[:id]Dosen FKIP Dukung Visi Untidar dengan Ikuti Seminar Belajar Berbasis Riset[:en]Lecturers of FETT Join on Research-Based Research Seminar[:]

[:id]

Universitas Tidar (Untidar) mengadakan Seminar Regional Belajar Berbasis Riset dalam rangka Dies Natalis ke-3 Untidar. Tema tersebut diambil sebagai penguatan visi Untidar yaitu universitas berbasis riset dalam mengembangkan ilmu, teknologi, seni, dan kewirausahaan.

Acara tersebut dihadiri oleh Rektor Untidar, Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M.Pd. dan seluruh Dosen Untidar (25/3). Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untidar, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. menyampaikan makalah berjudul “Optimalisasi Implementasi Pembelajaran Berbasis Riset (PBR) di Universitas Tidar sebagai Upaya Peningkatan Mutu dan Kebermaknaan Perkuliahan” saat sesi paralel dekan.

Pada kesempatan tersebut, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. menyatakan belajar berbasis riset yang diusung Untidar sangat sesuai dengan agenda utama universitas-universitas di Eropa dan Amerika, yaitu peningkatan mutu pembelajaran, khususnya relevansi dan strategi yang digunakan. “Pendekatan PBR dibagi menjadi dua kubu, yaitu menekankan riset sebagai produk yang harus diacu atau riset sebagai proses yang harus dipecahkan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk konteks Universitas Tidar, orientasi tentu diutamakan pada PBR yang menekankan riset sebagai proses,” ujar Dekan FKIP Untidar tersebut.

Hal tersebut sejalan dengan konsep belajar berbasis riset yang disebutkan Rektor Untidar. “Dalam kegiatan pembelajaran, Dosen Untidar memformula kegiatan mengajar-belajar bernilai riset, misalnya hasil-hasil analisis data dalam riset diformula menjadi materi-materi mahasiswa, sedangkan cara-cara analisis data dalam riset dapat dikemas menjadi cara-cara belajar mahasiswa,” kata Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M.Pd. saat menyampaikan makalah berjudul “Pendekatan Riset dalam Pendidikan Paradigma Universitas Berbasis Riset”.

Dukungan para Dosen FKIP Untidar terhadap konsep belajar berbasis riset ini ditunjukkan dengan keterlibatan dua puluh enam Dosen FKIP Untidar untuk menjadi pemakalah. Misalnya, Dra. Mursia Ekawati, M.Hum, menyampaikan makalah “Rancangan dan Peran Institusi pada PBR”. “Hal-hal yang bersifat substansial untuk mendukung PBR di Untidar perlu segera diwujudkan. Misalnya, kebijakan akademik dan riset universitas dan fakultas; pengembangan staf terutama pada penguatan penguasaan metode penelitian; serta pengarusutamaan pembelajaran berbasis riset,” tutur Dra. Mursia Ekawati, M.Hum, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra FKIP untidar. Beberapa Dosen FKIP Untidar juga menyampaikan artikel penelitian terkait penggunaan metode dan teknik pengajaran untuk mewujudkan belajar berbasis riset.

WJ

[:en]

(UNTIDAR-30/03/17) On 25th March 2017, Tidar University held a Regional Research-Based Seminar as a series events of the 3rd anniversary of Tidar University.  The seminar  was held as an implementation of visions from Tidar University which is as a research-based university in developing science, technology, arts, and entrepreneurship.

The seminar was attended by Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M. Pd, the Rector of Tidar University, and also the entire lectures of Tidar University. In a parallel session, the dean of FETT (Faculty of Education and Teacher Training), Prof. Dr. Sukarno, M. Si., delivered a paper entitled “Optimalisasi Implementasi Pembelajaran Berbasis Riset (PBR) di Universitas Tidar sebagai Upaya Peningkatan Mutu dan Kebermaknaaan Perkuliahan”.  On that special occassion, he said that research-based learning (RBL) carried by the university has been suitable with the main agenda of universities in Europe and US. It is about improving quality of learning especially its relevance and strategy used. “The approach in RBL emphasizes two things, they are  emphasizing the research as a referred product or the research as a process which should be solved in the learning process, “said the Dean.

This is consistent with the research-based learning concepts mentioned by the Rector of Tidar University. “In the learning activities, lecturers should formulate research-based activities, such as formulating results of data analysis becomes learning materials for students.  Meanwhile, steps in data analysis can be modified into learning strategies, “said Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M. Pd., when delivering his paper entitled “Pendekatan Riset dalam Pendidikan Paradigma Universitas Berbasis Riset”.

Twenty six lecturers of FETT support the research-based learning by involving themselves in the seminar as presenters. Dra. Mursia Ekawati, M.Hum, lecture of Indonesian Language and Literature Education Study Program, delivered a paper entitled “Rancangan dan Peran Institusi pada PBR”. “Substantial matters should be realized soon, such as academic policies, university and faculty research, staffs development especially on research methodology, and also mainstreaming of research-based learning,” explained Dra. Mursia Ekawati, M.Hum. Besides her, there were also some lecturers from FETT delivered their papers related to methods and techniques used in learning process to actualize research-based learning. (WJ-NA)

[:]

[:id]FKIP UNTIDAR: May Willyana, Alumni Camp Epic 3 Lakukan Diseminasi[:en]FETT UNTIDAR: MAY WILLYANA, ALUMNA CAMP EPIC 3 GIVES DISSEMINATION[:]

[:id]

Program Camp EPIC 3 merupakan salah satu program RELO bekerja sama dengan kedutaan besar Amerika Serikat untuk Indonesia, yang diselenggarakan  pada 15-27 Januari 2017 di Batu, Jawa Timur. May Willyana adalah mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris UNTIDAR yang berhasil lolos menjadi pesertanya.

