[:id]Pelatihan Pembelajaran berbasis TIK[:]

[:id]

Program pelatihan bahasa berbasis TIK diadakan oleh UPT Bahasa Universitas Tidar pada 31 Agustus 2017. Tujuan dari pelatihan ini adalah memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia (SDM).  Tujuan lebih khususnya untuk mempermudah dosen agar dapat mengajar dimana saja dan kapan saja. Pelatihan tersebut menggunakan Office 365 yang sering disebut dengan Office online. Dosen dapat mengerjakan satu file excel, word, ataupun power point yang dikerjakan oleh beberapa orang ditempat yang berbeda. Program yang diajarkan dalam pelatihan ini adalah aplikasi Sway.

Aplikasi Sway dapat digunakan untuk membuat presentasi online yang dapat dibuat dengan mudah dan cepat. Dokumen dalam Sway dapat dibagikan ke media sosial ataupun ke orang lain. Dalam pelatihan tersebut, peserta dilatih untuk membuat dan memodifikasi materi presentasi agar terlihat lebih menarik dan mudah diakses. Para peserta sangat antusias karena pelatihan ini merupakan hal baru bagi dosen dan dapat mendukung kegiatan pembelajaran. (ET)

[:]

[:id]Dosen FKIP ikuti Pelatihan Penerjemahan dan Penjurubahasaan di LBI UI[:en]FETT Lecturer Attended Translation And Interpretation Workshop at LBI UI[:]

[:id]

Selama kurang lebih sepekan (21-25 Agustus 2017), salah satu dosen Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Tidar mengikuti workshop penerjemahan dan penjuru bahasaan di Lembaga Bahasa Internasional, Universitas Indonesia. Kegiatan tersebut memberikan pelatihan awal tentang bagaimana menerjemahkan berbagai genre teks dan juga penjurubahasaan. Workshop ini dihadiri sekitar 60 orang setiap harinya dari berbagai kota di Indonesia.

Workshop penerjemahan dan penjurubahasaan ini diawali dengan pelatihan penerjemahan teks sastra pada hari Senin 21 Agustus 2017. Fasilitator dari penerjemahan sastra ini adalah Dr. Grace Wiradisastra dan Doni Jaya, M.Hum. Keduanya adalah dosen di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) dan juga trainer penerjemahan di LBI UI. Kemudian penerjemahan teks hukum dilanjutkan di hari kedua, Selasa, 22 Agustus 2017. Para peserta terlihat antusias mengikuti pelatihan di hari kedua ini. Selain materi pelatihan yang menantang, pelatihan penerjemahan teks hukum ini juga difasilitatori oleh para professional. Para fasilitator tersebut adalah Andika Wijaya, M.Transinterp, seorang penerjemah teks hukum professional tersertifikasi NAATI (The National Accreditation Authority for Translators and Interpreters) pada tahun 2015 dan juga pengajar penerjemahan teks hukum UI, Hetty Hartati Novita, M.Hum. Kemudian di hari ketiga, peserta pelatihan ini mendapatkan materi tentang penerjemahan teks akademik oleh Haru Deliana Dewi, Ph.D. dan Doni Jaya, M.Hum.

Animo peserta workshop pun tidak berhenti sampai hari ketiga. Di hari keempat, peserta pelatihan mendapatkan materi tentang penjurubahasaan dari interpreter kepresidenan Inanti P Diran, Ed.M dan interpreter professional Kukuh Sanyoto. Keduanya adalah anggota AIIC – sebuah organisasiinterpreter professional. “Hari ini yang paling ditunggu dan paling menantang,” ungkap Atsani Wulansari, M.Hum. dosen FKIP yang mengikuti pelatihan tersebut. Selain itu, Atsani mengaku bahwa di hari keempat ini dirinya mendapatkan banyak pengetahuan tentang penjurubahasaan. “Bukan hanya teori saja yang saya dapatkan di hari ini, tapi juga praktek selama seharian penuh,“ tambahnya.

Pelatihan penerjemahan dan penjurubahasaan ini ditutup denggan pelatihan SDL Trados oleh Ririn Indah Permata Sari dan Zhilal El Furqon. Keduanya adalah penerjemah professional. SDL Trados adalah sebuah perangkat lunak untuk membantu penerjemah agar hasil terjemahannya lebih konsisten. Atsani mengungkapkan bahwa ilmu yang didapatkan pada acara workshop ini sangat membantunya dalam pembelajaran Translation di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.

[:en]

For about a week (August 21-25, 2017), one of the lecturers of Tidar University of  the English Education Study Programm attended translation workshops and languages ​​at International Language Institute, University of Indonesia. These activities provide initial training on how to translate various genres of text as well as interpreting. This workshop was attended by about 60 people from various cities in Indonesia.

