[:id]Workshop Pembuatan Jurnal Ilmiah: FKIP Segera Luncurkan 2 Jurnal Baru[:]

[:id]

Tugas utama sebagai seorang dosen adalah menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi, salah satunya wajib melakukan penelitian dan mempublikasikan hasil penelitian tersebut. Publikasi menjadi sebuah kewajiban karena merupakan pertanggungjawaban ilmiah atau akademik yang mencerminakan kepakaran seorang dosen. Universitas Tidar telah memilih menjadi universitas berbasis riset karena itu riset dan publikasi menjadi persyaratan untuk banyak hal. Dalam rangka meningkatkan kinerja dosen dan mendorong dosen-dosen untuk terus melakukan penelitian dan publikasi, Universitas Tidar mengadakan pelatihan bertajuk “Workshop Pembuatan Jurnal Ilmiah Jurusan/Prodi Universitas Tidar” pada Jumat s.d. Minggu (25-27/8) di Hotel Crystal Lotus Yogyakarta. Hal ini juga dilaksanakan untuk membentuk wadah bagi artikel hasil penelitian yang sudah banyak ditulis untuk tiap program studi.

Workshop dihadiri oleh para pengelola jurnal masing-masing program studi di lingkungan universitas, baik prodi yang telah memiliki jurnal ataupun prodi yang baru memulai membuat jurnal. Tidak terkecuali prodi di FKIP mengirimkan beberapa wakil pengelola jurnal untuk mengikuti workshop tersebut. Perwakilan dari Prodi PBSI adalah Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari, M.Pd., dengan Jurnal Transformatika Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia yang sudah diterbitkan beberapa kali, Perwakilan Prodi PBI, Lilia Indriani, M.Pd. dengan Jurnal Metathesis, selain itu Prodi Pendidikan IPA yang baru akan meluncurkan Indonesian Journal of Science and Education diwakili oleh Eli Trisnowati, M.Pd. serta Indonesian Journal of Education and Learning  yang juga baru akan dibuat diwakili oleh Fifit Firmadhani, M.Pd.

Prof. Dr. Joko Widodo, M.Pd. selaku Wakil Rektor bidang akademik Untidar menyampaikan target yang harus diraih dalam workshop ini. “Saya harap Bp/Ibu bisa segera menyelesaikan desain cover, menyusun tim redaksi dan mitra bestari, menetapkan kaidah selingkung, format artikel, cara meng-edit artikel, hingga proses cetak jurnal. Setelah sampai kampus jurnal tersebut langsung diusulkan untuk proses memperoleh ISSN dan dikelola secara online, supaya jurnal segera dapat terindeks.” Tentunya harapan besar Prof. Joko harus dibarengi dengan usaha keras para pengelola jurnal, maka beliau berharap kesempatan selama 3 hari dapat dimanfaatkan sebaik mungkin dengan menggali informasi sedalam-dalamnya.

Untuk mencapai target tersebut workshop diawali dengan paparan dan pengarahan oleh narasumber Moh Yasir Alimi, S.Ag., M.A., Ph.D. “Langkah awal bagi jurnal yang baru terbit, angkat terlebih dahulu skripsi mahasiswa yang Bp/Ibu bimbing, jadikan artikel untuk bisa dimuat dalam jurnal. Jika jurnal sudah terindeks sitasi akan meningkat dan kualifikasi menjadi lebih tinggi. Ini sangat menguntungkan bagi dosen serta universitas.” Selanjutnya, pada hari kedua diberikan penjelasan teknis penyusunan jurnal oleh Emma Dwi Ratnasari, S.E., M.Si. dan Supanji Setyawan S.Pd., M.Si. Terakhir pada hari ketiga dilakukan finalisasi penyusunan jurnal.

Ditanya seputar pelatihan yang diikuti, Fifit Firmadhani, M.Pd. merasa senang karena diberi kesempatan untuk belajar mengelola jurnal. “Tentunya sangat bermanfaat, karena saya tergolong masih baru sebagai pengelola jurnal, namun justru membuat saya tambah semangat karena jurnal dibuat dalam sistem online atau OJS. Jika jurnal sudah berjalan dengan baik, ke depannya ingin merekrut penulis dari luar Untidar supaya cepat berkembang dan semakin di kenal.” Dalam waktu dekat, pada bulan September beberapa jurnal baru akan lahir dan sudah ber-ISSN, dengan harapan bisa menambah khazanah ilmu bagi civitas akademika. (TP)

[:]

[:id]Otadama FKIP 2017: Bangga Menjadi Mahasiswa FKIP![:en]OTADAMA 2017: Be Proud of FETT Students[:]

[:id]

Kemeriahan dan sorak sorai bahagia mewarnai acara Orientasi Tidar Muda (Otadama) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Senin (21/8) kemarin. Acara yang bertujuan memperkenalkan FKIP sebagai rumah yang ditinggali oleh mahasiswa baru terasa menyenangkan karena jauh dari sifat perpeloncoan, melainkan kental dengan suasana keakraban dan persaudaraan. Terlihat para mahasiswa baru berpakaian rapi dengan mengenakan batik, celana atau rok kain hitam, dan sepatu fantovel. Otadama Fakultas merupakan rangkaian kegiatan dari masa orientasi mahasiswa baru di lingkungan Universitas Tidar. Pada hari itu orientasi difokuskan pada pengenalan fakultas dan program studi yang telah dipilih. “Tujuannya biar mahasiswa baru itu tahu, FKIP itu apa, bagaimana suasana perkuliahannya, ormawa-nya apa saja? Sekaligus juga memupuk sejak dini rasa bangga dan kecintaannya terhadap FKIP. Maka kami meneriakkan jargon: Bangga menjadi Mahasiswa FKIP,” jelas Ridwan Setyo Pambudi, Ketua Panitia Otadama FKIP.

Acara ini berlangsung mulai pk 05.00 WIB sehingga mahasiswa baru diwajibkan untuk standby di kampus sebelum jam tersebut apabila tak ingin pintu gerbang ditutup dan tidak diperbolehkan masuk. “Panitia bersifat tegas, jadi bagi yang terlambat harus mau menerima hukuman. Ini sebagai bentuk penanaman sikap disiplin kepada tidar muda, bahwa calon guru harus memegang teguh sikap disiplin,” ungkap Ridwan. Dirinya menceritakan bagi mahasiswa yang terlambat hukuman yang harus dijalani bukanlah hukuman yang aneh-aneh yang berujung pada bullying, melainkan hukuman yang bisa membangun rasa nasionalis yaitu menyanyikan lagu nasional misalnya Indonesia Raya, Garuda Pancasila, Darah Juang, dan Buruh Tani.

