[:id]Himpro PBSI Gelar Seminar Sastra untuk Membangun Toleransi[:en]FETT: HIMPRO PBSI Holds a Seminar on Literature to Build Tolerance[:]

[:id]

Selasa (12/9) suara gemuruh terdengar dari Auditorium Universitas Tidar. Pagi itu, Himpunan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Himpro PBSI) menggelar Seminar Sastra bertema “Membangun Sikap Toleransi Melalui Pengajaran Sastra”. Acara tersebut dihadiri oleh sastrawan nasional Sosiawan Leak dan pengajar sastra andal Maria Utami sebagai narasumber.

Setyo Herbi, Ketua Panitia, mengatakan acara tersebut merupakan agenda rutin Himpro PBSI. Gelaran seminar sastra kali ini memiliki tema tersebut mengingat Negara Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada permasalahan perihal toleransi, khususnya dalam hal agama.

Dengan kasih sayang kita simpan bedil dan kelewang, kutipan puisi Rendra tersebut menggambarkan toleransi yang sangat tinggi. Sikap lembut dan kasih sayang merupakan fondasi utama toleransi,” kata Sosiawan Leak saat membuka materi. Selanjutnya, sastrawan asal Solo tersebut menjelaskan sikap toleransi dapat dibangun dengan kebebasan berekspresi dan tidak memaksakan kehendak.

Acara yang dihadiri oleh mahasiswa dari Untidar, Universitas Muhammadiyah Malang, dan ISI Yogyakarta ini semakin semarak setelah narasumber kedua M.A. Utami Eko Putranti memberikan penjelasan pengajaran sastra yang menarik melalui penggunaan majas dengan metode unduh kata. Guru Bahasa Indonesia berprestasi asal Kabupaten Semarang tersebut menekankan bahwa melalui sastra seorang guru dapat mengajarkan toleransi kepada peseta didiknya.

Dengan Sastra, Kita Bangun Toleransi

Sejak acara dibuka oleh Prof. Dr. Sukarno, M.Si, Dekan FKIP, kemeriahan acara memang sudah sangat terasa. Apalagi, bengkel seni juga menampilkan teater yang sangat memukau ditambah puisi Makna Cinta yang dideklamasikan dengan penuh penghayatan oleh Sosiawan Leak. Sastrawan Bambang Eka dan Maria Utami juga turut membacakan puisi pada akhir acara tersebut.

Leak mengatakan toleransi perlu dibangun dengan fakta artistik dan imajinatif dalam suatu karya sastra agar menarik untuk dinikmati. Beliau juga menambahkan beberapa karya sastra sudah dibangun untuk mengajarkan toleransi, seperti novel Ayah karya Andrea Hirata, Gajah Mada: Madakaripura Hamukri Moksa karya Langit Kresnadi Hariadi, dan Puisi TIga Perempuan Membawa Tuhan karya Maman S. Mahayana.

Beberapa mahasiswa mengaku seminar tersebut sangat menyenangkan. “Saya mendapatkan banyak sekali informasi tentang manfaat belajar sastra sehingga makin tertarik untuk membaca karya sastra,” kata Widya Mega Anggara, Mahasiswa PBSI Semester 1. Koordinator PBSI, Rangga Asmara, M.Pd., berharap Himaprodi selalu konsisten untuk mengadakan acara yang bermanfaat menguatkan profil lulusan, seperti kajian satra semacam ini. WJ

[:en]

 Tuesday (12/9), a roar sounded from the Auditorium of Tidar University. That morning, the Indonesian Language and Literature Education Study Program (Himpro PBSI) held a Literary Seminar entitled “Building Tolerance Through Literary Teaching”. The event was attended by national writer, Sosiawan Leak and literary instructor, Maria Utami as keynote speakers.

Setyo Herbi, Chairman of the Committee, said the event was a routine agenda of Himpro PBSI. This seminar of literature has its theme since Indonesia is currently faced with the problem of tolerance, especially in the case of religion.

“With our compassionate shade of the rifle and kelewang, the quotation of Rendra’s poem represents a very high tolerance. Gentle attitude and affection is the main foundation of tolerance, “said Sosiawan Leak when opening the material. Furthermore, the writer from Solo explained that tolerance can be built with freedom of expression and not impose the will.

The event attended by students from Untidar, University of Muhammadiyah Malang, and ISI Yogyakarta was more vibrant after the second speaker, M.A. Utami Eko Putranti, provides an interesting explanation of the teaching of literature through the use of figure of speech by the method of downloading words. She said that through a teacher’s literature, the teacher can teach tolerance to the students.