This translation and interpretation workshop begins with a translation of literary texts on Monday, August 21, 2017. The facilitator of this literary translation is Dr. Grace Wiradisastra and Doni Jaya, M. Hum. Both are lecturers at the Faculty of Cultural Sciences (FIB) University of Indonesia (UI) and also translation trainers in LBI UI. Then the legal text translation continued on the second day, Tuesday, August 22, 2017. The participants seemed enthusiastic about the training on this second day. In addition to challenging training materials, this legal text translation training is also facilitated by professionals. The facilitators are Andika Wijaya, M.Transinterp, a translator of NAATI certified professional law in 2015 and also a translator of UI law text, Hetty Hartati Novita, M.Hum. Then on the third day, the trainee got the material about interpreting the academic text by Haru Deliana Dewi, Ph.D. and Doni Jaya, M. Hum.

The enthusiasm of the workshop participants did not stop until the third day. On the fourth day, the trainees received interpreting materials from the presidential interpreter, Inanti P Diran, Ed.M and professional interpreter, Kukuh Sanyoto. Both are members of AIIC – a professional interpreter organization. “Today is the most awaited and most challenging,” said Atsani Wulansari, M. Hum., FETT lecturers who attended the training. In addition, Atsani confessed that on this fourth day he got a lot of knowledge about interpreting. “It’s not just the theory that I got today, but also the practice for the whole day,” she added.

This translation and interpreting workshop is covered by SDL Trados training by Ririn Indah Permata Sari and Zhilal El Furqon. Both are professional translators. SDL Trados is a software to help translators for more consistent translation results. Atsani revealed that the science gained at this workshop was very helpful in learning Translation in English Education department. (ER)

[:]

[:id]FKIP Terbitkan Dua Jurnal Baru[:]

[:id]

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) akan terbitkan dua jurnal baru. Sebelumnya FKIP sudah memiliki dua jurnal, yaitu Metathesis dan Transformatika. Metathesis merupakan jurnal Program Studi  Pendidikan Bahasa Inggris, sedangkan Transformatika merupakan jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dua jurnal baru yang akan segera terbit adalah Indonesian Journal of Science and Education dan Indonesian Journal of Education and Learning. Indonesian Journal of Science and Education merupakan jurnal Program Studi Pendidikan IPA, dan Indonesian Journal of Education and Learning merupakan jurnal bidang kependidikan.

Ruang lingkup Indonesian Journal of Science and Education mencakup artikel-artikel yang mengkaji bidang pendidikan IPA, pendidikan Biologi, pendidikan Fisika, pendidikan Kimia, Teknologi pendidikan IPA, Ilmu Lingkungan, Fisika, Kimia, dan Biologi. Sedangkan ruang lingkup Indonesian Journal of Education and Learning adalah artikel-artikel dengan topik profesi kependidikan, kurikulum, filsafat pendidikan, teknologi pendidikan, strategi pembelajaran, manajemen pendidikan, psikologi pendidikan, perkembangan peserta didik, isu umum dalam pendidikan dasar, menengah, dan tinggi, landasan pendidikan, pengembangan profesi guru, pendidikan luar sekolah, pendidikan luar biasa.

Kedua jurnal baru tersebut sedang dalam tahap persiapan untuk terbit. Jurnal – jurnal di Universitas Tidar sudah dikelola dalam open journal systems (OJS), begitu juga dengan kedua jurnal baru FKIP. Untuk mempersiapkan pengelolaan jurnal secara online, perwakilan dewan redaksi kedua jurnal baru FKIP sudah mengikuti kegiatan workshop pembuatan jurnal ilmiah yang dilaksanakan pada tanggal 25 – 27 Agustus 2017. Kedua jurnal direncanakan akan terbit perdana baik secara online maupun cetak pada bulan September 2017. (ET)

[:]

[:id]Dosen FKIP Ikuti Kegiatan ALFHE[:]

[:id]

10 orang dosen FKIP ikuti kegiatan Active Learning for Higher Education (ALFHE) di Universitas Muhammadiyah Magelang. Kegiatan ALFHE ini merupakan kerja sama tiga universitas di karesidenan Kedu yang memiliki fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP). Tiga universitas tersebut adalah universitas muhammadiyah Magelang (UMM), Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP), dan Universitas Tidar. Tujuan dari kegiatan ALFHE ini adalah membekali keterampilan kepada dosen, sehingga dapat menerapkan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan di perguruan tinggi.