Dalam sambutannya Dekan FKIP, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. menekankan kepada mahasiswa supaya pintar mengelola waktu. “Di FKIP tidak salah kalau mau ikut organisasi. Tapi harus bisa membagi waktu dengan baik, presentasenya ya 80% untuk akademik 20% untuk organisasi.” Dirinya turut menyampaikan jika kegiatan perkuliahan tidak boleh dikalahkan dengan kegiatan berorganisasi. Mengingat bahwa kewajiban utama seorang mahasiswa adalah menggali ilmu secara formal dalam kegiatan akademik. Selain Dekan, kedua Wakil Dekan FKIP juga memberi materi yang menjadi bagiannya. Wadek 1, Drs. Hari Wahyono, M.Pd. menyampaikan materi mengenai kemahasiswaan dan akademik, sedangkan Wadek 2, Dr. Dwi Winarsih, M.Pd. menuturkan mengenai keuangan dan bagian umum.

Setelah materi kefakultasan selesai, acara dilanjutkan dengan materi keprodian masing-masing. Dalam acara ini mahasiswa tiap prodi dipisahkan pada ruang-ruang tertentu dalam waktu yang bersamaan. “Jadi kalau prodi PBSI tetap berada di auditorium, prodi PBI di ruang multimedia, dan prodi Pendidikan IPA di ruang I.9. Acaranya ya pengenalan prodi, kemudian ada pengenalan organisasi himpunan mahasiswa masing-masing prodi,” jelas Ridwan. Terakhir acara pentas seni dari mahasiswa baru yang menampilkan berbagai pertunjukan seperti pembacaan puisi, musikalisasi puisi, drama singkat, hingga menyanyi dengan iringan akustik.

Secara keseluruhan acara berlangsung sukses dan lancar, tidak ada halangan yang berarti bagi panitia penyelenggara Otadama Fakultas. “Untuk adik-adikku mahasiswa baru, janganlah menjadi mahasiswa pasif yang kerjaannya hanya kupu-kupu alias kuliah pulang – kuliah pulang. Berorganisasilah, ada banyak ilmu yang dapat diperoleh dari berorganisasi atau menjadi mahasiswa aktif. Bisa mendewaskan pikiran, memperbanyak pengalaman, dan banyak dikenal dosen atau mahasiswa sehingga banyak untungnya,” begitulah Ridwan menuturkan keinginannya yang ingin dilakukan oleh tidar muda itu. (TP)

[:en]

[FKIP – 25/08/2017] – On Monday, 21st August 2017, hundreds of new students of FETT Untidar (Faculty of Education and Teacher’s Training) joined the new orientation of FETT (Otadama) cheerfully in Auditorium of Tidar University. Otadama itself was aimed to introduce the new students about FETT. Without having a rough hazing rituals, the new students enjoyed every orientation process. Emphasizing on intimacy and solidarity was the approach used in Otadama, so that the new students could have a meaningfull orientation. Otadama of FETT was a series of students orientation activity at Tidar University. Besides, Otadama focused on intrudction about faculty and study program that they have choosen. “ The purpose of Otadama is to know more about what and how FETT is. We also want to build the pride and love toward FETT, and we have a jargon: Be Proud of FETT students,” explained Ridwan Setyo Pambudi, as the chief committe of Otadama.

The event which was started from 5 a. m. required the new students to be standby at campus earlier before 5 a. m.. “The committee is assertive, so those who are late must accept the punishment. This is as a form of disciplinary attitude for the young Tidar, that must hold discipline,” added Ridwan. He explained that the punishment itself would end as a bullying, but
But rather a punishment that can build a sense of nationalism.

In his speech, the Dean of FETT, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. emphasized  the students to be smart in time management.  “You are ofcourse allowed to join in any organisation at campus, but also consider in time management.” He added that the main obligation as students is to study as in academic activities. Besides, both the Vice Deans of FETT also delivered some material.  Drs. Hari Wahyono, M.Pd., as Vice Dean of Academic and Students’ Affairs, delivered material about academic and students’ affairs.  On the other hand,  Dr. Dwi Winarsih, M.Pd., as Vice Dean of General Affairs and Finance, explained about finance.

After having the faculty session, the new students had some material about their study programs. The students were split into two different room, which was based on their study program. “For Indonesian language and Literature Study Program students, they still stay in this auditorium. For English Education Study Program students, they moved to Multimedia room. While for students of Science Education, they moved to room I.9 in FETT.  “In the second session, they were introduced to their study program more intensively, including the introduction to students organisation in their study program,” explained Ridwan. At the end, Otadama was closed by having performing arts. The new students were asked to perform some arts such as dancing reading poem, drama, etc.

Overall, Otadama of FETT run well and successful. “Be active students, there are many experiences that you can get from being active students and also being active in organisations,”  closed Ridwan. (TP-NA)

[:]

[:id]4 Dosen FKIP Terima Penghargaan Satyalancana[:en]4 Lecturers of FETT Are Awarded Satyalancana[:]

[:id]

Dalam rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun ke-72 Republik Indonesia, pemerintah kembali memberikan penghargaan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang telah mengabdi untuk Negara selama kurun waktu tertentu. Tak terkecuali Universitas Tidar, 6 dosen mendapatkan penghargaan Satyalancana Karya Satya atas jasanya mengabdikan diri pada bidang pendidikan selama 30 tahun. Dari ke-6 dosen yang mendapat penghargaan, 4 diantaranya adalah dosen dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yaitu Prof. Dr. Sukarno, M.Si. yang menjabat sebagai Dekan FKIP, Dr. Yulia Esti Katrini, M.S., Dr. Sri Haryati, M.Pd., dan juga Drs. Antonius Yuwono, M.Pd.

Penyematan Satyalancana Karya Satya dilakukan oleh Rektor Untidar, Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M.Pd. saat upacara bendera peringatan Ulang Tahun ke-72 Republik Indonesia, Kamis (17/8) kemarin. Tanda kehormatan yang diberikan merupakan apresiasi atas kecakapan, kedisiplinan, kesetiaan, dan pengabdian sehingga dapat dijadikan teladan bagi setiap pegawai lainnya. Bagi penerima penghargaan, hal ini diharapkan bisa diterima sebagai bentuk motivasi untuk meningkatkan semangat kerja agar bisa meraih prestasi lebih baik lagi.