WE BUILD TOLERANCE THROUGH LITERATURE

Since the event was opened by Prof. Dr. Sukarno, M.Si, Dean of FETT, the festivity of the event was already very felt. Moreover, the art workshop also features a stunning theater and the poetry of the Meaning of Love which was declared with full appreciation by Sosiawan Leak. Bambang Eka and Maria Utami also read poetry at the end of the event.

Leak says tolerance needs to be built with artistic and imaginative facts in a literary work to be interesting to enjoy. He also added that several literary works have been built to teach tolerance, such as the novel by Andrea Hirata, Gajah Mada: Madakaripura Hamukri Moksa by Langit Kresnadi Hariadi, and Tiga Perempuan Membawa Tuhan Poem by Maman S. Mahayana.

Some students admitted the seminar was very enjoyable. “I get a lot of information about the benefits of literary learning so that more interested to read literary works,” said Widya Mega Anggara, PBSI Students Semester 1. PBSI Coordinator, Rangga Asmara, M.Pd., hopes Himaprodi always consistent to hold a useful event to strengthen profile of graduates, such as this kind of literature study. (ER)

[:]

[:id]Jaga Kualitas, FKIP Menerima Kunjungan Monitoring Internal dari Tim Penjaminan Mutu Untidar[:en]A Visit from PJM: Keeping and Maintaining the Quality of FETT[:]

[:id]

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menerima kunjungan monitoring dan evaluasi dari Tim Penjaminan Mutu Universitas pada Kamis (31/7). Tim PJM disambut oleh Dekan FKIP, Prof. Dr. Sukarno, M.Si, di ruang microteaching. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di-monitoring oleh Anis Rakhmawati, S.T., M.T (Dosen S1 Teknik Mesin) dan Drs. Lorentino Togar Laut (Dosen S1 Ekonomi Pembangunan). Di tempat terpisah, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di-monitoring oleh Wandi Arnandi, S.T., M.Eng. (Dosen D3 Teknik Mesin) dan Ir. Yulia Eko Susilowati, M.P. (Dosen S1 Agroteknologi).

“Pada dasarnya, unit penjaminan mutu di bawah Lembaga Penjaminan Mutu, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat Untidar berusaha mengadakan penilaian internal kepada tiap prodi. Tujuannya agar kualitas prodi terjaga dan terbantu saat akreditasi nantinya. Jadi, hal yang dievaluasi adalah 7 standar sesuai dengan boring akreditas,” kata Drs. Lorentinus Togar Laut saat memberikan sambutan sebelum menilai PBSI.

“Kami menyambut baik kedatangan para reviewer dan kami melaporkan bahwa perkuliahan di FKIP ini relative tertib. Semua dosen mengajar selama 16 kali pertemuan. Sebagian besar juga melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat. Ada dosen yang tidak meneliti, tetapi menjadi pemakalah di seminar internasional,” ujar Prof. Dr. Sukarno, M.Si. saat menyambut para reviewer.

Hal-hal yang dinilai saat monev internal dari penjaminan mutu Untidar adalah 7 standar dari borang akreditasi sarjana. Ketujuh standar tersebut meliputi: visi misi, tata pamong, mahasiswa dan lulusan, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, serta penelitian dan pengabdian masyarakat. Ketujuh standar tersebut akan disesuaikan dengan program fakultas. Lalu, tim penjaminan mutu juga mendakan simulasi nilai sesuai dengan standar akreditasi.

“Dokumen yang dimiliki prodi sudah sangat lengkap. Hal ini akan sangat mendukung akreditasi prodi yang akan 2019 mendatang. Semoga sukses,” tutur Ir. Yulia Eko Susilowati, M.P., reviewer PBI.

Kegiatan monev internal tersebut dipandu oleh koordinator prodi masing-masing. PBSI dipandu oleh Rangga Asmara, M.Pd., dan PBI Moch. Malik Al Firdaus, M.Pd. Acara tersebut berlangsung pukul 08.00 sampai dengan 12.00 WIB dan diikuti oleh dosen-dosen FKIP. Dosen prodi baru di FKIP, Pendidikan IPA juga mengikuti acara tersebut untuk menambah pengetahuan akreditasi prodi 2 tahun yang akan datang.