Kegiatan ALFHE dilaksanakan selama tiga hari, yaitu pada tanggal 23 – 25 Agustus 2017. Rangkaian acara ALFHE diisi dengan pemodelan kegiatan pembelajaran yang aktif, pembekalan pembuatan media pembelajaran, pembinaan dalam merancang kegiatan pembelajaran yang aktif, dan refleksi kegiatan. Kegiatan ALFHE ini merupakan kegiatan rutin yang akan diadakan selama 2 kali dalam setahun dan diadakan pada akhir semester. Siswanto, M. Pd. salah satu peserta kegiatan ALFHE berkomentar  “Acara sangat bagus dan dapat mendukung peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh dosen. Akan tetapi dengan waktu yang hanya 3 hari, masih kurang. Apalagi perlu ditambah kegiatan praktek langsung”. Oleh karena itu, tindak lanjut kegiatan ini akan diadakan pembinaan pada praktek langsung di masing-masing universitas oleh tim fasilitator. (ET)

[:]

[:id]Workshop Pembuatan Jurnal Ilmiah: FKIP Segera Luncurkan 2 Jurnal Baru[:]

[:id]

Tugas utama sebagai seorang dosen adalah menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi, salah satunya wajib melakukan penelitian dan mempublikasikan hasil penelitian tersebut. Publikasi menjadi sebuah kewajiban karena merupakan pertanggungjawaban ilmiah atau akademik yang mencerminakan kepakaran seorang dosen. Universitas Tidar telah memilih menjadi universitas berbasis riset karena itu riset dan publikasi menjadi persyaratan untuk banyak hal. Dalam rangka meningkatkan kinerja dosen dan mendorong dosen-dosen untuk terus melakukan penelitian dan publikasi, Universitas Tidar mengadakan pelatihan bertajuk “Workshop Pembuatan Jurnal Ilmiah Jurusan/Prodi Universitas Tidar” pada Jumat s.d. Minggu (25-27/8) di Hotel Crystal Lotus Yogyakarta. Hal ini juga dilaksanakan untuk membentuk wadah bagi artikel hasil penelitian yang sudah banyak ditulis untuk tiap program studi.

Workshop dihadiri oleh para pengelola jurnal masing-masing program studi di lingkungan universitas, baik prodi yang telah memiliki jurnal ataupun prodi yang baru memulai membuat jurnal. Tidak terkecuali prodi di FKIP mengirimkan beberapa wakil pengelola jurnal untuk mengikuti workshop tersebut. Perwakilan dari Prodi PBSI adalah Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari, M.Pd., dengan Jurnal Transformatika Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia yang sudah diterbitkan beberapa kali, Perwakilan Prodi PBI, Lilia Indriani, M.Pd. dengan Jurnal Metathesis, selain itu Prodi Pendidikan IPA yang baru akan meluncurkan Indonesian Journal of Science and Education diwakili oleh Eli Trisnowati, M.Pd. serta Indonesian Journal of Education and Learning  yang juga baru akan dibuat diwakili oleh Fifit Firmadhani, M.Pd.

Prof. Dr. Joko Widodo, M.Pd. selaku Wakil Rektor bidang akademik Untidar menyampaikan target yang harus diraih dalam workshop ini. “Saya harap Bp/Ibu bisa segera menyelesaikan desain cover, menyusun tim redaksi dan mitra bestari, menetapkan kaidah selingkung, format artikel, cara meng-edit artikel, hingga proses cetak jurnal. Setelah sampai kampus jurnal tersebut langsung diusulkan untuk proses memperoleh ISSN dan dikelola secara online, supaya jurnal segera dapat terindeks.” Tentunya harapan besar Prof. Joko harus dibarengi dengan usaha keras para pengelola jurnal, maka beliau berharap kesempatan selama 3 hari dapat dimanfaatkan sebaik mungkin dengan menggali informasi sedalam-dalamnya.

Untuk mencapai target tersebut workshop diawali dengan paparan dan pengarahan oleh narasumber Moh Yasir Alimi, S.Ag., M.A., Ph.D. “Langkah awal bagi jurnal yang baru terbit, angkat terlebih dahulu skripsi mahasiswa yang Bp/Ibu bimbing, jadikan artikel untuk bisa dimuat dalam jurnal. Jika jurnal sudah terindeks sitasi akan meningkat dan kualifikasi menjadi lebih tinggi. Ini sangat menguntungkan bagi dosen serta universitas.” Selanjutnya, pada hari kedua diberikan penjelasan teknis penyusunan jurnal oleh Emma Dwi Ratnasari, S.E., M.Si. dan Supanji Setyawan S.Pd., M.Si. Terakhir pada hari ketiga dilakukan finalisasi penyusunan jurnal.

Ditanya seputar pelatihan yang diikuti, Fifit Firmadhani, M.Pd. merasa senang karena diberi kesempatan untuk belajar mengelola jurnal. “Tentunya sangat bermanfaat, karena saya tergolong masih baru sebagai pengelola jurnal, namun justru membuat saya tambah semangat karena jurnal dibuat dalam sistem online atau OJS. Jika jurnal sudah berjalan dengan baik, ke depannya ingin merekrut penulis dari luar Untidar supaya cepat berkembang dan semakin di kenal.” Dalam waktu dekat, pada bulan September beberapa jurnal baru akan lahir dan sudah ber-ISSN, dengan harapan bisa menambah khazanah ilmu bagi civitas akademika. (TP)

[:]

[:id]Otadama FKIP 2017: Bangga Menjadi Mahasiswa FKIP![:en]OTADAMA 2017: Be Proud of FETT Students[:]

[:id]