Dr. Yulia mengungkapkan rasa bahagianya saat itu dengan mengucap terima kasih atas penghargaan yang diterimanya. “Kalau saya memaknai penghargaan ini sebenarnya bukan hanya bagi orang-orang yang berprestasi, melainkan bagi setiap orang yang telah mengabdi karena kesetiaannya. Maka jika boleh mengusulkan, pemerintah bisa mengkaji ulang mekanisme pemberian penghargaan ini.” Masukan yang dituturkan Dr. Yulia dimaksudkan supaya penerima penghargaan benar-benar merasa diapresiasi. Mekanisme yang saat ini berlaku penerima penghargaan harus mengurus berkas-berkas sendiri dan mengajukan diri untuk bisa diberi penghargaan, sehingga terkesan pamrih.

Saat ditanya mengenai pencapaian yang masih ingin diraih, dirinya mengungkapkan ingin segera menjadi professor. “Memang tidak diingkari, saya ingin mencapai tingkat pendidikan atau prestasi yang tertinggi. Tapi bagi saya tidak mutlak, karena untuk mencapai itu harus punya kriteria yang cukup menjadi satu kekuatan bila dipandang jika sudah berada di tingkatan tertinggi. Saya tidak mau menjadi professor yang untung-untungan atau bejo.” Baginya jika menjadi professor yang terpenting konkret bukan hanya legitimasi.

Dr. Yulia salah satu penerima penghargaan Satyalancana memang tidak diragukan lagi kepakarannya dalam mendidik selama 30 tahun ini. Banyak hal yang dapat menginspirasi dosen-dosen muda atas kesetiaannya mengabdi demi majunya pendidikan meski dilalui dengan suka dan duka. “Bagi para yunior tentunya harus bisa lebih maju dan harus lebih aktif, karena kesempatan yang ada saat ini lebih luas dengan perkembangan teknologinya. Jadi jangan berpuas diri dengan apa yang didapat saat ini.” (TP)

[:en]

In celebrating Indonesia’s 72nd Independence Day, the government gives the award to the civil servants who have devoted themselves to the country. In accordance with that, Tidar University awards the Satyalancana Karya Satya to six lecturers for their service to education for 30 years. Of that 6 lecturers awarded, four of them are from FETT. They are Prof. Dr. Sukarno, M.Si who is the dean of FETT, Dr. Yulia Esti Katrini, M.S., Dr. Sri Haryati, M.Pd., and Drs. Antonius Yuwono, M.Pd.

The conferment of Satyalancan Karya Satya was given by the rector of Tidar University, Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M.Pd on the flag ceremony commemorating the Indonesia’s 72nd Independence day, Thursday (17/8).  The badge of honor given was the appreciation of the skills, discipline, loyalty and dedication so that it can be an example for every other employee. For the awardees, this award is expected to be such a motivation for better performance in the future.

Dr. Yulia expressed her gratitude for this award. “In my opinion, this award is actually not only for excellent people but also for every people who have devoted themselves to this country. If I can suggest, the government can review the mechanism of giving this award”. Dr Yulia’s suggestion is meant that the awardees really felt appreciated. The recent mechanism is that the awardee must arrange their documents and apply for this award so it seems that they need this reward.

When she was interviewed about the achievement that still want to be reached, she said that she want to be a professor. “It is not denied, I want to reach the highest level of education or achievement. But for me, it is not the absolute thing because to get them, we should have some criterion. I don’t want to put this achievement over on someone.” For Dr. Yulia, the important thing to be a professor is concrete not just legitimacy.

The expertise of Dr. Yulia as one of the Satyalancana’s awardee is undoubted. She had been taught for 30 years. There are many things in her service of education that inspire junior lecturers. “Junior lecturers should be step ahead and active because they will get a lot of chance through the development of technology. “Don’t feel complacent with your achievement now.”  (TP/AW)

[:]

[:id]Mahasiswa FKIP Juara Putri Duta Wisata Kota Magelang[:en]FETT’s Student Become a Winner of Magelang’s Tourism Ambassador[:]

[:id]

Setelah melalui beberapa rangkain acara seperti pembekalan, explore wisata magelang, malam akrab, unjuk seni dan sesi wawancara, perhelatan malam final pemilihan duta wisata kota magelang pun dilakukan Sabtu, 12 Agustus 2017. Andina Dea Hardianti, mahasiswa semester 2 Pendidikan Bahasa Inggris FKIP keluar sebagai pemenang putri Duta Wisata Kota Magelang 2017 bersama Martinus Restia Reswara, Putra Duta Wisata Kota Magelang 2017. Gadis yang akrab disapa Dea ini pun memiliki kesempatan untuk maju dalam pemilihan Duta Wisata tingkat Jawa Tengah pada bulan Oktober mendatang. Selain itu, dia juga mendapatkan trophy kejuaraan dan hadiah lain dari Pemkot Magelang.

Dea berhasil mengalahkan  4 peserta yang masuk dalam 5 besar finalis putri Duta Wisata dengan menjawab pertanyaan tentang kegiatan yang akan dilakukan untuk memajukan pariwisata di Kota Magelang.  Setelah menjadi pemenang, gadis yang aktif dalam UKM paduan suara Grandio Sonora Tidar itu pun memiliki rencana untuk memajukan wisata di kota magelang. Dia akan mempromosikan potensi-potensi wisata yang ada di kota magelang agar lebih dikenal oleh masyarakat luas. Selain itu, Dea dan teman-teman duta wisata yang lain akan mengadakan event tentang pariwisata yang melibatkan pemuda-pemudi magelang.

“Saya senang bisa belajar bersama dengan orang-orang yang luar biasa melalui ajang ini, “ kata Dea mengungkapkan kegembirannya.  (AW)

[:en]

After joining some events such as training, exploring Magelang’s Tourism, familiarity night, art show and interview, finally the grand final for choosing Magelang’s Tourism Ambassador was held in Saturday, August 12th 2017. Andina Dea Hardianti, a second semester students of English Education, Tidar University became a winner of Miss Tourism Ambasador 2017 for Magelang City. Dea, her nick name, has opportunity to join tourism ambassador in Central Java Province on next October. She got a champion trophy and other prize from Magelang government.

