[:id]Pengalaman Praktik English for Tourism di Bukit Gambang Resort City, Malaysia[:en]Internship Experience in BGRC[:]

[:id]

Bukit Gambang Resort City Bukit Gambang Resort City (BGRC) terletak di Gambang, Pahang, Malaysia. Mahasiswa Untidar yang mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini ditempatkan dalam Safari Park (SP) dan Water Park (WP). Nah, didalam SP dan WP kita dibagi lagi untuk berada dalam Guest Service Ticketing (GST) dan Park Ambassador (PA).

Kebetulan saya diletakkan dalam Safari Park, safari terbesar di Malaysia yang memiliki luas 138 ha. Safari Park sendiri terbagi menjadi dua area yaitu Walking Area seluas 50 ha dan Wild Savanna seluas 88 ha. Di sana saya dan empat teman saya menjadi Park Ambassador (PA), menjadi guide untuk menjelaskan berbagai macam spesies hewan yang ada dalam Wild Savanna menaiki tram (kendaraan yang digunakan untuk masuk dalam area Wild Savanna) selama kurang lebih 40 menit. Awal mula bekerja, kami diberi script untuk dipelajari tentang hewan apa saja beserta ciri-ciri nya dan diperbolehkan untuk naik tram dengan memperhatikan bagaimana cara guide senior yang ada di sana menyampaikan script itu kepada para tamu. Jadi kami belum menjelaskan, hanya memperhatikan dan mempelajari. Jika kami kurang paham dengan hewan-hewan di dalam, kami boleh bertanya dengan para guide senior. Mereka dengan senang hati akan menjawab pertanyaan kami dan menjelaskannya, mereka tidak sungkan untuk membagi ilmu kepada kami. Minggu selanjutnya kami diperbolehkan untuk mulai menjadi guide yang sesungguhnya, maksudnya kami sudah boleh menjelaskan hewan-hewan yang terdapat dalam Wild Savanna, baik berpasangan dengan guide senior, berpasangan dengan teman dari Imperia, dengan teman kami sendiri, maupun dibiarkan untuk menjelaskan sendiri.

Tentang bahasa, kami diperbolehkan untuk memakai Bahasa Indonesia, tetapi karena kami telah belajar sedikit bahasa Melayu jadi kami mencampur Bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu, para tamu tetap mengerti dengan apa yang kami sampaikan sebab bahasanya tidak jauh berbeda karena masih satu rumpun. Kadang juga terdapat tamu yang ingin kita untuk berbahasa Inggris sebab mereka tidak bisa berbahasa Melayu, biasanya tamu yang berasal dari Cina. Disana kita juga harus bisa menghafal denah Safari Park sebab para tamu biasanya akan menanyakan dimana lokasi tempat show, tandas, surau, tempat makan, dan area-area lain.

Bekerja di Bukit Gambang Safari Park (BGSP) merupakan suatu kesempatan bagus karena bisa melatih saya untuk lebih bisa berani berbicara di depan khalayak umum. Disana saya bertemu dengan orang-orang baik yang tidak pelit untuk membagi ilmu dan pengalaman mereka selama bekerja di Safari Park. Saya pribadi senang sekali bisa mendapat pengalaman bekerja disana sebab terdapat berbagai tantangan, dimana saya harus bisa untuk melewati tantangan tersebut dengan membuka hati dan pikiran saya dan berfikir bahwa ilmu itu berlimpah, sangat banyak jika kita mau mencari. Serta saya bisa beajar melihat dari berbagai sudut pandang tentang  berbagai perbedaan menghargai perbedaan dan bisa saling peduli dengan perbedaan tersebut. (Ernia

[:en]

Bukit Gambang Resort city (BGRC) is located in Gambang, Pahang, Malaysia. The students of Universitas Tidar who joined the internship worked in Safari Park (SP) and Water Park (WP). On those places, the students were divided to work in Guest Service Ticketing (GST) and Park Ambassador (PA).

I interned in Safari Park which is the largest zoo in Malaysia. It has 138 hectare width. There are two areas in safari Park: 50 hectare Walking Area and 88 hectare Wild Savanna. My friends and I worked as Park Ambassador (PA). Besides, we also worked as a guide around 40 minutes to explain the kinds of animal species in Wild Savanna. We guided and accompanied the visitors by Tram (the vehicle used in Wild Savanna). On the first day of our internship, we read the text about the animal species and also their characteristics. We also got in Tram and observed the senior guide in explaining the animal to the visitors. Therefore, on the first day, we still learnt and observed. We also asked the name of animal to senior guide if we didn’t know the name. The senior guide in Safari Park answered our question happily and they were so cooperative. They always shared their knowledge to us. Then, the next week we were allowed to be a guide and explained the animal in Wild Savanna. We were allowed to have a partner with senior guide, with friends from Imperia or with our own friends in guiding activity.