Kemeriahan dan sorak sorai bahagia mewarnai acara Orientasi Tidar Muda (Otadama) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Senin (21/8) kemarin. Acara yang bertujuan memperkenalkan FKIP sebagai rumah yang ditinggali oleh mahasiswa baru terasa menyenangkan karena jauh dari sifat perpeloncoan, melainkan kental dengan suasana keakraban dan persaudaraan. Terlihat para mahasiswa baru berpakaian rapi dengan mengenakan batik, celana atau rok kain hitam, dan sepatu fantovel. Otadama Fakultas merupakan rangkaian kegiatan dari masa orientasi mahasiswa baru di lingkungan Universitas Tidar. Pada hari itu orientasi difokuskan pada pengenalan fakultas dan program studi yang telah dipilih. “Tujuannya biar mahasiswa baru itu tahu, FKIP itu apa, bagaimana suasana perkuliahannya, ormawa-nya apa saja? Sekaligus juga memupuk sejak dini rasa bangga dan kecintaannya terhadap FKIP. Maka kami meneriakkan jargon: Bangga menjadi Mahasiswa FKIP,” jelas Ridwan Setyo Pambudi, Ketua Panitia Otadama FKIP.

Acara ini berlangsung mulai pk 05.00 WIB sehingga mahasiswa baru diwajibkan untuk standby di kampus sebelum jam tersebut apabila tak ingin pintu gerbang ditutup dan tidak diperbolehkan masuk. “Panitia bersifat tegas, jadi bagi yang terlambat harus mau menerima hukuman. Ini sebagai bentuk penanaman sikap disiplin kepada tidar muda, bahwa calon guru harus memegang teguh sikap disiplin,” ungkap Ridwan. Dirinya menceritakan bagi mahasiswa yang terlambat hukuman yang harus dijalani bukanlah hukuman yang aneh-aneh yang berujung pada bullying, melainkan hukuman yang bisa membangun rasa nasionalis yaitu menyanyikan lagu nasional misalnya Indonesia Raya, Garuda Pancasila, Darah Juang, dan Buruh Tani.

Dalam sambutannya Dekan FKIP, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. menekankan kepada mahasiswa supaya pintar mengelola waktu. “Di FKIP tidak salah kalau mau ikut organisasi. Tapi harus bisa membagi waktu dengan baik, presentasenya ya 80% untuk akademik 20% untuk organisasi.” Dirinya turut menyampaikan jika kegiatan perkuliahan tidak boleh dikalahkan dengan kegiatan berorganisasi. Mengingat bahwa kewajiban utama seorang mahasiswa adalah menggali ilmu secara formal dalam kegiatan akademik. Selain Dekan, kedua Wakil Dekan FKIP juga memberi materi yang menjadi bagiannya. Wadek 1, Drs. Hari Wahyono, M.Pd. menyampaikan materi mengenai kemahasiswaan dan akademik, sedangkan Wadek 2, Dr. Dwi Winarsih, M.Pd. menuturkan mengenai keuangan dan bagian umum.

Setelah materi kefakultasan selesai, acara dilanjutkan dengan materi keprodian masing-masing. Dalam acara ini mahasiswa tiap prodi dipisahkan pada ruang-ruang tertentu dalam waktu yang bersamaan. “Jadi kalau prodi PBSI tetap berada di auditorium, prodi PBI di ruang multimedia, dan prodi Pendidikan IPA di ruang I.9. Acaranya ya pengenalan prodi, kemudian ada pengenalan organisasi himpunan mahasiswa masing-masing prodi,” jelas Ridwan. Terakhir acara pentas seni dari mahasiswa baru yang menampilkan berbagai pertunjukan seperti pembacaan puisi, musikalisasi puisi, drama singkat, hingga menyanyi dengan iringan akustik.

Secara keseluruhan acara berlangsung sukses dan lancar, tidak ada halangan yang berarti bagi panitia penyelenggara Otadama Fakultas. “Untuk adik-adikku mahasiswa baru, janganlah menjadi mahasiswa pasif yang kerjaannya hanya kupu-kupu alias kuliah pulang – kuliah pulang. Berorganisasilah, ada banyak ilmu yang dapat diperoleh dari berorganisasi atau menjadi mahasiswa aktif. Bisa mendewaskan pikiran, memperbanyak pengalaman, dan banyak dikenal dosen atau mahasiswa sehingga banyak untungnya,” begitulah Ridwan menuturkan keinginannya yang ingin dilakukan oleh tidar muda itu. (TP)

[:en]

[FKIP – 25/08/2017] – On Monday, 21st August 2017, hundreds of new students of FETT Untidar (Faculty of Education and Teacher’s Training) joined the new orientation of FETT (Otadama) cheerfully in Auditorium of Tidar University. Otadama itself was aimed to introduce the new students about FETT. Without having a rough hazing rituals, the new students enjoyed every orientation process. Emphasizing on intimacy and solidarity was the approach used in Otadama, so that the new students could have a meaningfull orientation. Otadama of FETT was a series of students orientation activity at Tidar University. Besides, Otadama focused on intrudction about faculty and study program that they have choosen. “ The purpose of Otadama is to know more about what and how FETT is. We also want to build the pride and love toward FETT, and we have a jargon: Be Proud of FETT students,” explained Ridwan Setyo Pambudi, as the chief committe of Otadama.