[:en]

FETT (Faculty of Education and Teacher’s Training) accepted a visit for monitoring and evaluation (monev) from Center for Quality Assurance (PJM) of Tidar University  on Thursday, 31st August 2017.  The team was welcomed warmly by the Dean of FETT, Prof. Dr. Sukarno., M. Si., at Microteaching Room of FETT. There were two evaluators who monitored and evaluated Indonesian Language and Literature Education Study Program (PBSI), they were Anis Rakhmawati, S.T., M.T (lecturer of Faculty of Engineering) and Drs. Lorentino Togar Laut (lecturer of Economic Faculty). In the other hand, English Education Study Program (PBI) was monitored and evaluated Wandi Arnandi, S.T., M.Eng. (lecturer of Faculty of Engineering) and Ir. Yulia Eko Susilowati, M.P. (lecturer of Faculty of Agriculture).

“Basically, the Quality Assurance Unit is working under the Institute of Research, Community Service, and Education Standard of Tidar University (LPPM-PMP) The team tries to conduct monev in every study programs at Tidar University. It is to maintain the quality of the study programs and is helpful for their accreditation.  The team evaluated seven standards based on accreditation forms,” explained Drs. Lorentinus Togar Laut.

“We ,ofcourse, accept the team and we also report that the lectures at FETT runs well. All of the lecturers hold the lectures for sixteen meetings. Most of them also conduct reasearch and community service. There is only few of them who don’t conduct research but they still become presenters on international seminar,” said Prof. Dr. Sukarno, M.Si.

The elements evaluated by the team were based on seven standards of the accreditation form. Those seven standards include: 1. Vision, Mission, Goal and Target, Strategy, 2. Government, Leaderships, Management System and Quality Assurance, 3. Students and Graduates, 4. Human Resources, 5. Curriculum, Learning Process and Academic Atmosphere, 6. Funding, Facilities, and Information System, and 7. Research, Community Service and Cooperation. Those standards were suited to the faculty program. Then, the team held a simulation for scoring based on the standards.

“Our documents have been completed. It will be a real support for next study program accreditation which will be held in 2019.” said Ir. Yulia Eko Susilowati, M.P.

The monev event was guided by the coordinators of PBSI and PBI, Rangga Asmara, M.Pd., is for PBSI and Moch. Malik Al Firdaus, M.Pd., is for PBI. It had been lasted from 8 a. m. until 12 p. m., and been followed by the lecturers of FETT. Some new lecturers from Science Education Study Program also joined on the event to gain knowledge and experience about accreditation for their study program accreditation which will be held in the next two years. (WJ-NA).

[:]

[:id]Cek, Ini Plus Minus Simokul Pandangan Dosen dan Mahasiswa ![:en]FETT: Sights of SIMOKUL[:]

[:id]

Inovasi kembali dilakukan Universitas Tidar demi mewujudkan visi universitas dalam mengembangkan teknologi. Inovasi tersebut dikemas dalam bentuk SIMOKUL kepanjangan dari Sistem Monitoring Kuliah. Seperti namanya, sistem ini mengatur proses pembelajaran secara keseluruhan yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa. Fitur yang terdapat dalam SIMOKUL antara lain kelas, jadwal mengajar, rekap dosen, dan RPS. Sistem yang baru digunakan pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 ini membuat dosen dan mahasiswa lebih tertib dan disiplin dalam pengadministrasian kuliah.

“Satu kata untuk SIMOKUL, Modern!” kata Eko Juliyanto, M.Pd. salah satu dosen Prodi Pendidikan IPA FKIP. Melalui sistem ini membuat mutu dari pelaksanaan kuliah menjadi terjamin. Dosen diwajibkan untuk membuat Rencana Pembelajaran Semester (RPS) sebelum mengawali proses pembelajaran selama satu semester dan diunggah dalam sistem. Jika RPS tidak diunggah dalam sistem, perkuliahan tidak dapat dilaksanakan. RPS untuk satu matakuliah harus sama meskipun diampu oleh dosen yang berbeda. “Saran saja sih, saat upload RPS kalau bisa ya di-simple-kan lagi, misalnya dalam satu dokumen word sudah langsung bisa terbaca sistem. Kalau memasukkan per item seperti kemampuan yang diharapkan, bahan kajian, waktu, evaluasi dan itu selama 14x pertemuan kan cukup memakan waktu, padahal kita sudah buat disesuaikan format yang sama juga dalam bentuk tabel. Namun kalau dilihat sisi positifnya ya kita jadi bisa lebih teliti saat meng-input sekaligus bisa dibaca ulang dan diedit kembali,” tambahnya.

Di lain pihak, Molas Warsi, M.Pd. dosen Prodi PBSI FKIP ini berpendapat bahwa inovasi yang dilakukan Untidar membuatnya bersaing dengan universitas lain terkait program dan sistem yang baru dengan monitoring kuliah. Selain itu jika diamati secara mendalam ada banyak kemudahan saat menerapkan SIMOKUL. “Namanya sistem baru ya masih ada beberapa kekurangan, misalnya saja saat perkuliahan dilaksanakan di luar maka tidak bisa menginput presensi dan jurnal perkuliahan secara online. Mungkin sebaiknya bisa ditinjau ulang dan diperbaiki lagi kelemahan-kelemahan tersebut supaya bisa memudahkan semuanya,” terangnya.