(25/03/2017) Alumni program EPIC Camp 2017, May Willyana, mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNTIDAR, bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) Pendidikan Bahasa Inggris, melaksanakan diseminasi di ruang I.7 Gedung FKIP. Acara tersebut berlangsung mulai 09.00 sampai 15.30 WIB. Tema yang diusung dalam diseminasi tersebut adalah Camp Epic Workshop: Where pre-service English teachers leave empowered, prepared, inspired, and connected.

Pembicara pada kegiatan diseminasi diantaranya adalah Jeanie Cook, English Language Fellow dan May Willyana, alumni Camp Epic 3. Pada kesempatan itu, sejumlah 50 mahasiswa dari semester 2, 4, dan 6 FKIP menjadi partisipan. Partisipan sangat antusias dan segera berpartisipasi pada setiap kegiatan dalam diseminasi. Aktifitas yang dilakukan diantaranya model pengajaran speaking, model pengajaran listening, scavenger hunt,  dan American moment.  Pada aktifitas American moment, partisipan terlibat langsung dalam joget dan dance. Partisipan sangat menikmati dan antusias.

Jeanie Cook menyampaikan rasa senang karena partisipan sangat antusias dan semangat. Sebelumnya dia mengikuti acara diseminasi, tetapi menurutnya, partisipan di FKIP UNTIDAR lebih semangat daripada partisipan pada diseminasi sebelumnya. Jeanie sangat senang akan hal itu.

May Willyana menyampaikan “Acara diseminasi ini sangat mengesankan karena bisa sharing ke adik tingkat dan mereka tertarik untuk ikut Epic Camp tahun depan, walaupun yang semester 2 harus nunggu 2 tahun lagi.” Pada kesempatan yang sama, May juga mengatakan harapannya agar ada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNTIDAR yang lolos pada Camp Epic 4, sehingga tahun depan ada diseminasi lagi. Selain itu, dia juga berharap  setelah mengikuti kegiatan ini, partisipan menjadi terinspirasi dan lebih kreatif dalam mengajar. (ER/CA)

[:en]

Camp EPIC 3 was one of RELO programs that cooperate with  US Embassy for Indonesia, which was held in January 15-27, 2017 in Batu, East Java. May Willyana  is a student of Department of English Education UNTIDAR who became a participant.

 (25/03/2017) The alumna of EPIC Camp 2017, May Willyana, the student of Department of English Education FETT UNTIDAR, collaborated with English Department Student Association, presented dissemination in I.7. room of FETT building. The dissemination was started at 9.00 a.m. to 4.30 p.m. The dissemination theme was Camp Epic Workshop: Where pre-service English teachers leave empowered, prepared, inspired, and connected.

The keynote speakers in dissemination were Jeanie Cook, English Language Fellow and May Willyana, alumna Camp Epic 3.  In that special occasion, 50 students of 2nd, 4th, and 6th semester joined the dissemination as participants. They were so enthusiastic in joining the activities of dissemination. The activities were speaking teaching model, listening teaching model, scavenger hunt, and American moment.  In American moment activity, the participants showed their dancing talent. They were so avid and enjoyed it.

Jeanie Cook felt so happy because the participants were very zealous. She had ever joined dissemination, but she thought that the participants of FETT UNTIDAR were more vigorous than the participants of previous dissemination. Jeanie was so glad about it.

May Willyana contended “This dissemination is so impressive because  I can share my experiences to my junior and they are interested in joining next year EPIC Camp, though the second semester students have to wait until next two years.” May hopes that there will be students of Department of English Education FETT UNTIDAR who join Camp Epic 4, so there will be the dissemination next year. Furthermore, she hopes the participants who join this dissemination will be inspired and be more creative in teaching. (ER/CA)

[:]

[:id]FKIP Ikuti TUDC (Tidar University Debating Championship)[:en]FETT Joins TUDC (Tidar University Debating Championship)[:]

[:id]

FKIP-UNTIDAR (22/3). Debat menjadi salah satu kebutuhan di bidang akademik. Pentingnya debat sebagai bagian dari akademik karena tuntutan kompetensi untuk menguasai pengetahuan secara global. Melalui debat, mahasiswa dapat mengungkapkan gagasannya dan melatih kemampuan berargumentasi dalam skala internasional. Oleh karena itu, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untidar mengikuti ajang Tidar University Debating Championship (TUDC) yang dilaksanakan 18-19 Maret 2017. Acara ini diselenggarakan di ruang multimedia Universitas Tidar.

Kegiatan TUDC yang bertujuan menyeleksi debater yang akan dikirim menuju National University Debating Championship (NUDC) tingkat kopertis VI ini, diikuti oleh 16 tim dari 5 fakultas. FKIP Untidar mengirimkan 4 timnya yang terdiri atas 2 tim dari Prodi PBSI dan 2 tim dari Prodi PBI. Kegiatan TUDC yang diketuai dan dikoordinatori oleh Moch. Malik Al Firdaus ini terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama yang digelar 18 Maret 2017 berupa seminar tentang debat dengan model British Parliamentary dan tips-tips debat yang disampaikan oleh adjudicator tingkat nasional Haikal Muhammad. Sesi kedua pada 19 Maret 2017 yakni debat 3 babak penyisihan sekaligus final.