The event which was started from 5 a. m. required the new students to be standby at campus earlier before 5 a. m.. “The committee is assertive, so those who are late must accept the punishment. This is as a form of disciplinary attitude for the young Tidar, that must hold discipline,” added Ridwan. He explained that the punishment itself would end as a bullying, but
But rather a punishment that can build a sense of nationalism.

In his speech, the Dean of FETT, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. emphasized  the students to be smart in time management.  “You are ofcourse allowed to join in any organisation at campus, but also consider in time management.” He added that the main obligation as students is to study as in academic activities. Besides, both the Vice Deans of FETT also delivered some material.  Drs. Hari Wahyono, M.Pd., as Vice Dean of Academic and Students’ Affairs, delivered material about academic and students’ affairs.  On the other hand,  Dr. Dwi Winarsih, M.Pd., as Vice Dean of General Affairs and Finance, explained about finance.

After having the faculty session, the new students had some material about their study programs. The students were split into two different room, which was based on their study program. “For Indonesian language and Literature Study Program students, they still stay in this auditorium. For English Education Study Program students, they moved to Multimedia room. While for students of Science Education, they moved to room I.9 in FETT.  “In the second session, they were introduced to their study program more intensively, including the introduction to students organisation in their study program,” explained Ridwan. At the end, Otadama was closed by having performing arts. The new students were asked to perform some arts such as dancing reading poem, drama, etc.

Overall, Otadama of FETT run well and successful. “Be active students, there are many experiences that you can get from being active students and also being active in organisations,”  closed Ridwan. (TP-NA)

[:]

[:id]4 Dosen FKIP Terima Penghargaan Satyalancana[:en]4 Lecturers of FETT Are Awarded Satyalancana[:]

[:id]

Dalam rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun ke-72 Republik Indonesia, pemerintah kembali memberikan penghargaan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang telah mengabdi untuk Negara selama kurun waktu tertentu. Tak terkecuali Universitas Tidar, 6 dosen mendapatkan penghargaan Satyalancana Karya Satya atas jasanya mengabdikan diri pada bidang pendidikan selama 30 tahun. Dari ke-6 dosen yang mendapat penghargaan, 4 diantaranya adalah dosen dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yaitu Prof. Dr. Sukarno, M.Si. yang menjabat sebagai Dekan FKIP, Dr. Yulia Esti Katrini, M.S., Dr. Sri Haryati, M.Pd., dan juga Drs. Antonius Yuwono, M.Pd.

Penyematan Satyalancana Karya Satya dilakukan oleh Rektor Untidar, Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M.Pd. saat upacara bendera peringatan Ulang Tahun ke-72 Republik Indonesia, Kamis (17/8) kemarin. Tanda kehormatan yang diberikan merupakan apresiasi atas kecakapan, kedisiplinan, kesetiaan, dan pengabdian sehingga dapat dijadikan teladan bagi setiap pegawai lainnya. Bagi penerima penghargaan, hal ini diharapkan bisa diterima sebagai bentuk motivasi untuk meningkatkan semangat kerja agar bisa meraih prestasi lebih baik lagi.

Dr. Yulia mengungkapkan rasa bahagianya saat itu dengan mengucap terima kasih atas penghargaan yang diterimanya. “Kalau saya memaknai penghargaan ini sebenarnya bukan hanya bagi orang-orang yang berprestasi, melainkan bagi setiap orang yang telah mengabdi karena kesetiaannya. Maka jika boleh mengusulkan, pemerintah bisa mengkaji ulang mekanisme pemberian penghargaan ini.” Masukan yang dituturkan Dr. Yulia dimaksudkan supaya penerima penghargaan benar-benar merasa diapresiasi. Mekanisme yang saat ini berlaku penerima penghargaan harus mengurus berkas-berkas sendiri dan mengajukan diri untuk bisa diberi penghargaan, sehingga terkesan pamrih.

Saat ditanya mengenai pencapaian yang masih ingin diraih, dirinya mengungkapkan ingin segera menjadi professor. “Memang tidak diingkari, saya ingin mencapai tingkat pendidikan atau prestasi yang tertinggi. Tapi bagi saya tidak mutlak, karena untuk mencapai itu harus punya kriteria yang cukup menjadi satu kekuatan bila dipandang jika sudah berada di tingkatan tertinggi. Saya tidak mau menjadi professor yang untung-untungan atau bejo.” Baginya jika menjadi professor yang terpenting konkret bukan hanya legitimasi.