Berbeda dengan yang dikatakan Retma Sari, M.Pd. dosen Prodi PBI FKIP, “Sebagai dosen juga harus bijaksana dalam menghadapi sistem yang baru, jika ada kekurangan harus dipertimbangkan matang-matang. Misalnya saja sistem ini menuntut adanya koneksi cepat internet yang selalu available. Kalau dosen dan mahasiswa sudah disiplin waktu tapi koneksi internet buruk sama saja itu menjadi penghambat proses pembelajaran karena fokus untuk masuk ke sistem online tadi.” Baginya SIMOKUL merupakan konsep pembelajaran dan pengajaran yang menomorsatukan kedisiplinan baik dari segi dosen maupun mahasiswa. SIMOKUL adalah bentuk balancing yang sinergi antara keinginan mahasiwa dan dosen, sehingga target pembelajaran, metode, dan aturan seperti yang diharapkan bisa diupayakan semaksimal mungkin.

Dilihat dari sudut pandang mahasiswa, presensi yang dilakukan secara online dianggap kurang luwes karena hanya terdapat dua pilihan yakni datang dan tidak datang. “Kalau seperti itu jadi susah bagaimana kalau kita sakit atau ijin karena keperluan mendadak yang tidak bisa ditinggalkan? Jadi semoga saja semester depan bisa diperbaiki ada kolom sakit dan ijin,” ungkap Anggun Fibriya Sari mahasiswa semester 3 PBSI. Selain itu Wahyu Desi Yuliani merasa kasihan dengan dosen-dosen yang dibebani dengan sistem online. “Biasanya dosen yang kurang mampu mengoperasikan teknologi meminta bantuan dari dosen lain, padahal kan tidak selamanya ada orang yang bisa membantu setiap saat, jadi sebaiknya sistem itu dibuat sesederhana mungkin saja.”

Sebagai informasi, dalam sistem tersebut dosen diwajibkan untuk membuka kelas secara tepat waktu dan hanya pada jadwal yang telah diatur. Sistem tidak bisa dibuka ketika dosen tidak ada jam mengajar pada hari tersebut. Pada intinya sistem ini bisa memonitoring keterlambatan waktu membuka atau menutup proses pembelajaran. Presensi mahasiswa yang dilakukan secara online turut mengantisipasi adanya tangan jail mahasiswa yang bisa “titip absen” pada temannya saat presensi manual menggunakan tanda tangan.  Saat proses pembelajaran berakhirpun sistem akan meminta dua mahasiswa yang dipilih secara acak untuk memvalidasi sebagai bukti bahwa perkuliahan tersebut benar-benar telah berlangsung secara nyata. (TP)

[:en]

An innovation is done by Tidar University in order to realize the university’s vision in developing technology. The innovation can be seen in the form of SIMOKUL stands for Sistem Monitoring Kuliah or Lecture Monitoring System. As the name suggests, this system regulates the overall learning process undertaken by lecturers and students. The features contained in SIMOKUL include classroom, teaching schedule, lecturer recap, and RPS. The new system is used in the odd semester of the Academic Year of 2017.

SIMOKUL is Modern!” Said Eko Juliyanto, M.Pd. one of the lecturers of Science Education Study Program in Faculty of Education and Teachers’ Training. This system makes the quality of the implementation of the lecture to be guaranteed. Lecturers are required to make RPS before starting the learning process for one semester and uploaded in the system. If RPS is not uploaded in the system, lectures cannot be performed. The RPS for one course should be the same although it is managed by different lecturers. “My suggestion is making the uploading system simpler so that there will be effective time in uploading the RPS, “he added.

On the other hand, Molas Warsi, M.Pd. lecturer of PBSI Study Program believes that the innovation can be useful for Tidar University in order to compete with other universities related to new programs and systems by doing lectures monitoring. However, there are still negative impact in implementing SIMOKUL. “It should be understood that a new system always has barriers, such as the outdoor lectures may find difficulty in accessing the system. That is why, the system should be reviewed and re-evaluated,” she explained.

On the contrary, Retma Sari, M.Pd., lecturer of English Education Study Program argues “A lecturer should be wise in facing the new system, if any shortcomings should be considered carefully. For example, this system requires a fast internet connection that should be available anytime. Furthermore, this system also require the students and lecturers discipline.”

