MAHASISWA SEMESTER V PBSI GELAR PAMERAN FOTOGRAFI JURNALISTIK

Mahasiswa Semester V Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tidar (Untidar) mengadakan acara Pameran Fotografi Jurnalistik (FJ). Acara berlangsung selama tiga hari. Dimulai dari Kamis-Sabtu (13-15/11) dan bertempat di Auditorium Untidar. Pameran FJ merupakan rangkaian dari Tugas Mata Kuliah Praktik Jurnalistik yang diampu oleh Drs. Hari Wahyono, M.Pd. Selain sebagai tugas mata kuliah, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk menunjukan bahwa mahasiswa tidak hanya memahami teori, namun juga mampu berkarya secara nyata.

Acara dibuka oleh Dekan FKIP, Drs FX Samingin M.Hum. “ Pameran ini sangat baik dan bermanfaat. Kami harap mahasiswa tidak hanya memenuhi syarat pendidikan atau sekadar formalitas saja, tapi bisa mengembangkan di luar bangku kuliah.” Kata Dekan FKIP saat membuka acara. Pameran FJ tahun ini bertepatan dengan Ujian Tengah Semester (UTS), jadi hanya beberapa dosen yang hadir pada saat pembukaan. Sampai acara penutupan, kurang lebih 300 orang mengunjungi pameran.

Dalam pameran tahun ini, ada 37 mahasiswa yang ikut berpartisipasi. Mereka diwajibkan mengumpulkan 10 foto, terdiri dari 7 foto berita dan 3 foto picture dengan tema bebas. Jumlah total keseluruhan foto yang dipamerkan adalah 380 foto dan 10 foto di antaranya hasil karya dari Drs. Hari Wahyono, M.Pd. Sebelum pameran diselengarakan, mahasiswa diberikan pelatihan terlebih dahulu, kurang lebih selama tiga bulan yaitu dengan mengumpulkan satu foto tiap minggunya. Evaluasi juga dilakukan agar kemampuan mengenai Fotografi Jurnalistik dapat meningkat. Semua itu bertujuan agar ketika pameran mahasiswa mampu memberikan hasil foto yang berkualitas dan memenuhi  standar. Persiapan pameran sendiri membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu. “Foto-fotonya bagus dan unik. Semoga hal ini terus ada tiap tahunnya, karena sangat menginspirasi.” Kata Sya’adah salah satu pengunjung pameran.

Pameran semacam ini telah dilaksanakan selama lima tahun berturut-turut. Panitianya berasal dari mahasiswa semester V PBSI. Mereka dibagi menjadi 3 kelompok. Selain Pameran FJ, acara tersebut juga dimeriahkan oleh penampilan Band dari Bengkel Seni (BS) Untidar dan beberapa kolaborasi mahasiswa lainnya.

Untuk pendanaan, murni berasal dari sawadaya semua mahasiswa semester V PBSI.  “Ini acara mandiri jadi kami yang mendanai. Kemarin juga ada saran dari Dekan untuk di jadikan sebagai agenda kegiatan fakultas, ya semoga kedepannya bisa terealisasi.” Tandas Heri. Dana yang dikumpulkan digunakan panitia untuk menyewa sketsel, konsumsi, publikasi dsb

Pameran di tutup pada hari Sabtu, pukul 15.00 WIB oleh Drs. Hari Wahyono M.Pd., sekaligus dilakukan evaluasi dengan tujuan mahasiswa kedepannya mampu mengembangkan kemampuan fotografi jurnalistik di luar bangku perkuliahan. (M.Ab/Humas)

HMJ BAHASA DAN SASTRA INDONESIA GELAR SEMINAR “SATU NUSA, SATU BANGSA, SATU BAHASA”

“Bahasa Indonesia itu penting, sebagai bahasa pemersatu Indonesia yang terdiri dari beragam suku. Namun sayangnya penggunaan dan penguasaannya belum optimal, termasuk di kalangan akademik baik siswa maupun guru” ungkap Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah, Drs. Pardi M.Hum., dalam seminar Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tidar, Selasa 28 Oktober 2014 bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Pardi menjelaskan perlunya masyarakat menguasai Bahasa Indonesia. Masyarakat juga perlu mempelajari berbagai bahasa, karena bahasa adalah komponen vital dalam bersosialisasi.

Bahasa adalah gambaran atau refleksi dari kehidupan, dimana bahasa adalah perwujudan atau ekspresi kehidupan seseorang, masyarakat, Negara, dan Bangsa.  Bahasa yang santun adalah representasi dari masyarakat yang berbudaya. Sebaliknya, bahasa masyarakat yang kasar merupakan ekspresi dari masyarakat yang kurang beradab.  Dalam acara yang dihadiri dosen dan mahasiswa FKIP Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Untidar ini, juga turut menghadirkan sastrawan Magelang Bambang Eka Prasetya yang membawakan materi workshop sastra cipta karya puisi.[:en]“Bahasa Indonesia itu penting, sebagai bahasa pemersatu Indonesia yang terdiri dari beragam suku. Namun sayangnya penggunaan dan penguasaannya belum optimal, termasuk di kalangan akademik baik siswa maupun guru” ungkap Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah, Drs. Pardi M.Hum., dalam seminar Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tidar, Selasa 28 Oktober 2014 bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Pardi menjelaskan perlunya masyarakat menguasai Bahasa Indonesia. Masyarakat juga perlu mempelajari berbagai bahasa, karena bahasa adalah komponen vital dalam bersosialisasi.