Dr. Yulia salah satu penerima penghargaan Satyalancana memang tidak diragukan lagi kepakarannya dalam mendidik selama 30 tahun ini. Banyak hal yang dapat menginspirasi dosen-dosen muda atas kesetiaannya mengabdi demi majunya pendidikan meski dilalui dengan suka dan duka. “Bagi para yunior tentunya harus bisa lebih maju dan harus lebih aktif, karena kesempatan yang ada saat ini lebih luas dengan perkembangan teknologinya. Jadi jangan berpuas diri dengan apa yang didapat saat ini.” (TP)

[:en]

In celebrating Indonesia’s 72nd Independence Day, the government gives the award to the civil servants who have devoted themselves to the country. In accordance with that, Tidar University awards the Satyalancana Karya Satya to six lecturers for their service to education for 30 years. Of that 6 lecturers awarded, four of them are from FETT. They are Prof. Dr. Sukarno, M.Si who is the dean of FETT, Dr. Yulia Esti Katrini, M.S., Dr. Sri Haryati, M.Pd., and Drs. Antonius Yuwono, M.Pd.

The conferment of Satyalancan Karya Satya was given by the rector of Tidar University, Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M.Pd on the flag ceremony commemorating the Indonesia’s 72nd Independence day, Thursday (17/8).  The badge of honor given was the appreciation of the skills, discipline, loyalty and dedication so that it can be an example for every other employee. For the awardees, this award is expected to be such a motivation for better performance in the future.

Dr. Yulia expressed her gratitude for this award. “In my opinion, this award is actually not only for excellent people but also for every people who have devoted themselves to this country. If I can suggest, the government can review the mechanism of giving this award”. Dr Yulia’s suggestion is meant that the awardees really felt appreciated. The recent mechanism is that the awardee must arrange their documents and apply for this award so it seems that they need this reward.

When she was interviewed about the achievement that still want to be reached, she said that she want to be a professor. “It is not denied, I want to reach the highest level of education or achievement. But for me, it is not the absolute thing because to get them, we should have some criterion. I don’t want to put this achievement over on someone.” For Dr. Yulia, the important thing to be a professor is concrete not just legitimacy.

The expertise of Dr. Yulia as one of the Satyalancana’s awardee is undoubted. She had been taught for 30 years. There are many things in her service of education that inspire junior lecturers. “Junior lecturers should be step ahead and active because they will get a lot of chance through the development of technology. “Don’t feel complacent with your achievement now.”  (TP/AW)

[:]

[:id]Mahasiswa FKIP Juara Putri Duta Wisata Kota Magelang[:en]FETT’s Student Become a Winner of Magelang’s Tourism Ambassador[:]

[:id]

Setelah melalui beberapa rangkain acara seperti pembekalan, explore wisata magelang, malam akrab, unjuk seni dan sesi wawancara, perhelatan malam final pemilihan duta wisata kota magelang pun dilakukan Sabtu, 12 Agustus 2017. Andina Dea Hardianti, mahasiswa semester 2 Pendidikan Bahasa Inggris FKIP keluar sebagai pemenang putri Duta Wisata Kota Magelang 2017 bersama Martinus Restia Reswara, Putra Duta Wisata Kota Magelang 2017. Gadis yang akrab disapa Dea ini pun memiliki kesempatan untuk maju dalam pemilihan Duta Wisata tingkat Jawa Tengah pada bulan Oktober mendatang. Selain itu, dia juga mendapatkan trophy kejuaraan dan hadiah lain dari Pemkot Magelang.

Dea berhasil mengalahkan  4 peserta yang masuk dalam 5 besar finalis putri Duta Wisata dengan menjawab pertanyaan tentang kegiatan yang akan dilakukan untuk memajukan pariwisata di Kota Magelang.  Setelah menjadi pemenang, gadis yang aktif dalam UKM paduan suara Grandio Sonora Tidar itu pun memiliki rencana untuk memajukan wisata di kota magelang. Dia akan mempromosikan potensi-potensi wisata yang ada di kota magelang agar lebih dikenal oleh masyarakat luas. Selain itu, Dea dan teman-teman duta wisata yang lain akan mengadakan event tentang pariwisata yang melibatkan pemuda-pemudi magelang.

“Saya senang bisa belajar bersama dengan orang-orang yang luar biasa melalui ajang ini, “ kata Dea mengungkapkan kegembirannya.  (AW)

[:en]

After joining some events such as training, exploring Magelang’s Tourism, familiarity night, art show and interview, finally the grand final for choosing Magelang’s Tourism Ambassador was held in Saturday, August 12th 2017. Andina Dea Hardianti, a second semester students of English Education, Tidar University became a winner of Miss Tourism Ambasador 2017 for Magelang City. Dea, her nick name, has opportunity to join tourism ambassador in Central Java Province on next October. She got a champion trophy and other prize from Magelang government.

Dea beat 4 other finalists by answering question about activity that will be done to improve tourism in Magelang. She will promote tourism’s potentials in Magelang to be more popular in society. Besides, Dea and friend will make tourism events collaborate with youth in Magelang.