Dea beat 4 other finalists by answering question about activity that will be done to improve tourism in Magelang. She will promote tourism’s potentials in Magelang to be more popular in society. Besides, Dea and friend will make tourism events collaborate with youth in Magelang.

“I am so happy to be here, learn lot of things with awesome people through this event,” said Dea expressed her excitement. (GF)

[:]

[:id]FKIP Siapkan Agenda Semester Gasal Tahun Ajaran 2017/2018 dalam Rapat Fakultas[:en]FETT Designs the Agenda for the Odd Semester of Academic Year 2017/2018 in the Faculty Meeting[:]

[:id]

Dalam menghadapi semester gasal tahun ajaran baru 2017/2018, FKIP mengadakan rapat kerja fakultas pada 16 Agustus 2017 yang membahas persiapan masing-masing program studi (prodi). Rapat yang dihadiri oleh dosen dari program studi bahasa dan sastra Indonesia, bahasa Inggris, dan pendidikan IPA tersebut dimulai pada pukul 13.00. Rapat kerja dibuka oleh dekan FKIP, Prof. Dr. Sukarno, M. Si. Rapat dimulai dengan perkenalan dari 7 dosen pendidikan IPA yang merupakan program studi baru di FKIP. Acara dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan kepada salah satu dosen bahasa Indonesia yang sudah purna tugas terhitung tahun 2016, Dra. MG. Supeni, M. Si.

Acara inti dari rapat kerja yaitu pemaparan jadwal kuliah dan beban mengajar dosen pada semester gasal yang disampaikan oleh masing-masing koordinator prodi. Koordinator prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Rangga Asmara, M. Pd. menyampaikan rincian beban mengajar 20 dosen PBSI, yaitu minimal 9 sks dan maksimal 18 sks. Koordinator PBSI juga menghimbau pada para dosen bahasa, baik bahasa dan sastra Indonesia maupun bahasa Inggris untuk berpartisipasi dalam Conference on Language and Language Teaching (CLLT) dalam rangka Bulan Bahasa FKIP 2017 (BBF 2017) yang akan diselenggarakan pada bulan Oktober 2017. Pada program studi bahasa Inggris, beban mengajar dosen berkisar 12 sampai 14 sks, sedangkan program studi pendidikan IPA beban mengajar dosen berkisar 3 sampai 4 sks karena merupakan prodi baru. Dalam penyampaian jadwal kuliah semester gasal 2017/2018, Prof. Dr. Sukarno, M. Si. menyatakan bahwa “mahasiswa yang sedang mengikuti praktek pengalaman lapangan (PPL) tidak diperkenankan untuk meninggalkan PPL dengan alasan apapun”. Oleh karena itu, bagi mahasiswa PPL yang akan mengikuti kuliah semester gasal 2017/2018 untuk mencermati jadwal dari mata kuliah yang diambil.

Pada akhir rapat diisi oleh wakil dekan 1, Drs. Hari Wahyono, M. Pd. menyampaikan beberapa agenda untuk mahasiswa baru. Mahasiswa baru FKIP yang berjumlah 325 orang akan megikuti kegiatan otadama tingkat universitas pada tanggal 18 – 20 Agustus 2017. Otadama tingkat fakultas akan dilaksanakan pada 21 Agustus 2017 dengan materi tentang kefakultasan, akademik, sarana dan prasarana, serta kemahasiswaan. Mahasiswa baru juga akan mengikuti kegiatan bela negara pada tanggal 25 – 26 Agustus 2017 di Akmil Magelang. (ET)

[:en]

In facing the new semester of academic year 2017/2018, Faculty of Education and Teacher Training held a faculty meeting on 16 August 2017 which discussed the preparation and readiness of each study program. The meeting, which was attended by lecturers of three different study programs (English Education/PBI, Indonesian Language and Literature Education/PBSI, and Science Education) started at 13.00. The meeting was opened by the Dean of FETT, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. The meeting was started with the introduction of seven new lecturers from science education (a new study program at FETT). The meeting was continued with giving souvenirs to one of PBSI lecturers who are retired since 2016, Dra. MG. Supeni, M.Si.

The core event of the meeting was the explanation of the lecture schedule and the teaching workload in the next semester done by each coordinator. The PBSI coordinator, Rangga Asmara, M.Pd. conveyed the maximum workload for 20 lecturers is at least 9 credits and a maximum of 18 credits. The PBSI Coordinator also invited all lecturers to participate in the Conference on Language and Language Teaching (CLLT) during the language month event 2017 which will be held in October 2017. While, the PBI coordinator explained the range of lecturer workload from 12-14 credits, and the science education coordinator stated the workload is relatively small ranged from 3-4 credits. During the meeting, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. added that “Students who are currently teaching in field experience practice (PPL) are not allowed to leave PPL for any reasons”. Therefore, for PPL students who will take a course in the next semester of 2017/2018 have to consult with the academic supervisors.

At the end of the meeting, The Vice Dean of Academic and Student Affairs, Drs. Hari Wahyono, M.Pd. said some agenda for the new students. The new FETT students for about, 325 freshmen will join the OTADAMA (Orientation Week) on 18 – 20 August 2017 (university level). While, the faculty orientation day which will be held on 21 August 2017 will be about FETT as a faculty, academic, facilities and infrastructure, and student affairs. The new students will also have National Defense (Bela Negara) activities on 25 – 26 August 2017 at Akmil Magelang. (ET/WR)

[:]

[:id]Nurul Mahasiswa PBI FKIP Untidar Menjadi Finalis Duwis Cilacap[:en]FETT: Student of English Education of Tidar University Became a Finalist of DUWIS Cilacap[:]

[:id]

Nurul Dwi Astari adalah seorang mahasiswa semester 4 PBI FKIP Untidar. Gadis berusia 20 tahun asal Adipala ini menjadi finalis ajang Mas Mbak Duta Wisata Cilacap. Ajang tersebut diselenggrakan oleh Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Cilacap.

Perempuan yang memiliki hobi menulis dan aktif  berorganisasi ini menceritakan tentang awal mula dia terdorong mengikuti ajang Mas Mbak Duta Wisata Cilacap. “Saya mengikuti ajang mas mbak duta wisata Cilacap awalnya dari terpilihnya saya sebagai Putri Untidar. Hal ini sebagai salah satu cara saya untuk memperkenalkan Untidar kepada masyarakat agar tau tentang Untidar karena saya membawa nama universitas saat mendaftar Duwis Cilacap,” jelas putri dari pasangan Bapak Hadi Sumarto dan Ibu Salimah.