TUDC ini dimenangi oleh tim dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris A, Yusuf Yulianto dan Novia Indri Susanti. Keduanya merupakan 10 Best Speakers TUDC yang dikarantina di Untidar untuk dipilih kembali dan dikirim ke National University Debating Championship (NUDC). Novia mewakili timnya, menuturkan “Bersyukur serta pastinya senang karena telah berhasil menjuarai kompetisi ini. Namun, yang lebih penting senang karena dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang sangat bermanfaat untuk mengembangkan cara berpikir kritis serta logis.” Novia yang masih semester 2 ini pun menyampaikan kesannya bahwa Untidar yang baru berusia 3 tahun ini dapat bersaing dengan universitas-universitas lainnya baik dalam kompetisi debat maupun bidang lainnya. (WL)

[:en]

FETT-UNTIDAR (22/3). Debate is one of needs in an academic aspect. Debate is important because it is a competition to master global knowledge. In debating, students can share their ideas and practice their skill to deliver their arguments in international level. Therefore, students of Faculty of Education and Teachers Training (FETT) joined Tidar University Debating Championship (TUDC) in March 18-19, 2017. This competition was hosted in multimedia room at Tidar University.

The aim of TUDC was to select debaters who will be joined in National University Debating Championship (NUDC) of KOPERTIS VI. There were 16 teams of 5 faculties that joined TUDC. FETT sent 4 teams which consisted of 2 teams of Department of Indonesian Language and Literature Education and 2 teams of Department of English Education. TUDC was coordinated by Moch. Malik Al Firdaus and it had two sessions of TUDC. The first session in March 18, 2017 talked about a seminar of British Parliamentary debate system and shared about debate tips which were delivered by a national adjudicator named Haikal Muhammad. The second session in March 19, 2017 was preliminary and final round.

The champion in TUDC was team A of Department of English Education, Yusuf Yulianto and Novia Indri Susanti. Moreover, they belong in 10 Best Speakers TUDC that are quarantined at Untidar in which they will be selected again and will be sent to National University Debating Championship (NUDC). Novia as a team representative said “We are so grateful and glad because we win this competition. However, the most important point is that we are totally happy since we can join this useful competition in order to develop our critical thinking.” Novia, a second semester student, views that Untidar in the age of 3 is able to compete with another university in debating competition as well as another aspect. (CA)

[:]

[:id]Acara Motivasi Untuk Makasiswa Bidikmisi Universitas Tidar Oleh Sesdirjen Belmawa Dikti[:en]Inspirational Event for Untidar Bidikmisi Students by Secretary of The Directorate-General for Education and Student Affairs (Belmawa), Directorate General of Higher Education (DGHE) [:]

[:id]

Magelang – Rabu, 15 Maret 2017, Sesdirjen Belmawa Dikti (Sekertaris Direktoral Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan tinggi), Prof. Dr. Sutrisno, M.Pd. berkunjung di Universitas Tidar, kunjungan ini bermaksud untuk memotivasi mahasiswa Bidikmisi Universiitas Tidar.

Pukul 9.30 acara motivasi ini dibuka dengan sambutan Rektor Universitas Tidar dan dilanjutkan acara inti yaitu movasi untuk mahasiswa bidikmisi yang disampaikan langsung oleh Prof. Dr. Sutrisno. Beliau membuka dengan sedikit cerita perjalanannya ke Universitas Tidar ini. “Tadi malam saya di Jakarta sempat takut jikalau  saya telat datang ke sini. Dan Alhamdulillah saya sampai disini pukul 9.00” ceritanya. Setelah itu beliau memutarkan video kisah beberapa mahasiswa bidikmisi yang menginspirasi dan dilanjutkan penyampaian informasi penting  yang dapat membangkitkan motivasi mahasiswa bidikmisi, seperti halnya indek prestasi mahasiswa seluruh Indonesia, beasiswa pascasarjana yang bisa diikuti oleh mahasiswa bidikmisi setelah lulus gelar sarjana, pentingnya keseimbangan antara kegiatan akademik dan ormawa dan yang paling membuat gembira para mahasiswa bidikmisi adalah informasi mengenai kenaikan tunjangan uang saku.

Antusias mahasiwa bidikmisi sangatlah besar terhadap acara ini sehingga sekitar  pukul 8.30 mahasiswa sudah mulai memadati aula tempat diselenggarakan acara motivasi ini. Mereka mengaku acara ini sangatlah penting untuk mahasiswa bidikmisi dikarenakan dapat membangkitkan motivasi mereka. “Acara ini dapat membangkitkan motivasi saya yang sempat hilang” ujar Niken, mahasiswi bidikmisi semester 2 Pendidikan Bahasa Inggris. “Acara ini dapat meningkatkan kembali tanggung jawab sebagai mahasiswa bidikmisi” tambah Ratna Dwiyaning Raharjanti. “Jadi motivasi dari Prof.Dr.Sutrisno sangatlah penting dan berguna karena mahasiswa bidik misi punya tanggung jawab yang banyak seperti IP, harus mengikuti ormawa. Kalau tidak ada motivasi pastinya mahasiswa akan susah untuk mencapai semua itu” tutur Zaqy Mubaroq, mahasiswa bidikmisi semester 4 Pendidikan Bahasa Inggris.

Mengingat dampak dari acara ini yang sangat besar untuk mahasiswi bidikmisi, diharapkan acara ini menjadi agenda rutin yang harus dilaksanakan untuk menjaga motivasi para mahasiswa bidikmisi agar tidak luntur, seperti yang dikatakan Nuriyanto salah satu mahasiswa bidikmisi semester 2 pendidikan bahasa Indonesia . “Acara ini membukakan wawasan mahasiswa tentang bagaimana bidikmisi diluar untidar, sehingga dapat memberikan motivasi lebih untuk saya sebagai mahasiswa bidikmisi. Jadi kegiatan seperti ini diharapkan dapat menjadi agenda rutin agar menjadikan mahasiwa bidikmisi yang benar-benar memiliki motivasi yang tinggi”

[:en]

Magelang – Wednesday, March 15, 2017, Sesdirjen Belmawa Higher Education (Secretary of the Directorate General of Education and Student Affairs Ministry for Research, Technology and Higher Education), Prof. Dr. Sutrisno, M.Pd. visited Tidar University, aiming at motivating Untidar Bidikmisi students.