“I am so happy to be here, learn lot of things with awesome people through this event,” said Dea expressed her excitement. (GF)

[:]

[:id]FKIP Siapkan Agenda Semester Gasal Tahun Ajaran 2017/2018 dalam Rapat Fakultas[:en]FETT Designs the Agenda for the Odd Semester of Academic Year 2017/2018 in the Faculty Meeting[:]

[:id]

Dalam menghadapi semester gasal tahun ajaran baru 2017/2018, FKIP mengadakan rapat kerja fakultas pada 16 Agustus 2017 yang membahas persiapan masing-masing program studi (prodi). Rapat yang dihadiri oleh dosen dari program studi bahasa dan sastra Indonesia, bahasa Inggris, dan pendidikan IPA tersebut dimulai pada pukul 13.00. Rapat kerja dibuka oleh dekan FKIP, Prof. Dr. Sukarno, M. Si. Rapat dimulai dengan perkenalan dari 7 dosen pendidikan IPA yang merupakan program studi baru di FKIP. Acara dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan kepada salah satu dosen bahasa Indonesia yang sudah purna tugas terhitung tahun 2016, Dra. MG. Supeni, M. Si.

Acara inti dari rapat kerja yaitu pemaparan jadwal kuliah dan beban mengajar dosen pada semester gasal yang disampaikan oleh masing-masing koordinator prodi. Koordinator prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Rangga Asmara, M. Pd. menyampaikan rincian beban mengajar 20 dosen PBSI, yaitu minimal 9 sks dan maksimal 18 sks. Koordinator PBSI juga menghimbau pada para dosen bahasa, baik bahasa dan sastra Indonesia maupun bahasa Inggris untuk berpartisipasi dalam Conference on Language and Language Teaching (CLLT) dalam rangka Bulan Bahasa FKIP 2017 (BBF 2017) yang akan diselenggarakan pada bulan Oktober 2017. Pada program studi bahasa Inggris, beban mengajar dosen berkisar 12 sampai 14 sks, sedangkan program studi pendidikan IPA beban mengajar dosen berkisar 3 sampai 4 sks karena merupakan prodi baru. Dalam penyampaian jadwal kuliah semester gasal 2017/2018, Prof. Dr. Sukarno, M. Si. menyatakan bahwa “mahasiswa yang sedang mengikuti praktek pengalaman lapangan (PPL) tidak diperkenankan untuk meninggalkan PPL dengan alasan apapun”. Oleh karena itu, bagi mahasiswa PPL yang akan mengikuti kuliah semester gasal 2017/2018 untuk mencermati jadwal dari mata kuliah yang diambil.

Pada akhir rapat diisi oleh wakil dekan 1, Drs. Hari Wahyono, M. Pd. menyampaikan beberapa agenda untuk mahasiswa baru. Mahasiswa baru FKIP yang berjumlah 325 orang akan megikuti kegiatan otadama tingkat universitas pada tanggal 18 – 20 Agustus 2017. Otadama tingkat fakultas akan dilaksanakan pada 21 Agustus 2017 dengan materi tentang kefakultasan, akademik, sarana dan prasarana, serta kemahasiswaan. Mahasiswa baru juga akan mengikuti kegiatan bela negara pada tanggal 25 – 26 Agustus 2017 di Akmil Magelang. (ET)

[:en]

In facing the new semester of academic year 2017/2018, Faculty of Education and Teacher Training held a faculty meeting on 16 August 2017 which discussed the preparation and readiness of each study program. The meeting, which was attended by lecturers of three different study programs (English Education/PBI, Indonesian Language and Literature Education/PBSI, and Science Education) started at 13.00. The meeting was opened by the Dean of FETT, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. The meeting was started with the introduction of seven new lecturers from science education (a new study program at FETT). The meeting was continued with giving souvenirs to one of PBSI lecturers who are retired since 2016, Dra. MG. Supeni, M.Si.

The core event of the meeting was the explanation of the lecture schedule and the teaching workload in the next semester done by each coordinator. The PBSI coordinator, Rangga Asmara, M.Pd. conveyed the maximum workload for 20 lecturers is at least 9 credits and a maximum of 18 credits. The PBSI Coordinator also invited all lecturers to participate in the Conference on Language and Language Teaching (CLLT) during the language month event 2017 which will be held in October 2017. While, the PBI coordinator explained the range of lecturer workload from 12-14 credits, and the science education coordinator stated the workload is relatively small ranged from 3-4 credits. During the meeting, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. added that “Students who are currently teaching in field experience practice (PPL) are not allowed to leave PPL for any reasons”. Therefore, for PPL students who will take a course in the next semester of 2017/2018 have to consult with the academic supervisors.