Dalam ajang ini tahap seleksi berlangsung sejak tanggal 5-18 Agustus 2017 dan dilakukan melalui tahapan yang cukup panjang. Seleksi awal adalah seleksi administratif yang juga mewajibkan para peserta untuk membuat esai tentang kepariwisataan untuk di presentasikan pada saat pembekalan.  Pada tahap seleksi ini, Nurul Dwi Astari berhasil lolos masuk 20 besar finalis.

Selanjutnya, Nurul Dwi Astari dan para finalis lainnya harus menjalani karantina. Mereka dilatih  catwalk untuk acara show case pameran batik asli Cilacap. Seleksi lainnya adalah seleksi wawancara menggunakan tiga bahasa yaitu bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan  bahasa Ngapak, serta tes tertulis tentang pariwisata meliputi pariwisata Indonesia, Jateng, dan pengetahuan tentang Cilacap.

Malam puncak pemilihan Mas Mbak Duwis Cilacap 2017 akan dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2017 di alun-alun Cilacap. Saat ini telah sampai pada tahap seleksi media sosial challenge, dimana foto para finalis diunggah di Instagram @masmbakcilacap dan harus di vote oleh banyak orang agar menjadi Mas Mbak favorit.

Nurul Dwi Astari pada kesempatan wawancara memohon dukungan kepada seluruh masyarakat terutama keluarga besar FKIP dan Universitas Tidar. “Jangan lupa dukung saya sebagai mbak favorit dengan vote Nurul Dwi Astari nomor urut 38 di  Instagram @masmbakcilacap”. Sukses selalu untuk Nurul Dwi Nugraheni dan semoga dapat menjadi Mbak Duta Wisata Cilacap 2017.

[:en]

Nurul Dwi Astari is a Fourth Semester student of English Education in Tidar University. She becomes the finalist of Mas Mbak Duta Wisata Wisata Cilacap event. The event was held by the Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Cilacap Regency.
As a girl who has a hobby of writing and actively organizing told about the beginning she was driven to follow the event of Mas Mbak Duta Wisata Cilacap, “I follow this event because of my election as Princess of Tidar University.” This is one of my ways to introduce Tidar University to the community to know about Tidar University because I brought the name of the university when registering Duwis Cilacap, “explained the daughter of the couple of Mr. Hadi Sumarto and Mrs. Salimah.

In this event, the selection phase lasts from August 5-18, 2017 and is done through a fairly long stage. The initial selection is an administrative selection which also requires participants to create an essay on tourism to present at the time of debriefing. At this stage of selection, Nurul Dwi Astari managed to qualify for the top 20 finalists.
Furthermore, Nurul Dwi Astari and the other finalists must undergo quarantine. They trained catwalk for show case of original batik Cilacap. Another selection is the selection of interviews using three languages ​​namely English, bahasa, and Ngapak language, as well as written tests on tourism including Indonesian tourism, Central Java, and knowledge about Cilacap.

The Grand Final of Mas Mbak Duwis Cilacap 2017 will be held on August 19, 2017 at Cilacap Square. Nowadays, the stage of social media selection challenge is occurred, where the photos of the finalists uploaded on Instagram @masmbakcilacap and must be voted by many people to become Mas Mbak favorite.

Nurul Dwi Astari requests support to all community, especially the big family of FETT and Tidar University, “Do not forget to support me as favorite mbak by voting Nurul Dwi Astari on number 38 in Instagram @masmbakcilacap.” Hopefully, Nurul Dwi Nugraheni becomes Mbak Duta Wisata Cilacap 2017.(ER)

[:]

[:id]Ambil Bagian, 2 Dosen FKIP Wakili Konferensi Internasional Bertajuk Kesetaraan Gender[:en]Took Part, FETT Lecturers Represent International Conference on Gender Equality[:]

[:id]

Salatiga. Pada konferensi International yang kedua kalinya ini, Asosiasi Pusat Studi Wanita/Gender dan Anak Seluruh Indonesia (ASWGI) bekerja sama dengan pihak Universitas Kristen Satya Wacana mengusung tema “Empowerment of Women’s Knowledge for Equality, Child’s Protection, Peace, and Sustaiable Development”.

Kegiatan konferensi yang berlangsung selama 4 hari ini terhitung sejak 9-12 Agustus ini diawali dengan kegiatan Rakornas yang diikuti oleh 70 perwakilan PSGA Universitas di Seluruh Indonesia. Pada Rakornas ini disepakati beberapa masalah krusial seperti visi misi, penelitian, pengabdian, publikasi, sumber daya manusia, jejaring serta peran nyata ASWGI dalam kegiatan di masyarakat.

Pada hari kedua kegiatan seminar diawali dengan kegiatan sidang pleno dengan pemakalah utama yaitu, (1) Dr. Ida Sabalis (Associate ProfessorFree University, Amsterdam) dengan tema “Diversity and International Feminism” dan (2) Dr. Ratna Saptari (Leiden University) dengan tema “Gender and Intersectionality: Key Issues and Problems”. Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan perkuliahan paralel dengan mengusung 10 tema utama meliputi (1) wanita  dalam ekonomi global, (2) ekologi dan ketahanan pangan, (3) pernikahan anak, (4)  kebijakan publik dan pergerakan sosial, (5) inovasi dan teknologi, (6) identitas kultur, bahasa dan seni, (7) resolusi konflik dan kekerasan, (8) agama, kependudukan, dan pluralisme, (9) kesehatan organ reproduksi, dan (1) pendidikan dan keadilan gender. Pada hari kedua juga dilaksanakan sesi paralel yang diikuti oleh 128 orang pemakalah baik individu maupun gabungan.

Pada hari ketiga dan keempat, seminar dilanjutkan dengan kegiatan pelatihan penulisan artikel jurnal ilmiah dari Gender World Organization (GWO) dan International Journal of Indonesian Studies (IJIS). Adapun tujuan kegiatan ini adalah membimbing peserta seminar untuk mempublikasi artikel yang bermuatan gender pada salah satu jurnal internasional tersebut di atas.