This motivational event was ceremonially opened by Rector of Tidar University at 9.30 and it was continued to the core events i.e. the inspirational speech by Prof. Dr. Sutrisno. He opened his speech by telling a story of his flight to the university. Last night, when I was in Jakarta, I was afraid of coming late, and thanks God I got here at 9.00.” told him. After that, he played video about inspiring Bidikmisi Students stories. The event was continued by delivering important information which will motivate Bidikmisi students such as having good GPA, graduate scholarship, the importance of academic activity and student organization and the most appealing information about student’s allowance.

The Bidikmisi student enthusiasm for the event was big. Around at 8.30, the students had started to crowd the hall. Most of the students have similar opinion that the event was important for them. “The event successfully motivated me which had gone.” Said Niken S, one of second semester students at Department of English Education. Another point of view was done by Ratna Dwiyaning Raharjanti. “It builds my responsibility as a Bidikmisi student.” said her. Zaqy Mubarok, another participants from Department of English added that motivation given by Prof. Dr. Sutrisno was really important and useful for Bidikmisi student. It makes me to be responsible in any aspects such as having good GPA, join students’ organization. If there is such proper motivation, students will have low motivation to achieve everything.” Nuriyanto, one of second semester students at Department of Indonesian Language and Literature Education said, “We need to maintain our motivation and we need extrinsic motivation as much as possible.”

Due to the importance of the event for Bidikmisi students, it is hoped that the event will be a routine agenda. It opens student knowledge and insight toward the attitude of being good Bidikmisi students from other Bidikmisi students from different university (WR).

[:]

[:id]Unesa beri Kiat Melaju jadi Universitas Terpandang[:en]Unesa Shared the Trick to be Reputable University[:]

[:id]

Selasa, 14 Maret 2017 Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) dan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Unesa menyambut kedatangan rombongan KKL FKIP Untidar. Hadir dalam acara pembukaan para dekan, wakil dekan, kajur, kaprodi, dan dosen baik dari FKIP Untidar maupun FBS Unesa. Menariknya, saat acara pembukan ada dua dosen secara spontan didapuk membaca puisi, Dr.Tengsoe Tjahjono, M.Pd. dari Unesa yang baru saja pulang dari Hankuk University of Foreign Studies Korea sebagai guru tamu dan Drs. Budiono, M.Pd. dari Untidar yang notabene keduanya adalah seorang sastrawan. Tak mau kalah, mahasiswa Untidar juga mempersembahkan tari gambyong untuk menyemarakkan suasana.

Unesa dipandang sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia yang sudah lebih senior dibandingkan dengan Untidar. Maka dari itu banyak hal yang dapat dipelajari untuk mengejar ketertinggalan Untidar sebagai kampus negeri. Unesa juga dipilih DIKTI untuk mengawal dan mengembangkan budaya literasi serta dijadikan pusat kajian literasi. Dekan FBS Unesa, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. dalam sambutannya menceritakan bahwa Unesa sedang gencar melakukan pembenahan, salah satunya akan melahirkan fakultas baru yakni Fakultas Seni dan Industri Kreatif. Di lain sisi, FBS juga sedang merintis pendirian prodi baru yaitu Pendidikan Bahasa Madura yang pertama di dunia, Prodi Bahasa Arab dengan konsentrasi pengkajian terhadap sastra-sastra lama, Prodi Bahasa Korea, dan Prodi Pendidikan BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) yang akan melahirkan guru BIPA.

Pada kesempatan ini Bambang sangat mengapresiasi program KKL, “Kunjungan seperti ini bagus ya. Kita kedatangan lawan tanding sekaligus untuk menguji kekuatan akademis, tidak melulu hanya menjadi jago kandang saja.” Dirinya juga menyampaikan bahwa FBS Unesa khususnya prodi PBSI kerap menerima kunjungan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Tingginya minat untuk berkunjung tersebut diprediksi dari sumber daya dosen yang bagus, bahwa prodi PBSI terdiri dari 67% doktor. Dari 33 jumlah dosen, ada 5 profesor, 21 doktor, dan sisanya adalah dosen baru, meskipun magister masih berstatus asisten dosen. “Sekarang ini kan eranya keteraturan, jadi semua kerja harus jelas arahnya. Perlu perencanaan yang baik dan terstruktur. Introspeksi juga perlu dilakukan dengan melihat kemampuan serta kebutuhan pasar. Sudah jelas harus inovatif dan bisa memunculkan sesuatu yang berbeda. Di samping itu, kerja harus ada prosedur yang standar, sesuai dengan SOP,” nasihatnya supaya Untidar bisa melaju menjadi universitas terkemuka di Indonesia.

Sebagai oleh-oleh, Unesa menghadiahkan buku rangkuman kegiatan yang sudah terlaksana baik pada bidang akademik, kemahasiswaan alumni, dan keuangan sarana prasarana. Harapannya untuk bisa dipelajari sebagai bahan pengembangan. Acara kunjungan ditutup dengan pertunjukan teater dari masing-masing universitas dan penyerahan cindera mata. Mahasiswa Untidar kemudian berpamitan untuk meneruskan perjalanan menuju Pulau Dewata dengan tak lupa mengucapkan terimakasih atas penyambutan yang baik. (TP)

[:en]

Tuesday, March 14, 2017, Indonesian Language and English Department of Faculty of Languages and Arts (FBS), State University of Surabaya (Unesa) welcomed the field work of FKIP, Tidar University. The dean, vice deans, chair of departments, coordinator of study programs, and lecturers from FBS Unesa and FKIP UNTIDAR attended that event. There was an interesting part in the opening ceremony. Two lecturers spontaneously were asked to recite poems. They were Dr.Tengsoe Tjahjono, M.Pd. from Unesa who had just returned from Hankuk University of Foreign Studies, Korea as guest lecturer and Drs. Budiono, M.Pd. from UNTIDAR. Both of them are authors. Besides, the students of Tidar University performed Javanese traditional dance “gambyong” to give color of this event.

