKIP Untidar, terutama atas partisipasi sebagai fasilitator di SMA PL Van Lith,” tutur Windarti.

“Pengabdian di Van Lith ini merupakan periode kedua. Semester lalu, kami juga telah mengirimkan 6 dosen yang berbeda untuk melakukan hal yang sama. Setiap periode akan melakukan 10 kali pertemuan pada satu semester,” kata Lilia Indriani saat koordinasi, Jumat (12/8). Semua dosen akan diberi kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan ini karena MoU ini telah disepakati selama lima tahun, tambah Hari Wahyono. Selain itu, FKIP Untidar juga akan menjalin kerja sama dengan pihak-pihak lain untuk mengaplikasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Prof. Dr. Sukarno, M.Si., Dekan FKIP Untidar, juga hadir memberikan pengarahan. “Saya harap para dosen menyiapkan materi dengan baik agar tidak mengecewakan para siswa serta pengabdian ini menjadi langkah yang baik untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak,” ungkap Dekan FKIP.

Siswa-siswa SMA PL Van Lith juga terlihat menikmati kegiatan ini. “Saya ingin meneliti tentang penyebab efek rumah kaca, mungkin saya akan menemukan cara-cara untuk mencegahnya,” ujar Ale, siswa Kelas X-6 dengan penuh semangat saat kegiatan berlangsung. Para dosen diberi waktu 90 menit setiap kali pertemuan. Mereka diberi kebebasan untuk mengajar di dalam maupun di luar kelas. Kesempatan ini diharapkan dapat digunakan para dosen untuk menerapkan Active Learning di tingkat sekolah.

WJ

Tim PKMK FKIP, Satu-satunya Wakil Untidar ke PIMNAS 29

Sahrul Mubarok, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untidar, dan keempat anggota timnya yang tergabung dalam Program Kreatifitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) LA SEGAR (Lukisan dari serbuk gergaji) lolos seleksi dan berhak mewakili Untidar dalam PIMNAS ke 29 di Institut Pertanian Bogor (IPB). Xander Salahudin, S.T., M.Eng., pendamping UKM kreativitas mahasiswa, mengungkapkan “La Segar adalah satu-satunya wakil Untidar yang berhasil melaju ke PIMNAS setelah dilakukan Monev Eksternal bulan Juli lalu. Mereka akan berada di Bogor tanggal 7 – 12 Agustus.”

Sebagai satu-satunya tim perwakilan Untidar, Sahrul Mubarok dan tim melakukan beberapa persiapan. Mereka mempersiapkan produk baru dan menambah varian warna serbuk gergaji untuk lukisannya. Sahrul menjelaskan bahwa warna yang dibutuhkan dalam lukisannya adalah warna hitam, putih, merah, kuning dan coklat. Warna – warna tersebut dihasilkan dari serbuk kayu sono (untuk warna hitam), kayu waru (warna putih), kayu merah (warna merah), kayu nangka (warna kuning) dan kayu jati (warna coklat). Untuk mendapatkan warna yang diinginkan, Sahrul pun memilih berkunjung ke Jepara sebagai salah satu kota penghasil kerajinan kayu di Jawa Tengah. “Untuk cara pembuatannya, kami menyiapkan lima jenis warna serbuk kayu (hitam, putih, merah, kuning, dan coklat). Kemudian kami membuat dasar lukisan dan membuat pola. Setelah pola terbentuk, kami mengoleskan lem dan menaburkan serbuk kayu. Proses terakhir adalah penjemuran.” ujarnya kemudian menjelaskan proses pembuatan produknya.

Dia juga menjelaskan produk baru yang akan mereka bawa ke PIMNAS adalah lukisan tokoh nasional dengan metode WPAP atau Wedha’s Pop Art Potrait. “Untuk WPAP masih dalam proses produksi, nanti tunggu saja waktu launchingnya.”  Sahrul menambahkan.

Selain itu, Siti Naili Solikhah mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Untidar akan menjadi salah satu yang mewakili universitas dalam program  Pimnas Investment Summit (PIS).  Program ini merupakan program baru yang akan dilaksanakan di IPB  pada tanggal 9 – 10 Agustus 2016. Menurut Xander, program ini adalah program yang mempertemukan mahasiswa yang memiliki produk jual hasil kreativitas dengan para investor. Naili akan mempromosikan produknya yang bertajuk MIMIK BALON (Miniatur Mobil Antik dari Limbah Paralon) dalam program Pimnas Investment Summit. (AW)