Bahasa adalah gambaran atau refleksi dari kehidupan, dimana bahasa adalah perwujudan atau ekspresi kehidupan seseorang, masyarakat, Negara, dan Bangsa.  Bahasa yang santun adalah representasi dari masyarakat yang berbudaya. Sebaliknya, bahasa masyarakat yang kasar merupakan ekspresi dari masyarakat yang kurang beradab.  Dalam acara yang dihadiri dosen dan mahasiswa FKIP Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Untidar ini, juga turut menghadirkan sastrawan Magelang Bambang Eka Prasetya yang membawakan materi workshop sastra cipta karya puisi.

MAHASISWA UNTIDAR TERIMA BEASISWA SUPERSEMAR

Lima Mahasiswa Universitas Tidar mendapatkan  Beasiswa Supersemar Tahun Anggaran 2014. Lima Mahasiswa yang terpilih adalah mahasiswa semester 4. Beasiswa diberikan kepada :

  1. LENY ZULAECHAH DARI FKIP BAHASA INGGRIS
  2. ARDHIYAN NUGRAHANTO DARI FKIP BAHASA INGGRIS
  3. MISTA MIROH DARI FKIP BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
  4. DEVITA DHAMANINGRUM DARI FAKULTAS EKONOMI PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN
  5. PANGLIPUR SETYO ASIH DARI FAKULTAS EKONOMI PRODI AKUNTANSI

Masing-masing mahasiswa mendapatkan beasiswa pendidikan sebesar Rp 2.400.000,-. Beasiswa Supersemar adalah beasiswa yang diberikan oleh Yayasan Supersemar kepada mahasiswa di seluruh penjuru Indonesia yang terpilih dengan tujuan untuk meningkatkan semangat belajar dan meningkatkan prestasi pendidikan. Syarat utama penerima Beasiswa Supersemar adalah memiliki IPK minimal 3,5 dan aktif di organisasi kampus.[:en]Lima Mahasiswa Universitas Tidar mendapatkan  Beasiswa Supersemar Tahun Anggaran 2014. Lima Mahasiswa yang terpilih adalah mahasiswa semester 4. Beasiswa diberikan kepada :

  1. LENY ZULAECHAH DARI FKIP BAHASA INGGRIS
  2. ARDHIYAN NUGRAHANTO DARI FKIP BAHASA INGGRIS
  3. MISTA MIROH DARI FKIP BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
  4. DEVITA DHAMANINGRUM DARI FAKULTAS EKONOMI PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN
  5. PANGLIPUR SETYO ASIH DARI FAKULTAS EKONOMI PRODI AKUNTANSI

Masing-masing mahasiswa mendapatkan beasiswa pendidikan sebesar Rp 2.400.000,-. Beasiswa Supersemar adalah beasiswa yang diberikan oleh Yayasan Supersemar kepada mahasiswa di seluruh penjuru Indonesia yang terpilih dengan tujuan untuk meningkatkan semangat belajar dan meningkatkan prestasi pendidikan. Syarat utama penerima Beasiswa Supersemar adalah memiliki IPK minimal 3,5 dan aktif di organisasi kampus.

Anisatul Fuadiyah, Lulusan FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia UTM Satu Dari 35 Orang Guru Perintis, Siap Mengabdi di Puncak Papua

“Kabupaten Puncak merupakan salah satu daerah terisolir di Indonesia, mengalami beberapa tantangan geografis yang berdampak bagi pembangunan sosial budaya, terutama pendidikan. Sarana prasarana pendidikan masih sangat minim dan tenaga pengajar yang belum mencukupi”, kata Kepala Kelompok Kerja Papua UGM Drs Bambang Purwoko dalam acara Pembukaan Seleksi Guru Perintis di Yogyakarta.

Program guru perintis merupakan hasil kerjasama antara Kelompok Kerja Papua dan Pusat Pengembangan Kapasitas dan Kerjasama (PPKK) Fisipol UGM dengan Pemerintah Kabupaten Puncak. Ketiga puluh lima guru perintis yang dikirim merupakan guru dari berbagai daerah yang dinyatakan lolos dalam proses rekrutmen yang dilakukan di Yogyakarta dan Makasar.

Mereka yang berkesempatan untuk mengikuti seleksi tidak hanya lulusan UGM, namun juga lulusan dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Satu diantara 35 Guru Perintis yang lolos seleksi adalah Anisatul Fuadiyah, lulusan FKIP UTM Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia. Sesuai rencana Anis bersama 34 Guru Perintis akan ditempatkan di Kabupaten Puncak Papua, untuk mendedikasikan kemampuan sesuai latar belakang pendidikannya. Guru yang dibutuhkan dalam program Guru Perintis tahun ini adalah Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Bahasa Inggris, Fisika, Biologi, Ekonomi, Bahasa Indonesia, Matematika, Kimia dan IPA

Setelah melewati proses seleksi yang cukup panjang, sebanyak 35 guru perintis dikirim ke Kabupaten Puncak, Papua.  Mereka akan bertugas sebagai tenaga perintis dan penggerak untuk bahu-membahu memajukan pendidikan warga Kabupaten Puncak, salah satu wilayah paling terisolir di Indonesia.

Kabupaten Puncak terletak di ketinggian antara 3.000 sampai 4.800 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kabupaten Puncak di pegunungan tengah Provinsi Papua terdiri dari bukit-bukit yang menjulang tinggi dan jurang yang dalam. Akibatnya, banyak distrik dan kampung yang terisolir dan tidak mempunyai akses transportasi maupun komunikasi sama sekali. Angka tuna aksaranya pun sangat tinggi, yakni 76,88 persen pada tahun 2013.

Berbeda dengan program serupa yang telah ada, peserta seleksi guru perintis haruslah merupakan sarjana studi pendidikan. Dengan demikian, mereka telah memiliki bekal keilmuan yang cukup untuk mengajar para calon muridnya.