Unesa is regarded as one of the best universities in Indonesia which is more senior than UNTIDAR. As a result, there are a lot of things which can be learned from this university so that UNTIDAR can catch up as a state university. Unesa is also chosen by higher education (DIKTI) to precede and develop literacy and it is also used as a center of study of literacy. The dean of FBS Unesa, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. told thatUnesa was unceasingly revamping. One of the revamps was establishing new faculty namely the Faculty of Arts and Creative Industry. Furthermore, FBS was also pioneering the first new study program in the world namely Maduranese Language Education. FBS was also establishing Arabic Language Education with concentration of old literature study, Korean Language Education, and Indonesian for Foreign Speakers (BIPA) Education.

On this occasion, Bambang greatly appreciated Fieldwork program, “This program is very good. We have got sparring partner which can test our academic strength, so we do not become a champion only in our university.” Bambang also said that FBS especially PBSI study program often received the visit from several universities in Indonesia. This high interest in visiting PBSI study program was predicted from the great resources of lecturers. 67% of lecturers of PBSI are doctorate. From 33 lecturers, there are 5 professors, 21 doctorates, and the rests are new lecturers with magister degree. This new lecturers are still positioned as lecture assistants. “Because of the orderliness era, we should have a clear direction and well planning in every activity. The introspection was needed by seeing the market ability and needed. In addition, the activity should be based on SOP,” advised Bambang so that UNTIDAR can be reputable university in Indonesia.

As a gift, UNESA gave a summary book of academic activity which had been done.  It was hoped that this book can be a reference as material development. This visit was closed by theater performance from each universities and gift handover. Then, after leave-taking and expressed the gratitude, the students of Tidar University continued their trip to Bali. (TP/AW)

[:]

[:id]Mahasiswa FKIP Ikuti ELT Workshop Sharing Practices: Extensive Reading in Vietnamese Context[:en]FETT Students Participate at ELT Workshop Sharing Practices: Extensive Reading in Vietnamese Context[:]

[:id]

FKIP-Untidar (13/3). Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar, Sabtu 11 Maret 2017 mengikuti Workshop Extensive Reading in Vietnamese Context yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Universitas Ahmad Dahlan. Sembilan mahasiswa tersebut adalah mahasiswa semester 4 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Mereka yang mengikuti workshop ini di antaranya Zaqy Mubarok, Axel Alessandro Satriawan, Muhammad Ridwan, Ananta Dewi Sugiarto, Lidya Ayu Mutiarani, Eka Kusuma Adianingrum, Esti Rahmawati, Nurul Isnaeni, dan Yasman. Kegiatan ini berlangsung selama 2 jam setengah, dari pukul 9.30 hingga 12.00 WIB.

Ryan Thompson, M.A. dari CELRMIT International University Vietnam didapuk sebagai pembicara dalam workshop ini. Thompson mengatakan beberapa permasalahan tentang membaca dan pengalaman mendalamnya saat mengajar extensive reading di RMIT Vietnam. Selain itu, Thompson juga menyampaikan tentang budaya membaca yang terjadi saat ini. “Dalam membaca, kuncinya adalah menikmati apa yang kita baca,” tuturnya.

Pemaparan dari Thompson tersebut telah menggugah kesan mendalam bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris yang mengikuti workshop ini. Zaqy menuturkan apa yang disampaikan oleh Thompson menambah wawasannya tentang apa itu extensive reading. Di lain sisi, Excel menambahkan bahwa “Sistem mengajar extensive reading yang diajarakan di Vietnam berbeda sekali dengan yang diajarkan di Indonesia.”

Zaqy pun tak segan menanyakan kepada Thompson tentang apa pendapatnya mengenai perkuliahan extensive reading yang hanya menganalisis ide pokok dari sebuah teks yang dimuat dari jurnal internasional. Thompson menanggapi bahwa “Perkuliahan extensive reading sebenarnya dapat dilakukan dengan diskusi, mahasiswa pun dapat meringkas dari jurnal atau membuat peta konsep dari apa yang dia baca.” Workshop ini semakin berkesan bagi mahasiswa karena semua peserta yang hadir adalah mahasiswa S2 dan dosen, sedangkan peserta dari mahasiswa S1 hanya mereka (WL).

[:en]

FKIP-Untidar (13/3). Students of Faculty of Education and Teacher Training, Tidar University attended Workshop Extensive Reading in Vietnamese Context, which was organized by Language Center of Ahmad Dahlan University, on Saturday, March 11 2017. The participants from Tidar University were nine fourth semester students of English Education Study Program. They were Zaqy Mubarok, Axel Alessandro Satriawan, Muhammad Ridwan, Ananta Dewi Sugiarto, Lidya Mutiarani Ayu Eka Kusuma Adianingrum, Esti Rahmawati, Nurul Isnaeni, and Yasman. This activity lasted for two hours and a half, started from 9:30 to 12:00 pm.

Ryan Thompson, M.A. from CELRMIT International University Vietnam was the keynote speakers at this workshop. Thompson delivered his speech in which some problems dealt with reading skill and his experience in teaching extensive reading at RMIT Vietnam. Continuously, he emphasizes in his argument about today’s reading culture. “In reading a text, the key is to enjoy what we read,” he said.

Thompson’s explanation has awakened a deep impression on these students. Zaqi argued that what Thompson said has widened his knowledge on extensive reading value. His classmate Axel told, “Extensive reading teaching method in Vietnam is totally different with teaching method used in Indonesia.”