MAHASISWA FKIP MENGUKIR PRESTASI DALAM TANGKAI GRUP VOKAL DI PEKSIMIDA 2016

Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Daerah (PEKSMIDA) Jawa Tengah merupakan agenda rutin dua tahunan yang diadakan oleh BPSMI Jawa Tengah. UNTIDAR termasuk salah satu universitas yang rutin mengirimkan perwakilannya dalam ajang tersebut. Untuk PEKSIMIDA 2016 kali ini, salah satu perwakilan yang dikirim adalah untuk tangkai Grup Vokal. UNTIDAR yang diwakili oleh Vokal Grup Grandio Sonora Tidar mengirimkan sebanyak 12 mahasiswanya, 5 diantaranya adalah mahasiswa FKIP. Mereka adalah Rosalina Indira. H. P, Meicio Bela Tiara, Palupi Sekartaji, Fajrian Aprio, dan Brian Kusuma Jati.

Acara yang diadakan di Balairung UKSW Salatiga, Selasa 26 Juli 2016, dibuka oleh Rektor UKSW Prof. Dr (H.C) Pdt. John A. Titaley, Th.D. Sebanyak 12 grup vokal dari berbagai Universitas baik negeri maupun swasta se-Jawa Tengah berkompetisi, ke 12 Universitas tersebut yaitu masing-masing dari Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, Universitas Semarang (USM), Universitas Tidar (UNTIDAR), Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang, Universitas Pekalongan (UNIKAL), Universitas Katolik Soegijapranata (UNIKA) Semarang, Univeritas Sebelas Maret (UNS) Solo, Universitas Muria Kudus (UMK), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bank BPD Jawa Tengah, dan UKSW. Dalam kompetisi tersebut, Grandio Sonora Tidar yang mendapatkan nomor urut 9 dengan membawakan 1 lagu daerah wajib dari Sulawesi Tenggara yang berjudul Wulele Sanggula dan 1 lagu pilihan yang berjudul Semesta yang dipopulerkan oleh grup band Maliq and D’essentials.

Dalam keikutsertaannya di Peksimida tahun ini, Grandio sonora Tidar mampu mengukir prestasi cemerlang dan mampu meraih juara harapan 3.  Drs. Budiono, M.Pd dosen FKIP selaku  pendamping Grandio Sonora Tidar pada PEKSIMIDA 2016, mengungkapkan bahwa segala hal dari persiapan dan pelatihan tidak mengalami kendala apapun sehingga dapat menampilkan performa terbaiknya saat pementasan. Palupi Sekartaji, salah satu perwakilan mahasiswa FKIP, menjelaskan bahwa mereka hanya memiliki waktu intensif  dua  minggu untuk berlatih. Selain berlatih vokal, mereka juga berlatih koreografi, ekspresi, serta teknik blocking panggung. Semua proses latihan mereka jalani dengan penuh semangat serta tanggung jawab demi membawa nama baik Grandio Sonora Tidar. Adapun aspek-aspek penilaian dalam tangkai grup vokal yaitu kekompakan vokal, dinamika, tempo, harmonisasi, performa atau penampilan, kostum, teknik vokal dan instrumen, serta durasi atau waktu.

Presetasi tersebut menjadi cambuk tersendiri bagi para mahasiswa FKIP yang tergabung dalam Grandio Sonora Tidar untuk terus meningkatkan kualitas performanya. Drs Budiono menambahkan perlu adanya peningkatan dalam sarana dan prasarana  supaya dapat mengukir prestasi yang lebih baik lagi dalam PEKSIMIDA di tahun mendatang. (NA)

MAHASISWA FKIP UNTIDAR MENUJU PEKSIMIDA JAWA TENGAH 2016

Untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan praktis mahasiswa dalam menumbuhkan apresiasi terhadap seni, baik seni suara, seni pertunjukan, penulisan sastra dan seni rupa, UNTIDAR menghelat PEKSIMITAS (Pekan Seni Mahasiswa Universitas). Acara yang diselenggarakan pada tanggal 30 Mei- 3 Juni 2016 ini menghasilkan beberapa kandidat potensial yang selanjutnya akan menjalani proses latihan intensif di tingkat universitas dan akan berangkat sebagai delegasi Universitas Tidar dalam PEKSIMIDA (Pekan Seni Mahasiswa Daerah) Jawa Tengah 2016.