Dalam kegiatan ini, dua perwakilan dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tidar yaitu Rangga Asmara dan Widya Ratna Kusumaningrum mengkaji isu tentang bagaimana peran pendidikan untuk mencegah kekerasan seksual pada anak dengan mendekonstruksi makna simbolis tari Sintren dengan judul “An Early Childhood Sex Education Model: Deconstructing Symbolic Meanings of Sintren Dance based on Gender Perspective”.

Dalam paparannya, Rangga menambahkan “Dunia pendidikan khususnya pendidikan anak usia dini mempunya peran penting untuk untuk membawa hal yang selama ini dianggap tabu oleh masyarakat ke permukaan dan diajarkan dalam dunia pendidikan”. Pendidikan seks usia dini seharusnya dimaknai sebagai bagian dari upaya pencegahan baik dari orang dewasa maupun anak itu sendiri dari hal-hal yang bisa memicu kekerasan seksual pada anak. (WR)

[:en]

Salatiga.  The Second Conference of Asosiasi Pusat Studi Wanita/Gender dan Anak Seluruh Indonesia (ASWGI) in cooperation with Satya Wacana Christian University has the theme “Empowerment of Women’s Knowledge for Equality, Child’s Protection, Peace and Sustainable Development.” That conference is scheduled on August 9-12, 2017.

That conference facilitated 70 representatives of universities throughout Indonesia which discuss and agree several crucial issues such as vision of mission, research, dedication, publication, human resources, network and real role of ASWGI in activity in society. Also, the seminar is held in that conference started with the plenary session with the main speakers, namely (1) Dr. Ida Sabalis (Associate Professor – Free University, Amsterdam) with the theme “Diversity and International Feminism” and (2) Dr. Ratna Saptari (Leiden University) with the theme “Gender and Intersectionality: Key Issues and Problems.” Furthermore, the activities continued with parallel lecturing activities with 10 main themes including (1) women in the global economy, (2) ecology and food security, (3) child marriage, (4) public policy and social movement, (5) innovation and Technology, (6) cultural identity, language and art, (7) conflict resolution and violence, (8) religion, population, and pluralism, (9) reproductive health, and (10) gender education and justice. Furthermore, there was also a parallel session which was attended by 128 individual and combined speakers.

The seminar continued with the training activities of writing scientific journal articles from the Gender World Organization (GWO) and International Journal of Indonesian Studies (IJIS). The purpose of this activity is to guide the seminar participants to publish articles that are gendered in one of the international journals mentioned above.
In this activity, two representatives from the FETT of Tidar University, Rangga Asmara and Widya Ratna Kusumaningrum examine the issue of how the role of education to prevent sexual violence in children by deconstructing the symbolic meaning of Sintren dance titled “An Early Childhood Sex Education Model: Deconstructing Symbolic Meanings of Sintren Dance based on Gender Perspective.”

In his presentation, Rangga added “The world of education, especially early childhood education, has an important role to bring about what has been considered taboo by the public to the surface and taught in education.” Early child sex education should be interpreted as part of prevention efforts both from adults and children themselves from things that can trigger sexual violence in children. (ER)

[:]

[:id]Mahasiswa FKIP Wakili KSR PMI Untidar Ikut Jumbara dan Temu Karya Provinsi Jawa Tengah[:en]FETT’s Students Joined Jumbara and Temu Karya of Central Java Province[:]

[:id]

KSR PMI (Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia) unit Untidar mengirim 5 anggota untuk mengikuti Jumbara (Jumpa, Bakti, dan Gembira) dan Temu Karya tingkat Provinsi Jawa Tengah pada 22-27 Agustus 2017 di Buper Regaloh, Pati. Kelima anggota tersebut semuanya mahasiswa yang berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Utidar. Dwi Arif Wibowo dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) bersama Elsara Khairunisa dari Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dalam Workshop PMER (Planning, Monitoring, Evaluation, and Reporting), Evievianthi Wijianto Putri dari Prodi PBSI berpartisipasi dalam kegiatan Propepa (Promosi Pertolongan Pertama), sedangkan Aghnia Yulfa dari prodi PBSI dan Rahayu Nastiti Asih dari prodi PBI menjadi pendamping PMR (Palang Merah Remaja).

Kegiatan yang berlangsung lima tahun sekali ini terbagi menjadi dua kegiatan besar yakni Jumbara untuk tingkat PMR dan Temu Karya untuk tingkat KSR. KSR PMI unit Untidar dalam mengikuti acara ini berada di bawah naungan kontingen kota Magelang, dengan jumlah keseluruhan yakni 70 peserta. “Lebih banyak senengnya sih kalau ikut acara kaya gini, bisa ketemu dengan relawan seluruh Jateng jadi nambah ilmu dan silaturahmi,” terang Bowo. Saat workshop PMER materi yang disampaikan mengenai merancang visi misi, dijabarkan ke rencana strategis, berlanjut ke rencana operasional hingga merancang suatu kegiatan. Selain itu ada materi untuk membuat laporan kegiatan yang dikerjakan secara berkelompok yang anggotanya dari kota/kabupaten yang berbeda.

Mahasiswa yang kini duduk di semester 7 ini lebih banyak menyerap sisi positif dari kegiatan yang diselenggarakan PMI. “Di sana lebih ditekankan kerjasama antar kota/kabupaten. Setiap kegiatan berbentuk kelompok dan anggota kelompoknya terdiri dari kota/kabupaten yang berbeda. Jadi bikin kita lebih saling mengenal antar daerah yang berbeda dan bisa sharing ilmu,” tambahnya.

Hal yang lebih membanggakan, saat mengikuti acara ini kontingen kota Magelang mendapatkan peringkat II, sedangkan KSR kota Magelang meraih peringkat I, dan PMR menyabet peringkat II. Tentu penghargaan yang dikantongi ini atas kerja keras seluruh anggota PMI kota Magelang, termasuk mahasiswa FKIP yang turut berpartisipasi. Sebelum mengakhiri Bowo menekankan, “Asiknya ikut PMI, kita bisa dapat ilmu mahal secara gratis. Misalnya saja pertolongan pertama, kalau ikut pelatihan bisa habis 1 jutaan tapi kalau ikut PMI gratis. Di samping itu juga jelas menambah teman, karena anggota dari PMI kota Magelang sangat lengkap dari dosen, perawat, agen asuransi, mahasiswa, dll.” (TP)

[:en]

KSR PMI (Students’ association of Indonesian Red Cross) of Tidar University delegated 5 members to join Jumbara (meet, service, and fun) and Temu Karya (innovation meeting) of Central Java province on Agust 22th -27th 2017 in Buper Regaloh, Pati. Those five members are FETT’s students. Dwi Arif Wibowo, student of English Education study program, and Elsara Khairunisa, student of Indonesian Language and Literature Education study program, joined PMER (planning, monitoring, evaluation, and reporting) workshop. Evievianthi Wijianto Putri joined Propepa (first aid promotion). Aghnia Yulfa, student of Indonesian Language and Literature Education study program, and Rahayu Nastiti Asih, student of English Education study program, mentor of youth red cross.