On the other hand, from the point of view of the students, online presence is considered less flexible because there are only two choices of presence and absent, no choice for sick or other reasons in leaving of absence. Hopefully, the next semester can be fixed there is a column of sickness and permission, “said Anggun Fibriya Sari student of 3rd Semester of PBSI. In addition Wahyu Desi Yuliani feels sorry for the lecturers who are burdened with the online system. “Usually lecturers who are less able to operate the technology ask for help from other lecturers, but not always there are people who can help at any time, so it should be made as simple as possible.” (ER)

[:]

[:id]Dua Orang Dosen FKIP Ikuti Simposium BIPA[:en]FETT Lectures Join in Symposium of BIPA[:]

[:id]

YOGYAKARTA. Dosen FKIP Untidar ikuti program Simposium Internasional Pengajaran Bahsa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) yang diselenggarakan pada hari Rabu-Kamis tanggal 23 s.d. 24 Agustus 2017 di hotel Inna Garuda Yogyakarta. Di dalam kegiatan yang dibuka oleh Prof. Emi Emilia, M.Ed., Ph.D. selaku Kepala Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK), disampaikan bahwa tujuan penyelenggaraan Simposium Internasional Pengajaran BIPA ini adalah untuk menyelaraskan wawasan pengajar dan pegiat BIPA di dalam dan di luar Indonesia guna menjamin mutu pengajaran BIPA, memperluas jejaring pengembangan program BIPA, serta merangkum gagasan para praktisi pengajaran BIPA sebagai bahan perumusan strategi pengajaran dan pengembangan bahan ajar yang berorientasi pada karakteristik dan kebutuhan pemelajar BIPA.

Dalam kegiatan yang mengusung tema “Membingkai Mosaik Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing” ini, PPSDK mengundang praktisi dari sejumlah lembaga penyelenggara program BIPA di sepuluh negara, seperti (1) Siriporn Maneechukate (Maejo University, Thailand), (2) Gao Shiyuan (Beijing Foreign Studies University, Cina), (3) koh Young Hun (Hankuk University of Foreign Studies, Korea Selatan), (4) Nguyen Thanh Tuan (University of Social Science and Humanities, Vietnam), (5) Hara Mayuko (Osaka University, Jepang), (6) Antonia Soriente (Università Degli Studi di Napoli L’Orientale, Italia), (7) Christa Saloh-Foerster (Universität Boon, Jerman), (8) Tata Survi (Balai Bahasa Victoriam Australia), (9) Tamrin Subagyo (Suez Canal University, Mesir), (10) Margaretha Sudarsih (Defense Language Institute Foreign Language Center, Amerika Serikat), (11) Indriyono Sukmono (Yale University, Amerika Serikat), (12) Elisabeth Arti Wulandari (University of Montana, Amerika Serikat dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta). Kedua belas praktisi tersebut memaparkan kondisi lapangan pengajaran BIPA di masing-masing negara. Hasil simposium selanjutnya akan dimanfaatkan sebagai bahan kajian penguatan strategi penyebaran bahasa negara untuk menepatgunakan upaya peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. (WR)

[:en]

[FKIP-07/09/2017] – Two lectures from Faculty of Education and Teacher’s Training (FETT) Tidar University joined in International Syposium of Bahasa Indonesia for Foreign Speaker (BIPA). The event held by Center of Strategy and Language Diplomacy Development  of the Ministry of Education and Culture of Republic of Indonesia (PPSDK) was taken place from Wednesday 23rd August 2017 to Thusrday 24th Augugst 2017 in Inn Garuda Yogyakarta. The Head of the Center of Strategy and Language Diplomacy Development  of the Ministry of Education and Culture of Republic of Indonesia, Prof. Emi Emilia, M.Ed. She delivered some main aims of this year International Syposium, such as  to align the insights of teachers and BIPA activists both in Indonesia and outside of Indonesia, to ensure the quality of teaching BIPA, expand the network of BIPA program development, and summarize the idea of ​​BIPA teaching practitioners as material for the formulation of teaching strategies and development of teaching materials which is oriented to the characteristics and needs of BIPA learners.