Untuk regional Jawa Tengah, PEKSIMIDA dibagi menjadi beberapa tangkai yang diselenggarakan di beberapa tempat yang berbeda. Untuk seleksi grup vokal, dilaksanakan di Universitas Kristen Satya Wacana, monolog di Universitas Dian Nuswantoro, tari di Institut Seni Indonesia Surakarta. Sementara Universitas Muhamadiyah Surakarta akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan tangkai lukis, poster, desain grafis komputer, fotografi, komik strip, serta film pendek. Sedangkan tangkai baca puisi, penulisan karya, puisi, lakon, serta cerpen diselenggarakan di Universitas Muria Kudus. Tangkai menyanyi tunggal di Universitas Muhamadiyah Purwokerto. PEKSIMIDA Jawa Tengah 2016 diselenggarakan pada tanggal 25-30 Juli 2016.

Mahasiswa FKIP mengikuti dan lolos seleksi diseluruh tangkai seni yang diadakan PEKSIMITAS UNTIDAR. Tangkai seni baca puisi diwakili oleh Ridwan dan Indah Nurmayani, yang akan didampingi oleh dosen Imam Baihaqi, M.A. Sementara itu kandidat lolos untuk tangkai seni menyanyi tunggal adalah Ganang Dwi, dan Fadhila Syaibania. Keduanya akan didampingi oleh Drs. Hari Wahyono, M.Pd. Sedangkan untuk tari, Niti Pamungkas dan Antin Purwanti yang mewakili FKIP juga lolos. Bersama mahasiswa dari Fakultas lain mereka akan didampingi oleh Winda Candra Hantari,M.A. dan Molas Warsi Nugraheni, M.Pd. Untuk grup vokal, beberapa mahasiswa FKIP yang lolos (Siti Naili, Meicio Bela, Palupi Sekartaji, Fajrian Aprio, dan Brian Kusuma) akan didampingi oleh Drs.Hari Wahyono, M.Pd dan Drs. Budiono, M.Pd. Seluruh kandidat yang lolos akan terus didampingi sampai tahap selanjutnya yaitu PEKSIMIDA Jawa Tengah 2016.

Beberapa persiapan telah dilakukan panitia untuk memantapkan para peserta delegasi UNTIDAR dalam mengikuti PEKSIMIDA Jawa Tengah 2016. Latihan intensif digelar untuk memoles potensi para kandidat. Seluruh tangkai lomba terlihat melakukan latihan ketat bahkan hingga di luar jam perkuliahan tentu atas seijin orangtua. Ketua Panitia PEKSIMITAS UNTIDAR 2016, Drs. Hari Wahyono, M.Pd mengatakan bahwa meskipun terdapat kendala pada pelaksanaan PEKSIMITAS yang berbarengan dengan Ujian Akhir Semester Genap 2015/2016 dan libur lebaran, tetap membuat beliau optimis mahasiswa FKIP yang menjadi bagian dari delegasi Universitas Tidar dapat meraih hasil maksimal di dalam ajang PEKSIMIDA Jawa Tengah. Beliau optimis ada harapan besar untuk tangkai seni tari dan grup vokal  yang akan berlaga di ISI Surakarta pada hari Selasa, 26 Juli 2016 pukul 22.00 WIB, dan di UKSW pada pukul 13.30 WIB. Beliau yakin dengan persiapan, penggarapan, materi, pemain, dan tema yang disiapkan mampu membawa mereka menuju PEKSIMINAS (Pekan Seni Mahasiswa Nasional) 2016 yang akan diselenggarakan di Makassar.

Ini merupakan kali pertama FKIP mengirimkan delegasi dalam beberapa tangkai di PEKSIMIDA, setelah tahun 2015 hanya mengirimkan untuk menyanyi tunggal. Harapan yang disematkan pada para delegasi adalah agar dapat berlaga dengan sportif dan mampu membawa nama baik FKIP UNTIDAR di ajang regional. (WD&GF)

KABASTRA, SEMINAR NASIONAL PERDANA KOLABORASI PUSAT BAHASA UNIVERSITAS TIDAR, BALAI BAHASA JAWA TENGAH DAN HISKI KEDU

Bahasa, sastra, dan pengajarannya merupakan bidang ilmu yang berkesinambungan dan tak dapat dipisahkan. Dalam perkembangannya, ketiga bidang ilmu tersebut mendapatkan perhatian yang kian besar. Terbukti dengan adanya organisasi profesi serupa Asosiasi Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia (ADOBSI) dan Himpunan Sasrjana Kesusastraraan Indonesia (HISKI)  yang bergerak dalam bidang bahasa dan sastra. Organisasi profesi tersebut senantiasa menggeliat dan membuat sebuah terobosan baru di bidang bahasa, sastra, dan pengajarannya.