At the end of the meeting, The Vice Dean of Academic and Student Affairs, Drs. Hari Wahyono, M.Pd. said some agenda for the new students. The new FETT students for about, 325 freshmen will join the OTADAMA (Orientation Week) on 18 – 20 August 2017 (university level). While, the faculty orientation day which will be held on 21 August 2017 will be about FETT as a faculty, academic, facilities and infrastructure, and student affairs. The new students will also have National Defense (Bela Negara) activities on 25 – 26 August 2017 at Akmil Magelang. (ET/WR)

[:]

[:id]Nurul Mahasiswa PBI FKIP Untidar Menjadi Finalis Duwis Cilacap[:en]FETT: Student of English Education of Tidar University Became a Finalist of DUWIS Cilacap[:]

[:id]

Nurul Dwi Astari adalah seorang mahasiswa semester 4 PBI FKIP Untidar. Gadis berusia 20 tahun asal Adipala ini menjadi finalis ajang Mas Mbak Duta Wisata Cilacap. Ajang tersebut diselenggrakan oleh Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Cilacap.

Perempuan yang memiliki hobi menulis dan aktif  berorganisasi ini menceritakan tentang awal mula dia terdorong mengikuti ajang Mas Mbak Duta Wisata Cilacap. “Saya mengikuti ajang mas mbak duta wisata Cilacap awalnya dari terpilihnya saya sebagai Putri Untidar. Hal ini sebagai salah satu cara saya untuk memperkenalkan Untidar kepada masyarakat agar tau tentang Untidar karena saya membawa nama universitas saat mendaftar Duwis Cilacap,” jelas putri dari pasangan Bapak Hadi Sumarto dan Ibu Salimah.

Dalam ajang ini tahap seleksi berlangsung sejak tanggal 5-18 Agustus 2017 dan dilakukan melalui tahapan yang cukup panjang. Seleksi awal adalah seleksi administratif yang juga mewajibkan para peserta untuk membuat esai tentang kepariwisataan untuk di presentasikan pada saat pembekalan.  Pada tahap seleksi ini, Nurul Dwi Astari berhasil lolos masuk 20 besar finalis.

Selanjutnya, Nurul Dwi Astari dan para finalis lainnya harus menjalani karantina. Mereka dilatih  catwalk untuk acara show case pameran batik asli Cilacap. Seleksi lainnya adalah seleksi wawancara menggunakan tiga bahasa yaitu bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan  bahasa Ngapak, serta tes tertulis tentang pariwisata meliputi pariwisata Indonesia, Jateng, dan pengetahuan tentang Cilacap.

Malam puncak pemilihan Mas Mbak Duwis Cilacap 2017 akan dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2017 di alun-alun Cilacap. Saat ini telah sampai pada tahap seleksi media sosial challenge, dimana foto para finalis diunggah di Instagram @masmbakcilacap dan harus di vote oleh banyak orang agar menjadi Mas Mbak favorit.

Nurul Dwi Astari pada kesempatan wawancara memohon dukungan kepada seluruh masyarakat terutama keluarga besar FKIP dan Universitas Tidar. “Jangan lupa dukung saya sebagai mbak favorit dengan vote Nurul Dwi Astari nomor urut 38 di  Instagram @masmbakcilacap”. Sukses selalu untuk Nurul Dwi Nugraheni dan semoga dapat menjadi Mbak Duta Wisata Cilacap 2017.

[:en]

Nurul Dwi Astari is a Fourth Semester student of English Education in Tidar University. She becomes the finalist of Mas Mbak Duta Wisata Wisata Cilacap event. The event was held by the Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Cilacap Regency.
As a girl who has a hobby of writing and actively organizing told about the beginning she was driven to follow the event of Mas Mbak Duta Wisata Cilacap, “I follow this event because of my election as Princess of Tidar University.” This is one of my ways to introduce Tidar University to the community to know about Tidar University because I brought the name of the university when registering Duwis Cilacap, “explained the daughter of the couple of Mr. Hadi Sumarto and Mrs. Salimah.

In this event, the selection phase lasts from August 5-18, 2017 and is done through a fairly long stage. The initial selection is an administrative selection which also requires participants to create an essay on tourism to present at the time of debriefing. At this stage of selection, Nurul Dwi Astari managed to qualify for the top 20 finalists.
Furthermore, Nurul Dwi Astari and the other finalists must undergo quarantine. They trained catwalk for show case of original batik Cilacap. Another selection is the selection of interviews using three languages ​​namely English, bahasa, and Ngapak language, as well as written tests on tourism including Indonesian tourism, Central Java, and knowledge about Cilacap.

The Grand Final of Mas Mbak Duwis Cilacap 2017 will be held on August 19, 2017 at Cilacap Square. Nowadays, the stage of social media selection challenge is occurred, where the photos of the finalists uploaded on Instagram @masmbakcilacap and must be voted by many people to become Mas Mbak favorite.

Nurul Dwi Astari requests support to all community, especially the big family of FETT and Tidar University, “Do not forget to support me as favorite mbak by voting Nurul Dwi Astari on number 38 in Instagram @masmbakcilacap.” Hopefully, Nurul Dwi Nugraheni becomes Mbak Duta Wisata Cilacap 2017.(ER)

[:]