By carrying a theme “Framing Indonesian Teaching Mosaic for Foreign Speakers, PPSDK invited some practitioners from  a number of BIPA program organizers in ten countries, such as: (1) Siriporn Maneechukate (Maejo University, Thailand), (2) Gao Shiyuan (Beijing Foreign Studies University, Cina), (3) Koh Young Hun (Hankuk University of Foreign Studies, South Korea), (4) Nguyen Thanh Tuan (University of Social Science and Humanities, Vietnam), (5) Hara Mayuko (Osaka University, Japan), (6) Antonia Soriente (Università Degli Study in Napoli L’Orientale, Italy), (7) Christa Saloh-Foerster (Universität Boon, German), (8) Tata Survi (Balai Bahasa of Victoriam Australia), (9)Tamrin Subagyo (Suez Canal University, Egypt), (10) Margaretha Sudarsih (Defense Language Institute Foreign Language Center, US), (11) Indriyono Sukmono (Yale University, US), (12) Elisabeth Arti Wulandari (University of Montana, US and Sanata Dharma University, Yogyakarta). Those twelve practitioners presented the teaching field conditions of BIPA in each country. The results of the next symposium will be utilized as a study material for strengthening the state language dissemination strategy to make efforts to improve the function of Indonesian language as an international language. (WR-NA)

[:]

[:id]Pelatihan Pembelajaran berbasis TIK[:]

[:id]

Program pelatihan bahasa berbasis TIK diadakan oleh UPT Bahasa Universitas Tidar pada 31 Agustus 2017. Tujuan dari pelatihan ini adalah memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia (SDM).  Tujuan lebih khususnya untuk mempermudah dosen agar dapat mengajar dimana saja dan kapan saja. Pelatihan tersebut menggunakan Office 365 yang sering disebut dengan Office online. Dosen dapat mengerjakan satu file excel, word, ataupun power point yang dikerjakan oleh beberapa orang ditempat yang berbeda. Program yang diajarkan dalam pelatihan ini adalah aplikasi Sway.

Aplikasi Sway dapat digunakan untuk membuat presentasi online yang dapat dibuat dengan mudah dan cepat. Dokumen dalam Sway dapat dibagikan ke media sosial ataupun ke orang lain. Dalam pelatihan tersebut, peserta dilatih untuk membuat dan memodifikasi materi presentasi agar terlihat lebih menarik dan mudah diakses. Para peserta sangat antusias karena pelatihan ini merupakan hal baru bagi dosen dan dapat mendukung kegiatan pembelajaran. (ET)

[:]

[:id]Dosen FKIP ikuti Pelatihan Penerjemahan dan Penjurubahasaan di LBI UI[:en]FETT Lecturer Attended Translation And Interpretation Workshop at LBI UI[:]

[:id]

Selama kurang lebih sepekan (21-25 Agustus 2017), salah satu dosen Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Tidar mengikuti workshop penerjemahan dan penjuru bahasaan di Lembaga Bahasa Internasional, Universitas Indonesia. Kegiatan tersebut memberikan pelatihan awal tentang bagaimana menerjemahkan berbagai genre teks dan juga penjurubahasaan. Workshop ini dihadiri sekitar 60 orang setiap harinya dari berbagai kota di Indonesia.

Workshop penerjemahan dan penjurubahasaan ini diawali dengan pelatihan penerjemahan teks sastra pada hari Senin 21 Agustus 2017. Fasilitator dari penerjemahan sastra ini adalah Dr. Grace Wiradisastra dan Doni Jaya, M.Hum. Keduanya adalah dosen di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) dan juga trainer penerjemahan di LBI UI. Kemudian penerjemahan teks hukum dilanjutkan di hari kedua, Selasa, 22 Agustus 2017. Para peserta terlihat antusias mengikuti pelatihan di hari kedua ini. Selain materi pelatihan yang menantang, pelatihan penerjemahan teks hukum ini juga difasilitatori oleh para professional. Para fasilitator tersebut adalah Andika Wijaya, M.Transinterp, seorang penerjemah teks hukum professional tersertifikasi NAATI (The National Accreditation Authority for Translators and Interpreters) pada tahun 2015 dan juga pengajar penerjemahan teks hukum UI, Hetty Hartati Novita, M.Hum. Kemudian di hari ketiga, peserta pelatihan ini mendapatkan materi tentang penerjemahan teks akademik oleh Haru Deliana Dewi, Ph.D. dan Doni Jaya, M.Hum.

Animo peserta workshop pun tidak berhenti sampai hari ketiga. Di hari keempat, peserta pelatihan mendapatkan materi tentang penjurubahasaan dari interpreter kepresidenan Inanti P Diran, Ed.M dan interpreter professional Kukuh Sanyoto. Keduanya adalah anggota AIIC – sebuah organisasiinterpreter professional. “Hari ini yang paling ditunggu dan paling menantang,” ungkap Atsani Wulansari, M.Hum. dosen FKIP yang mengikuti pelatihan tersebut. Selain itu, Atsani mengaku bahwa di hari keempat ini dirinya mendapatkan banyak pengetahuan tentang penjurubahasaan. “Bukan hanya teori saja yang saya dapatkan di hari ini, tapi juga praktek selama seharian penuh,“ tambahnya.