Zaqy asked Thompson’s thought about an extensive reading lecture, which only focuses on analyzing the main idea of an international journal article. Thompson responded, “The class can be done by discussing it, students may summarize the article or drawing mind map from the text.” For them, this workshop gives good memory since most participants were graduate students and lecturers, while those were from Tidar University were undergraduate students. (WL/WR).

[:]

[:id]Antusiasme Mahasiswa FKIP Ikuti KKL[:en]Students’ enthusiasm in Joining Fieldwork of FETT[:]

[:id]

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar melaksanakan Program Kuliah Kerja Lapangan (KKL) atau studi banding ke Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Program ini wajib diikuti bagi mahasiswa semester 6, baik prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) maupun Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI). KKL yang berlangsung pada 13-17 Maret 2017 ini tidak hanya berkunjung ke Unnesa saja, tetapi juga akan berekreasi ke pulai Bali. Ketua panitia program KKL, Muhammad Aziz menyampaikan “Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun, tujuannya untuk mengenalkan universitas lain kepada mahasiswa Untidar sebagai bahan evaluasi diri untuk lebih baik lagi.”

Unesa dipilih menjadi tujuan program studi banding karena dinilai merupakan salah satu universitas terpandang di Indonesia yang juga memiliki prodi PBI dan PBSI sehingga bisa dijadikan acuan FKIP Untidar. Selain itu akreditasi Unesa yg mendapatkan nilai B untuk prodi PBI dan PBSI juga merupakan landasan kuat pemilihan tujuan studi banding. Aziz menambahkan, “Program ini wajib diikuti seluruh mahasiswa semester 6, jika tidak bisa mengikuti tahun ini bisa ikut di tahun berikutnya, karena setelah mengikuti KKL akan mendapat sertifikat yang digunakan sebagai syarat pendaftaran wisuda.”

Dalam pelepasan mahasiswa KKL Senin (13/3/2017) pagi, Dekan FKIP Prof. Dr. Sukarno, M.Si. memberikan apresiasi atas partisipasi dan semangat kerja panitia dan peserta. Beliau juga memberikan nasihat supaya mahasiswa dapat konsentrasi penuh pada acara inti yakni seminar dan diskusi di Unesa. “Terkadang ketika mahasiswa berkegiatan dalam suasana yang santai, lupa untuk menjaga dan membawa diri. Maka saya berpesan untuk tetap dapat menjaga ketertiban dan keamanan. Selalu berkelompok dan tepat waktu saat berwisata,” pungkasnya. Khusus di tahun ini Fakultas juga memberikan bantuan uang transport senilai Rp 100.000,00 bagi masing-masing mahasiswa. (TP)

[:en]

Faculty of English Education and Teacher Training of Tidar University (FETT UNTIDAR) held Fieldwork Program (KKL) in State University of Surabaya (UNESA). Fieldwork is an obligatory program for sixth semester students of English and Indonesian department. This Fieldwork which was took place on March, 13-17 2017 not only visited UNESA but also tripped to Bali. The chief of Fieldwork program, Ahmad Abdul Aziz said “Fieldwork is annually program in order to familiarize other universities to students of Tidar University as self-evaluation”.

UNESA was chosen as the fieldwork destination because it is one of the reputable universities in Indonesia. UNESA also has English Education (PBI) and Indonesian Language and Literature Education (PBSI) study program which can be used as the reference for FETT UNTIDAR. In addition, the B accreditation of PBI and PBSI had been a strong reason of choosing UNESA as the destination of fieldwork. Aziz added, “Fieldwork program must be followed by sixth semester students, if they could not join this year, they had an opportunity to follow this program next year. The certificate which becomes one of the requirements for graduation would be given to the students after joined this program”.

In discharging the fieldwork’s students on Monday (13/3/2017), the dean of FETT, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. appreciated the work and participation of committees and participants. He also advised the students to concentrate in their main activities (seminar and discussion) in UNESA. “Sometimes when students held an activity in relaxed atmosphere, they forgot to maintain their good behavior. I then advised the students to keep the order and security.” Sukarno added. He also warned the students to be on time and always in a group when they traveled. This year, faculty provides Rp.100.000 as transport allowance for each student.  (TP/AW)

[:]

[:id]Mahasiswa FKIP menjadi instruktur di English Camp[:en]FETT Students Become English Camp’s Tutor[:]

[:id]

Libur antar semester menjadi waktu yang tepat bagi mahasiswa untuk melakukan hal yang disukai. Waktu jeda yang terbilang lumayan lama juga dimanfaatkan oleh beberapa mahasiswa untuk mengasah kemampuan mengajar sekaligus belajar mengajar Bahasa Inggris. Rianita Dwi mahasiswa yang saat ini tercatat berada di semester 6 FKIP dan beberapa mahasiswa semester yang sama menggunakan masa libur semester ganjil 2016/2017 dengan menjadi instruktur speaking untuk English Camp.

English Camp, selanjutnya disingkat EC merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan selama satu minggu yang intinya adalah mengajak peserta yang berasal dari usia SMP maupun SMA untuk mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris setelah mengikuti kegiatan tersebut. Menurut Bapak Nur pengampu Instructional Design di PBI,  sekaligus merupakan Direktur EC kegiatan mengajar semacam ini sangat positif dalam membantu mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya, utamanya di Instructional Design. Sebelum beberapa mahasiswa diajak untuk terlibat dalam kegiatan sebagai instruktur, mereka dibekali dengan pembekalan secukupnya untuk paket program yang disajikan kepada peserta didik.