Dalam perkembangan yang kian meluas, ketiga bidang kajian di atas mulai menelurkan kajian baru yang kiranya belum pernah dilakukan selama ini. Harapannya ide, fenomena, serta gagasan baru dalam bidang kajian bahasa, sastra, dan pengajarannya akan dapat memperkaya khazanah pengetahuan para dosen, peneliti guru, dan masyarakat terutama di bidang bahasa, sastra, dan pengajarannya.

Berdasarkan hal tersebut, Pusat Bahasa Universitas Tidar, Balai Bahasa Jawa Tengah, dan HISKI Komisariat Kedu mencoba membuat sebuah Seminar Nasional Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya (KABSTRA) dengan tema “Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya dalam Perspektif Ideologi, Ekologi, dan Multikulturalisme”. Dengan adanya acara tersebut diharapkan para peneliti, dosen, guru, dan khalayak umum yang mencintai bahasa, sastra, dan pengajarannya akan dapat berkumpul untuk memperbincangkan isu, fenomena, serta gagasan baru dalam kaitannya dengan kajian bahasa, sastra, dan pengajarannya yang sampai sekarang ini mulai mendapatkan tempat yang istimewa.

Pembicara kunci yang dihadirkan adalah Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum. selaku Kepala Badan Bahasa, Prof. Dr. Suwardi Endraswara, M.Hum. selaku ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI), dan Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M.Pd. selaku Rektor Universitas Tidar bidang keahlian penelitian bahasa. Acara yang akan digelar di auditorium Universitas Tidar pada hari sabtu, 27 Agustus 2016 pukul 07.00 WIB ini bakal menjadi acara seminar nasional perdana yang spektakuler karena seminar yang akan dilakukan merupakan Call Paper, artinya tidak hanya ketiga pembicara kunci di atas yang akan unjuk suara, tetapi pemakalah pendamping pun akan menyuarakan kajiannya dalam bidang bahasa, sastra, dan pengajarannya.

Seminar nasional ini merupakan kolaborasi yang sangat menarik antara Universitas Tidar melalui Pusat Bahasanya, Balai Bahasa Jawa Tengah dan HISKI Kedu. Universitas Tidar senantiasa menjaga dan mengembangkan kebahasaan dan sastra Indonesia dengan secara serius mengaktifkan Pusat Bahasa yang dimilikinya dalam kesinambungan dengan FKIP yang menaungi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dukungan penuh dari Badan Bahasa Jawa Tengah dan kebangkitan HISKI akan menjadi sebuah sajian yang tentu sangat menarik untuk ditunggu. (AL)

Penandatanganan Nota Kesepahaman Hiski dan Universitas Muhammadiyah Magelang

Pada Selasa, 21 Juni 2016 telah dilaksanakan penandatanganan nota kesepahaman HISKI Kedu dan Universitas Muhammadiyah Magelang. Penandatanganan ini terkait dengan kerjasama antara HISKI dan universitas-universitas di wilayah eks karesidenan Kedu. Kali ini, penandatanganan langsung dilakukan oleh ketua HISKI Kedu, Imam Baihaqi, M.A., yang didampingi bendahara Winda Candra H., M.A., dengan Dekan FKIP UMM Drs. Subiyanto, M.Pd. Imam Baihaqi dan Winda Candra H merupakan dosen FKIP Untidar.

HISKI, akronim dari Himpunan Sarjanan Kesusastraan Indonesia merupakan sebuah organisasi yang berisi akademisi-akademisi sastra di seluruh Indonesia yang memulai geliat barunya. Hiski merupakan organisasi profesi yang terbuka dan mandiri. Didirikan pada tanggal 17 November 1984, organisasi ini mewadahi pengembangan gagasan pada ranah sastra di Indonesia dan bertujuan untuk kemajuan pengetahuan pendidikan dan kebudayaan.

HISKI Kedu resmi dideklarasikan pada Kamis, 2 Februari 2016 di Universtas Tidar melalui pemilihan oleh 15 perwakilan dari 5 universitas di eks Karesidenan Kedu. Kelima universitas itu adalah Untidar, UMM, UMP, UMNU dan Unsiq. Perwakilan yang hadir di Universitas Tidar yang pada akhirnya menjadi sekretariat HISKI Kedu tersebut memilih dan mengangkat Imam Baihaqi, M.A., sebagai ketua HISKI di wilayah yang dahulu merupakan Karesidenan Kedu.

Penandatanganan ini memiliki banyak sekali kemanfaatan bagi universitas-universitas yang tergabung dan bekerjasama dengan HISKI, khususnya bagi Untidar dan FKIP Untidar. Saat ini FKIP memiliki jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang di dalamnya mengajarkan dan mengembangkan kesusastraan Indonesia. Selain itu, FKIP Untidar juga memiliki jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dengan keilmuan sastra yang telah dikembangkan dan diharapkan akan semakin berkembang mengingat pada pelaksanaannya, para lulusan yang nantinya menjadi guru di tingkat pendidikan menengah, harus menguasai Ilmu Sastra semenjak sastra telah diajarkan sejak Sekolah Menengah Pertama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.