We were allowed to use Bahasa Indonesia in guiding. However, we preferred to mix Bahasa Indonesia and Malay Language since we had learnt a bit of Malay Language. The visitors understood with our language for there was similarity between those languages. We used English as well in guiding because the tourists from other countries visited Safari Park. In addition, we had to remember the floor plans of Safari Park to show the visitors other locations such as show place, toilet, mosque, restaurants, and others.

Having internship in Bukit Gambang Safari Park (BGSP) is a good chance for me because I can learn how to communicate with other people. I meet many kind people who want to share their knowledge to me there. I have many experiences during my internship in Safari Park. I am happy to be there since there were many challenges I have to undergo. This experience opens my mind and makes me realize that we can gain the knowledge everywhere. Furthermore, I can respect the difference and care with that difference. (Ernia/ AW)

[:]

[:id]EFT in Practice: Membekali Mahasiswa dengan Pengalaman Guiding[:]

[:id]

Pada 2 Mei 2017, sejumlah mahasiswa Universitas Tidar melakukan magang di Supoyo Grabah dan Keramik yang berlokasi di Desa Klipoh, Kecamatan Karanganyar, Borobudur, Magelang. Para mahasiswa tersebut melakukan praktek dalam rangka Mata Kuliah English for Tourism in Practice. Mereka akan melakukan banyak aktivitas yang akan menunjang kemampuan Bahasa Inggris dan pariwisata dalam bidang guiding. Para mahasiswa melakukan magang di supoyo grabah dan keramik selama kurang lebih 1 bulan dengan berbekal kemampuan yang mereka dapatkan di EFT 1 dan EFT 2.

Para mahasiswa tersebut mengalami banyak pengalaman yang berharga bagi mereka semua. Salah satu yang paling berkesan bagi mereka semua adalah cara membuat keramik. Keramik – keramik tersebut terbuat dari tanah liat yang bisa didapatkan di sekitar desa. Tanah liat yang telah digali dan diambil tersebut kemudian di giling di mesin penggiling agar tekstur dari tanah tersebut dapat halus. Setelah itu, tanah yang telah lembut tersebut bisa digunakan sebagai bahan dasar membuat keramik. Ambillah segenggam tanah liat, letakkan disebuah alat pemutar. Buatlah tanah liat menjadi sebuah bulatan dan letakkan di tengah – tengah alat pemutar. Basahi tangan dengan sedikit air dan mulai putar perlahan – lahan. Pastikan tangan kanan memegang tanah liat dan tangan kiri memutar alas. Perlu diperhatikan bahwa saat memegang tanah liat, siku selalu bertumpu pada lutut. Untuk memulai membuat keramik, putar lah alas dengan cepat dan taruh ibu jari di tengah tanah liat. Tekan tanah liat tersebut sampai terbentuk sebuah lubang. Lubang tersebut bisa dilebarkan maupun ditinggikan dengan bantuan jari – jari lainnya. Dengan cara ini, kita bisa membuat piring, gelas atau mangkuk atau bahkan vas bunga. Walaupun saat melihat proses pembuatannya sangat mudah dan sederhana, tetapi sebenarnya itu sangat sulit dan butuh waktu yang lumayan lama untuk membuat sebuah keramik sederhana seperti piring atau gelas dengan sempurna.

Selain itu, para mahasiswa juga bertemu dengan turis baik turis asing ataupun lokal. Mereka harus menyambut tamu yang datang. Para turis tersebut datang dengan berbagai keinginan, mulai dari belajar cara membuat keramik atau hanya sekedar berbelanja keramik yang sudah jadi. Untuk turis lokal, terkadang mereka datang secara rombongan, biasanya rombongan anak TK yang jumlahnya bisa puluhan. Rombongan balita tersebut bisa melihat proses pembuatan keramik, mencoba membuatnya, dan mewarnai keramik yang telah disiapkan dengan kuas warna – warni yang nantinya bisa dibawa pulang dengan harga yang telah ditentukan. Turis asing juga terkadang datang secara rombongan, hanya saja jumlahnya jauh lebih sedikit. Mereka biasanya selalu ingin mencoba membuat keramik mereka sendiri untuk dibawa pulang sebagai suvenir. Mereka selalu datang dengan pemandunya masing – masing memakai sepeda atau andong. Jarang bagi mereka untuk datang sendirian. Para turis asing ini lah yang menjadi tantangan utama mereka selam magang di supoyo grabah dan keramik. Para turis tersebut datang dari berbagai negara, misalnya: Amerika Serikat, Spanyol, Portugal, Belanda, Jerman, Jepang, Korea Selatan, China, Singapura, dll. Setiap mahasiswa mengalami pengalaman yang unik dan berbeda setiap kali mencoba berkomunikasi dengan mereka. Bahkan diantara mereka ada mahasiswa yang cukup beruntung untuk menggendong seorang bayi dan berfoto dengannya tanpa menangis. Pengalaman berinteraksi dengan banyak orang dari seluruh dunia telah menjadi pelajaran yang sangat berharga di kemudian hari bagi mahasiswa yang magang disana. (MHS)

Video selengkapnya dapat dilihat disini

[:]