The event which held every 5 years was divided into two big events, i.e. Jumbara for Youth Red Cross and Temu Karya for KSR. In joining this event, KSR PMI of Tidar University was under auspice of Magelang Red Cross with 70 members. “We got lot of fun in joining this event, we can meet volunteers in entire Central Java, so we can gain knowledge and relation,” said Bowo. In PMER workshop, the material which is delivered was about steps to plan an event, such as strategic plan, and operational plan. They also delivered material to make activity report which is done by members who come from different regency or city.

He got lot of positive aspect during in the event which held by Indonesia Red Cross. “We were pushed to build relationship with other city or regency. In each group activity, the member of each group consists of different city or regency. It made us knowing different area and we can share our knowledge,” added Bowo.

In this event, the contingent of Magelang got second rank, KSR Magelang got first rank, and Youth Red Cross got second rank. In the end of interview, Bowo added “it is fun to join Indonesia Red Cross, we can learn expensive knowledge for free. For example we can learn first aid freely, while learn this material in training, we must pay for about 1 million. We also can have lot of friends, since the members of Magelang Red Cross are lecturer, nurse, students, insurance agent, or any others.” (GF)

[:]

[:id]Kepulangan Mahasiswa PPL Internasional 2017: Perbedaan Bahasa Bukanlah Kendala[:en]The Return of International Teaching Practicum Students: Different Language is Not a Barrier[:]

[:id]

[FKIP-09/08/17] – Selama 24 hari sebanyak 20 mahasiswa FKIP Untidar mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) Internasional di Hulu Selangor, Malaysia. Keduapuluh mahasiswa tersebut terdiri dar 10 mahasiswa dari Program Studi PBSI dan 10 mahasiswa dari Program Studi PBI. Pada Senin 7 Agustus 2017 mereka telah diterima kembali oleh Dekan FKIP Untidar, Prof. Sukarno., M. Si.

Sekolah yang menjadi mitra dalam pelaksanaan PPL Internasional pada tahun ini adalah Sekolah Kebangsaan Bandar Sungai Buaya dan Sekolah Menengah Bandar Sungai Buaya. Beberapa diantara mahasiswa mengajar kelas unggulan, yaitu kelas yang menggunakan  bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya terutama untuk mata pelajaran Matematika, Sains, dan Bahasa Inggris itu sendiri. Untuk kurikulum, kedua sekolah mitra tersebut menggunakan Kurikulum Kerajaan yaitu Kurikulum Standar Sekolah Rendah (KSSR).

Salah satu mahasiswa PPL Internasional, Aryani. M, menyampaikan bahwa dalam menggunakan kurikulum KSSR tersebut seorang guru dituntut untuk menjadi guru yang kreatif di abad 21 ini. “Jangan sampai kita sebagai guru kalah kritis dan inovatif dengan siswa kita sendiri,” tambahnya.

Selain praktik mengajar, mahasiswa juga melakukan observasi dan kegiatan persekolahan selama melaksanakan PPL Internasional. Untuk kegiatan persekolahan, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa diantaranya adalah kegiatan pengembangan diri, olahraga, dan juga pramuka. Selama PPL di Hulu Selangor Malaysia, mereka mendapatkan orang tua angkat yang berperan sebagai speaking partner  mereka selama di sana.

Tahun ini adalah pelaksanaan PPL Internasional pertama oleh FKIP Untidar yang tentunya program ini tidak luput dari kekurangan. Salah satu guru pamong PPL Internasional, Lilia Indriani., M. Pd., mengungkapkan perlu adanya penyesuaian pedoman PPL, format RPP, dan juga tingkat kesulitan materi demi kelancaran dalam pelaksanaan program PPL Internasional di tahun berikutnya. “Meskipun mengalami kendala dalam bahasa, tapi kami salut terhadap mahasiswa yang tetap semangat dan pantang menyerah selama melaksanakan PPL Internasional, imbuh Lilia Indriani., M. Pd.

Dalam upacara penutupan PPL Internasional yang dilaksanakan pada tanggal 3 Agustus 2017, acara dihadiri oleh 10 tokoh penting di Malaysia yaitu Penasihat Menteri Penerangan Sosial dan Budaya Kedutaan Besar Republik Indonesia (Bp. Trigustono Suprianto), Anggota Parlemen untuk Hulu Selangor dan Wakil Menteri Pendidikan (Datuk P. Kamalanathan s/o. Panchanatan), Ahli Dewan Undangan Negeri Batang Kali (Datuk Haji Mat Nadzari bin Ahmad Dahalan), Jawatan Kuasa Perwakilan Penduduk (Tn. Hj. Izzudin bin Hj. Ilsas), Ketua Unit Pengurusuan Akademik PPD Hulu Selangor (Encik Ahmad Nasir bin Ahmad Saleh), Tn. Hj. Zaenal Abidin bin Moh. Yusuf, Pengetua SMK Bandar Sungai Buaya (Hjh. Nor’Aini binti Abdul Muin), Guru Besar SK Bandar Sungai Buaya (Suzanah binti Md Amin), Koordinator Kegiatan Jalinan Antar Bangsa Universitas Tidar (Zainal Muhammad Abidin bin Moh. Tulus), dan juga Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untidar (Prof. Dr. Sukarno., M. Si).  (NA)

[:en]

 [FETT-09/08/17] – In 24 days, there were 20 students of Faculty of Education and Teachers’ Training-Tidar University (Untidar) joined International Teaching Practice in Hulu Selangor, Malaysia. Those students consisted of 6 students of Indonesian Language and Literature Study Program and 14 students of English Education Study Program. On Monday 7 August 2017, they returned to Tidar University and met the Dean of Faculty of Education and Teachers Training, Prof. Dr. Sukarno, M.Si.