Pelatihan penerjemahan dan penjurubahasaan ini ditutup denggan pelatihan SDL Trados oleh Ririn Indah Permata Sari dan Zhilal El Furqon. Keduanya adalah penerjemah professional. SDL Trados adalah sebuah perangkat lunak untuk membantu penerjemah agar hasil terjemahannya lebih konsisten. Atsani mengungkapkan bahwa ilmu yang didapatkan pada acara workshop ini sangat membantunya dalam pembelajaran Translation di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.

[:en]

For about a week (August 21-25, 2017), one of the lecturers of Tidar University of  the English Education Study Programm attended translation workshops and languages ​​at International Language Institute, University of Indonesia. These activities provide initial training on how to translate various genres of text as well as interpreting. This workshop was attended by about 60 people from various cities in Indonesia.

This translation and interpretation workshop begins with a translation of literary texts on Monday, August 21, 2017. The facilitator of this literary translation is Dr. Grace Wiradisastra and Doni Jaya, M. Hum. Both are lecturers at the Faculty of Cultural Sciences (FIB) University of Indonesia (UI) and also translation trainers in LBI UI. Then the legal text translation continued on the second day, Tuesday, August 22, 2017. The participants seemed enthusiastic about the training on this second day. In addition to challenging training materials, this legal text translation training is also facilitated by professionals. The facilitators are Andika Wijaya, M.Transinterp, a translator of NAATI certified professional law in 2015 and also a translator of UI law text, Hetty Hartati Novita, M.Hum. Then on the third day, the trainee got the material about interpreting the academic text by Haru Deliana Dewi, Ph.D. and Doni Jaya, M. Hum.

The enthusiasm of the workshop participants did not stop until the third day. On the fourth day, the trainees received interpreting materials from the presidential interpreter, Inanti P Diran, Ed.M and professional interpreter, Kukuh Sanyoto. Both are members of AIIC – a professional interpreter organization. “Today is the most awaited and most challenging,” said Atsani Wulansari, M. Hum., FETT lecturers who attended the training. In addition, Atsani confessed that on this fourth day he got a lot of knowledge about interpreting. “It’s not just the theory that I got today, but also the practice for the whole day,” she added.

This translation and interpreting workshop is covered by SDL Trados training by Ririn Indah Permata Sari and Zhilal El Furqon. Both are professional translators. SDL Trados is a software to help translators for more consistent translation results. Atsani revealed that the science gained at this workshop was very helpful in learning Translation in English Education department. (ER)

[:]

[:id]FKIP Terbitkan Dua Jurnal Baru[:]

[:id]

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) akan terbitkan dua jurnal baru. Sebelumnya FKIP sudah memiliki dua jurnal, yaitu Metathesis dan Transformatika. Metathesis merupakan jurnal Program Studi  Pendidikan Bahasa Inggris, sedangkan Transformatika merupakan jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dua jurnal baru yang akan segera terbit adalah Indonesian Journal of Science and Education dan Indonesian Journal of Education and Learning. Indonesian Journal of Science and Education merupakan jurnal Program Studi Pendidikan IPA, dan Indonesian Journal of Education and Learning merupakan jurnal bidang kependidikan.

Ruang lingkup Indonesian Journal of Science and Education mencakup artikel-artikel yang mengkaji bidang pendidikan IPA, pendidikan Biologi, pendidikan Fisika, pendidikan Kimia, Teknologi pendidikan IPA, Ilmu Lingkungan, Fisika, Kimia, dan Biologi. Sedangkan ruang lingkup Indonesian Journal of Education and Learning adalah artikel-artikel dengan topik profesi kependidikan, kurikulum, filsafat pendidikan, teknologi pendidikan, strategi pembelajaran, manajemen pendidikan, psikologi pendidikan, perkembangan peserta didik, isu umum dalam pendidikan dasar, menengah, dan tinggi, landasan pendidikan, pengembangan profesi guru, pendidikan luar sekolah, pendidikan luar biasa.