Hiski sebagai organisasi yang akan sangat mendukung perkembangan kesusatraan di Indonesia ke depan juga telah mencanangkan banyak program terkait keilmuan dan pengembangan sastra dan budaya di Indonesia. Agenda-agenda tersebut beraneka ragam mulai dari keilmuan sastra hingga cipta karya sastra. (al/wd)

MATA KULIAH DRAMA PENTAS PBSI MENDULANG SUKSES BESAR

Senin, 30 Mei 2016 menjadi hari penting dalam sejarah kesusastraan di Universitas Tidar. Pasalnya pada saat itu, digelar Drama Pentas sebagai salah satu Luaran dari pembelajaran mata kuliah Drama Pentas yang diampu oleh Imam Baihaqi, M.A. Drama yang berjudul “Persimpangan” tersebut dipentaskan dalam kurun waktu 3 jam, antara pukul 19.00 – 22.00 WIB. Pementasan ini digelar oleh kelompok teater “Recede” yang beranggotakan mahasiswa kelas C dan D semester IV Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Nama Recede itu sendiri merupakan akronim dari rewo-rewo kelas C D, diambil dari filosofi banyaknya anggota kelompok teater tersebut sehingga pada saat latihan seperti para suporter sepak bola. Lalu Nurul Huda selaku motor penggerak kelompok ini beserta kawan-kawannya menyepakati bahwa kelompok teater ini diberi nama kelompok teater Recede.

Antusiasme dari para penonton sungguh luar biasa. Hal ini dapat dilihat dari penuhnya gedung auditorium Universitas Tidar pada sebelum, saat, sampai selesai pementasan. Penonton seakan enggan untuk meninggalkan gedung auditorium tersebut, mereka sekaan tersihir oleh para pemain dalam menghayati peran yang meraka bawakan. Penonton berasal dari mahassiwa Universitas Tidar di semua Fakultas dan Program Studi, selain itu ada juga dari komunitas teater fajar dari Universitas Muhammadiyah magelang, Forum Kilometer Nol, dan komunitas-komunitas sastra lain. Tak kurang 350 penonton yang berasal dari dalam maupun luar kampus berada dan memadati gedung auditorium Universitas Tidar, meraka tetap bertahan sampai pementasan berakhir. Ashwin Khoirul Basyar mahasiswa semester VI mengungkapkan bahwa dirinya dan kawan-kawan lain merasa iri karena pada zamannya tidak diadakan pementasan seperti ini. “Saya sempat iri, karena saat kami menempuh mata kuliah drama pentas dulu tidak dapat mementaskan drama seperti ini, pementasan kali ini sungguh luar biasa dan bagus” ujarnya.

Kesuksesan pementasan drama “Persimpangan” ini dikuatkan oleh Dosen pengampu mata kuliah drama pentas. Imam Baihaqi, M.A. mengungkapkan bahwa dirinya merasa bangga atas apa yang telah dilakukan oleh mahasiswanya. “Pementasan drama yang dilakukan kali ini cukup bagus, selama kurang lebih 3 bulan berlatih, mereka mampu menampilkan pementasan yang meriah seperti ini. Apresiasi dari para penonton pun luar biasa, mereka datang untuk menyaksikan pentas perdana mata kuliah drama pentas yang digelar di Universitas Tidar ini. Awalnya saya merasa pesimis karena persiapan yang dilakukan kurang maksimal. Akan tetapi, kelompok teater Recede di bawah komando “Sang Sutradara Andal” Nurul Huda dengan cekatan menangani permasalahan tersebut dengan apik dan estetik. Saya mempunyai gagasan untuk membuat Festival Drama tiap tahun yang dikemas dalam rangkaian mata kuliah drama pentas” papar Beliau.

Harapan lain juga disampaikan oleh beberapa mahasiswa Universitas Tidar, mereka mengharapkan pementasan seperti ini dapat digelar setiap tahun. “Kami berharap pementasan seperti ini dapat dilakukan setiap tahun, lumayan dapat hiburan dan snack gratis. Kami juga berharap pementasan seperti ini dapat didukung oleh Fakultas dan Universitas sebagai salah satu metode pembelajaran dalam mengasah keterampilan mahasiswa secara nyata.” Papar gerombolan mahasiswa yang ikut menonton di belakang./MX/.