Rianita mengaku cukup berdebar pada awalnya karena ini adalah pengalaman pertama sebagai instruktur, meski telah berkali-kali menjadi tutor privat untuk siswa SMP dan SMA. Ia menceritakan bahwa ketika ditawari menjadi salah satu instruktur dirinya sempat tidak yakin dengan kemampuan mengajarnya. Namun demikian Rianita merasa optimis mampu menyelesaikan tugasnya. “Kemarin siswa peserta EC yang saya ajar berasal dari kelas 7 SMPN 2 Sleman, Yogyakarta sebanyak 22 siswa dan dari SMPN 1 Ngaglik sebanyak 12 siswa. Senang karena saya bertemu dengan banyak peserta yang bersemangat untuk belajar bahasa Inggris, Khususnya skill speaking. Apalagi ketika sesi mempraktikkan teori speaking yang kami berikan di dunia nyata pada turis yang berkunjung ke Borobudur. Ini menjadi pengalaman indah yang akan terus saya jadikan pelajaran untuk mengembangkan diri ke depan ketika saya benar-benar harus mengajar di depan kelas” tutupnya. (WD/GF)

[:en]

Time off between semesters is the right time for students to do their leisure time. It is also the right time for students to improve their ability in teaching while learn English. Rianita Dwi, 6th semester student of Faculty of Education and Teacher Training (FETT), and some other students were having their time off to be instructor for speaking in English Camp.

English Camp, later will be called as EC, is an activity which is done in a week to make participants which is in junior high school (SMP) and high school (SMA) age able to communicate by using English. Ahmad Nur T., M.Hum, Instructional Design’s lecturer in English Education Study Program (PBI) and EC’s Director, said that teaching activity has positive impact for helping student in applying their knowledge, especially Instructional Design. Before they began to teach as instructor, they were being well prepared with program which is delivered to participants.

Rianita said that firstly she was nervous since it was her first time to be an instructor, although she had been a private tutor for SMP and SMA’s students. She said that when she was being asked to be an instructor, she was unsure with her teaching ability. However she was optimistic to finish her job. “The participants whom I taught were 22 students from grade 7th of SMPN 2 Sleman, Yogyakarta and 12 students from SMPN 1 Ngaglik. I was so happy to meet enthusiast participants in learning English, especially Speaking, moreover, when we practiced speaking theory in having conversation with foreign tourist who visited Borobudur Temple. It was great experience for me to develop my skill when I must steach in real class,” said Rianita.

[:]

[:id]Kuliah Perdana di FKIP: Kontrak Kuliah antara Dosen dan Mahasiswa[:en]First Day of Even Semester in FETT: Lecture Contract between Lecturers and Students[:]

[:id]Senin, 13 Februari 2017 lapangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan terlihat dipadati kendaraan. Sekitar pukul 07.00 WIB, mahasiswa-mahasiswa FKIP sudah memasuki ruang kelas. Bukan hanya FKIP, seluruh mahasiswa dan dosen Universitas Tidar juga sudah mulai aktivitas mengajar pada hari itu.

Kuliah perdana Universitas Tidar dimulai Senin, 13 Februari 2017. Berdasarkan Kalender Akademik 2016/2017, Jadwal Semester Genap dimulai dengan perkuliahan paruh I 13 Februari sampai dengan 8 April 2017, UTS 10 – 22 April 2017, perkuliahan paruh II 24 April – 17 Juni 2017, dan Ujian Akhir Semester 3 – 15 Juli 2017.

Beberapa mahasiswa menyambut antusias kuliah perdana ini. “Saya sangat bersemangat semester ini karena akan menghadapi matakuliah-matakuliah baru dengan dosen-dosen yang juga baru mengajar saya di semester ini. Semester kemarin nilai matakuliah saya lumayan, jadi semester ini saya akan meningkatkan lagi usaha saya agar lebih baik lagi,” kata Ilmi Qonaah, mahasiswa PBSI saat ditemui usia mengikuti kuliah. Senada dengan Ilmi, Yusuf Yulianto, mahasiswa PBI, mengaku senang dan semangat bisa kembali kuliah.

Perkuliahan perdana di FKIP diisi dengan penjelasan kontrak kuliah, silabus, bahan ajar kuliah, tugas-tugas, tata tertib kuliah, dan sistem penilaian. “Dosen-dosen menjelaskan kontrak kuliah pada pertemuan perdana hari ini. Kami membuat kesepakatan-kesepakatan dengan dosen, misalnya toleransi keterlambatan, materi pembelajaran, sistem pengumpulan tugas, dan penilaian,” ujar Nuryanto, salah satu ketua kelas Semester II PBSI.

“Bagi kami, kontrak kuliah itu bukan hanya untuk mendisiplinkan mahasiswa, tetapi juga kami, para dosen. Materi perkuliahan juga lebih terarah. Selain itu, dengan adanya kontrak kuliah ketika kami harus menegur mahasiswa yang terlambat, baik itu datang kuliah atau mengumpulkan tugas, kami punya dasar. Mahasiswa pun berhak menegur kami saat kami terlambat tanpa pemberitahuan. Tata tertib dalam kontrak bukan hanya untuk mahasiswa, tetapi juga dosen,” ujar Arum Nisama Wulanjani, M.Pd., Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP.

Meskipun sudah mulai kuliah, beberapa mahasiswa belum sepenuhnya selesai perihal pengurusan jadwal kuliah. Krisna Adi Prasetya, misalnya, mahasiwa PBSI Semester II ini memiliki 4 matakuliah dengan jadwal bersamaan. “Persoalan jadwal kuliah yang belum beres, dapat diselesaikan saat Periode Batal Tambah Kartu Rencana Studi pada 13 – 15 Februari 2017,” kata Drs. Hari Wahyono, M.Pd., via WhatsApp yang dikirimkan kepada seluruh dosen FKIP agar memberitahukan informasi tersebut kepada seluruh mahasiswa.