Sekolah Kebangsaan Bandar Sungai Buaya and Sekolah Menengah Bandar Sungai Buaya were the schools where the students conducted International Teaching Practice this year. Several students taught in immersion classes in which they used English as language instructions for Math, Science, and English. For the curriculum, those schools used Kurikulum Kerajaan that was called Kurikulum Standar Sekolah Rendah (KSSR).

One of the International Teaching Practice students, Aryani M., shared that a teacher was asked to be a creative teacher in this 21 century by applying KSSR curriculum. “We as teachers must be creative and innovative,” she added.

Instead of teaching, the students also did observations about the schools. For observing the schools, there were several activities that had to be done by the students such as self-development activity, sports, and scout. In Hulu Selangor Malaysia, they had foster parents who had a role as speaking partner.

This year was the first International Teaching Practice of FETT Untidar in which the program might have some shortfall. One of lecturers’ mentors for International Teaching Practice, Lilia Indriani, M.Pd. stated that it needed to have compliance with the guidance of International Teaching Practice, lesson plan format, and the level of material difficulty in order to get the success of International Teaching Practice next year. “Although there were problems in language, we were proud of students’ efforts in doing International Teaching Practice,” she said.

In the closing ceremony of International Teaching Practice on the 3rd of August 2017 was attended by 10 important figures in Malaysia. They were Penasihat Menteri Penerangan Sosial dan Budaya Kedutaan Besar Republik Indonesia (Bp. Trigustono Suprianto), Anggota Parlemen untuk Hulu Selangor dan Wakil Menteri Pendidikan (Datuk P. Kamalanathan s/o. Panchanatan), Ahli Dewan Undangan Negeri Batang Kali (Datuk Haji Mat Nadzari bin Ahmad Dahalan), Jawatan Kuasa Perwakilan Penduduk (Tn. Hj. Izzudin bin Hj. Ilsas), Ketua Unit Pengurusuan Akademik PPD Hulu Selangor (Encik Ahmad Nasir bin Ahmad Saleh), Tn. Hj. Zaenal Abidin bin Moh. Yusuf, Pengetua SMK Bandar Sungai Buaya (Hjh. Nor’Aini binti Abdul Muin), Guru Besar SK Bandar Sungai Buaya (Suzanah binti Md Amin), Koordinator Kegiatan Jalinan Antar Bangsa Universitas Tidar (Zainal Muhammad Abidin bin Moh. Tulus), and the Dean of Faculty of Education and Teachers Training at Tidar University (Prof. Dr. Sukarno., M. Si).  (CA)

[:]

[:id]IKAPROBSI Kawal Kemajuan Prodi PBSI Dalam Negeri[:en]IKAPROBSI is Guiding PBSI’s Progress[:]

[:id]

Pada 25-26 Juli 2017 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) baik jenjang S-1 maupun S-2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tidar mengikuti Rakernas Ikaprobsi di Hotel Grand Cempaka, Jakarta. Ikaprobsi merupakan Ikatan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia atau sebuah wadah yang sengaja dibentuk untuk berkegiatan bersama dengan sebuah misi memajukan prodi PBSI di seluruh Indonesia. Rangga Asmara, M.Pd. selaku koordinator prodi S-1 PBSI hadir bersama dengan Dr. Yulia Esti Katrini, M.S. selaku koordinator prodi S-2 PBSI.

“Acara dilakukan selama dua hari. Diawali dengan seminar internasional terlebih dahulu, baru setelahnya dilanjutkan dengan rapat kerja atau raker,” sebut Rangga mengawali ceritanya. International conference dan rakernas Ikaprobsi ini baru pertama kali digelar sehingga dalam pertemuan perdana ini membahas mengenai pelantikan pengurus pusat dan sekaligus pelantikan pengurus wilayah.

Hasil lain dari rakernas 1 Ikaprobsi yaitu dibentuknya delapan bidang sasaran kerja Ikaprobsi. “Saya kebetulan ditunjuk untuk menjadi anggota di bidang kerjasama dan publikasi ilmiah. Jadi, setelah ini Ikaprobsi akan menerbitkan jurnal internasional yang berindeks scopus,” jelas Rangga ketika ditemui di sela-sela jam kerjanya.

Kinerja bidang kerjasama dalam waktu dekat akan segera mengajak berbagai universitas di Indonesia supaya bergabung dengan Ikaprobsi, dengan harapan jika ada universitas yang masih memiliki nilai akreditasi kurang bisa didorong menjadi lebih baik lagi. Selain itu untuk kampus yang belum memiliki jurnal ilmiah segera dikawal untuk menerbitkan jurnal, sedangkan kampus yang sudah memiliki jurnal namun terakreditasi minim akan terus diberi dorongan supaya lebih banyak diindeks. Sebelum mengakhiri Rangga melanjutkan, “Nah dalam waktu dekat realisasinya di bulan Oktober, akan ada pertemuan untuk pengelola jurnal universitas dengan agenda raker. PBSI Untidar harus mengikutinya juga untuk kebaikan dan kemajuan Jurnal Metathesis dan Transformatika, supaya nilai akreditasi bisa meningkat.” (TP)

[:en]

On July 25th – 26th 2017 Indonesian Language and Literature Education Study Program (PBSI) of Faculty of Education and Teacher Training joined National Working Meeting which is held in Grand Cempaka Hotel, Jakarta. Ikaprobsi is an organization which has aim to develop PBSI study program in Indonesia. Rangga Asmara, M.Pd., coordinator of PBSI for undergraduate program joined this event with Dr. Yulia Esti Katrini, M.S., coordinator of PBSI for postgraduate program.

“This event was held in two days. It is started with international conference, continued with working meeting,” said Rangga. In this international seminar and working meeting of Ikaprobsi, they inaugurated central board and region board.

This working meeting was also made eight working sectors. “I was chosen as a member in affair and journal department. Ikaprobsi will publish international journal indexed Scopus,” explained Rangga.

The affair department will invite some universities in Indoneisa to join Ikaprobsi. It is hoped they can lead the university that has lower mark accreditation to be better. They will guide the university to publish journal, and also guide the university to increase the accreditation of the journal. Rangga added, “In October, there will be other meeting for boards of editor. PBSI must join this meeting to gain better accreditation mark for Methatesis and Transformatika.” (GF)

[:]