WJ

[:en] 

Monday, February 13, 2017, many vehicles congested the field of Faculty of Education and Teacher Training (FETT). The students of FETT had entered their classroom at 7 a.m. Not only FETT students, but also all students and lecturers of Tidar University had started the lecturing activity on that day.

The lecturing activity at Tidar University was started on Monday, February 13, 2017. According to academic calendar 2016/2017, the schedule of Even Semester is February 13 – April 8, 2017 for the first part and April 24 – June 17, 2017 for the second part.  The midterm exam is held on April 10 – 22, 2017, while the final exam is held on July 3 – 15, 2017.

Some students welcomed the first day on this semester enthusiastically. “I am really enthusiastic this semester because I will face new subjects and lecturers. On the odd semester, my mark was pretty good, so this semester I will increase my mark and study harder,” said Ilmi Qonaah, the student of Indonesian Language and Literature Education (PBSI) after joining the lecture. In line with Ilmi, Yusuf Yulianto, the student of English Education, admitted that he had a new spirit facing the new semester.

The lecturing on the first day was about the explanation of lecture contract, syllabus, material, assignments, class regulation, and assessment system. “Lecturers explain lecture contract on this first day. We make the agreements such as lateness tolerance, material, assignments submitting system, and assessments,” explained Nuryanto, one of the second semester leaders in PBSI.

“Lecture contract is not only to discipline the students but also to discipline us as lecturers. It will make the material more focus too. Furthermore, the lecture contract will be our guidance in class so we can admonish the students who are late in class or in submitting the assignments. The students also have a right to warn us if we come late without information. In short, the regulation in lecture contract is not for students only but also for lecturers,” added Arum Nisma Wulanjani, M.Pd., the lecturer of English Education.

Although the class had begun, some students still had a problem with the lecturing schedule. Krisna Adi Prasetya, the second semester student of PBSI, had four subjects at the same time. “The schedule problem can be completed in add/drop period of Study Card on February 13 – 15, 2017,” Drs. Hari Wahyono, M.Pd. informed via WhatsApp which was sent to the lecturers of FETT to be informed to the students.

WJ/AW

[:]

[:id]Asyiknya Isi KRS di FKIP[:en]FETT: WOW! IT IS FUN FOR HAVING ON LINE KRS[:]

[:id]

FKIP Untidar (10/02). Antusiasme mahasiswa FKIP dalam proses pengisian Kartu Rancangan Studi (KRS) terlihat dengan ramainya proses pembimbingan yang dilakukan oleh Pembimbing Akademik (PA). Sebelum melakukan pengisian KRS online mahasiswa FKIP diwajibkan untuk melakukan proses pembimbingan dengan PA pada tanggal 6 – 10 Februari 2017 untuk memastikan tidak adanya kesalahan pengambilan mata kuliah. Pada hari pertama pengisian KRS tanggal 6 Febuari yang lalu, mahasiswa datang lebih awal agar mendapatkan pelayanan terlebih dahulu dari PA. Ratri Prafitrasari, salah seorang mahasiswa PBI semester 2 mengatakan, “Saya datang pada pukul 8 pagi supaya saya dapat sesegera mungkin melakukan pengisian KRS.” Dia menambahkan, “Untuk pertama kalinya merasakan serunya rebutan jadwal dimana kami bisa merencanakan hari kuliah kami sendiri”.

Antusiasme lain disampaikan oleh Amalia Desniati mahasiswa PBI semester 2, “Pada semester kali ini, ada beberapa mata kuliah yang tidak sekelas dengan teman-teman saya. Namun, sisi positifnya, saya bisa mengenal teman baru dan memperluas pertemanan saya.”

Sebagai Pembimbing Akademik, Moch. Malik Al Firdaus, M.Pd. menyampaikan bahwa masih banyak mahasiswa merasakan kesukaran untuk memilah jadwal mata kuliah agar antara jadwal kelas satu dengan kelas yang lain tidak saling bertubrukan. Maka peran PA sangatlah penting di sini.”

Pada pengisian KRS kali ini, mahasiswa mengharapkan adanya perbedaaan antara pembimbingan KRS dengan pengisian KRS sehingga mahasiswa mampu mengisi KRS lebih awal. Seperti yang diutarakan Regian, mahasiswa PBI Semester 6, dimana dia menyampaikan “Paling tidak satu minggu sebelum pengisian KRS, pelayanan pembimbingan pengisian KRS bisa dilakukan, sehingga kami lebih leluasa melakukan pengisian KRS.” (WR)

[:en]

FETT Untidar (10/02). The students’ enthusiasm of FETT Untidar in the process of filling the Study Plan Card (KRS) can be seen from the coaching process performed by Academic Advisors. Before doing on line KRS, the FETT students are required to do the coaching process with the Academic Advisors on February 6-10, 2017 to ensure no mistakes in taking classes. On the first day of the KRS filling, February 6, the students arrived early in order to get service in advance from the Academic Advisors. Ratri Prafitrasari, one of the English Education students said, I had come at 8 a.m. so that I could do KRS as soon as possible. She added, for the first time, I could feel the excitement of planning of our schedule.

Other enthusiasm conveyed by Amalia Desniati, second semester English Education student, this semester, there are some subjects that I take which are not in the same class with my friends. However, the positive thing, I can get new friends and have new friendship.

Moch. Malik Al Firdaus, M.Pd., one of the Academic Advisors, said that many students still faced difficulty in sorting out the schedules. Then, the Academic Advisorss role is very important.

On the KRS filling process, the student expects the differences between KRS coaching  and KRS filling so that the students are able to fill KRS early. As stated by Regian, sixth semester English Education student, who said ‘The KRS  coaching services can be done at least one week before, so we will have free time to do KRS filling.’ (ER)

[:]