Kedua jurnal baru tersebut sedang dalam tahap persiapan untuk terbit. Jurnal – jurnal di Universitas Tidar sudah dikelola dalam open journal systems (OJS), begitu juga dengan kedua jurnal baru FKIP. Untuk mempersiapkan pengelolaan jurnal secara online, perwakilan dewan redaksi kedua jurnal baru FKIP sudah mengikuti kegiatan workshop pembuatan jurnal ilmiah yang dilaksanakan pada tanggal 25 – 27 Agustus 2017. Kedua jurnal direncanakan akan terbit perdana baik secara online maupun cetak pada bulan September 2017. (ET)

[:]

[:id]Dosen FKIP Ikuti Kegiatan ALFHE[:]

[:id]

10 orang dosen FKIP ikuti kegiatan Active Learning for Higher Education (ALFHE) di Universitas Muhammadiyah Magelang. Kegiatan ALFHE ini merupakan kerja sama tiga universitas di karesidenan Kedu yang memiliki fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP). Tiga universitas tersebut adalah universitas muhammadiyah Magelang (UMM), Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP), dan Universitas Tidar. Tujuan dari kegiatan ALFHE ini adalah membekali keterampilan kepada dosen, sehingga dapat menerapkan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan di perguruan tinggi.

Kegiatan ALFHE dilaksanakan selama tiga hari, yaitu pada tanggal 23 – 25 Agustus 2017. Rangkaian acara ALFHE diisi dengan pemodelan kegiatan pembelajaran yang aktif, pembekalan pembuatan media pembelajaran, pembinaan dalam merancang kegiatan pembelajaran yang aktif, dan refleksi kegiatan. Kegiatan ALFHE ini merupakan kegiatan rutin yang akan diadakan selama 2 kali dalam setahun dan diadakan pada akhir semester. Siswanto, M. Pd. salah satu peserta kegiatan ALFHE berkomentar  “Acara sangat bagus dan dapat mendukung peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh dosen. Akan tetapi dengan waktu yang hanya 3 hari, masih kurang. Apalagi perlu ditambah kegiatan praktek langsung”. Oleh karena itu, tindak lanjut kegiatan ini akan diadakan pembinaan pada praktek langsung di masing-masing universitas oleh tim fasilitator. (ET)

[:]

[:id]Workshop Pembuatan Jurnal Ilmiah: FKIP Segera Luncurkan 2 Jurnal Baru[:]

[:id]

Tugas utama sebagai seorang dosen adalah menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi, salah satunya wajib melakukan penelitian dan mempublikasikan hasil penelitian tersebut. Publikasi menjadi sebuah kewajiban karena merupakan pertanggungjawaban ilmiah atau akademik yang mencerminakan kepakaran seorang dosen. Universitas Tidar telah memilih menjadi universitas berbasis riset karena itu riset dan publikasi menjadi persyaratan untuk banyak hal. Dalam rangka meningkatkan kinerja dosen dan mendorong dosen-dosen untuk terus melakukan penelitian dan publikasi, Universitas Tidar mengadakan pelatihan bertajuk “Workshop Pembuatan Jurnal Ilmiah Jurusan/Prodi Universitas Tidar” pada Jumat s.d. Minggu (25-27/8) di Hotel Crystal Lotus Yogyakarta. Hal ini juga dilaksanakan untuk membentuk wadah bagi artikel hasil penelitian yang sudah banyak ditulis untuk tiap program studi.

Workshop dihadiri oleh para pengelola jurnal masing-masing program studi di lingkungan universitas, baik prodi yang telah memiliki jurnal ataupun prodi yang baru memulai membuat jurnal. Tidak terkecuali prodi di FKIP mengirimkan beberapa wakil pengelola jurnal untuk mengikuti workshop tersebut. Perwakilan dari Prodi PBSI adalah Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari, M.Pd., dengan Jurnal Transformatika Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia yang sudah diterbitkan beberapa kali, Perwakilan Prodi PBI, Lilia Indriani, M.Pd. dengan Jurnal Metathesis, selain itu Prodi Pendidikan IPA yang baru akan meluncurkan Indonesian Journal of Science and Education diwakili oleh Eli Trisnowati, M.Pd. serta Indonesian Journal of Education and Learning  yang juga baru akan dibuat diwakili oleh Fifit Firmadhani, M.Pd.

Prof. Dr. Joko Widodo, M.Pd. selaku Wakil Rektor bidang akademik Untidar menyampaikan target yang harus diraih dalam workshop ini. “Saya harap Bp/Ibu bisa segera menyelesaikan desain cover, menyusun tim redaksi dan mitra bestari, menetapkan kaidah selingkung, format artikel, cara meng-edit artikel, hingga proses cetak jurnal. Setelah sampai kampus jurnal tersebut langsung diusulkan untuk proses memperoleh ISSN dan dikelola secara online, supaya jurnal segera dapat terindeks.” Tentunya harapan besar Prof. Joko harus dibarengi dengan usaha keras para pengelola jurnal, maka beliau berharap kesempatan selama 3 hari dapat dimanfaatkan sebaik mungkin dengan menggali informasi sedalam-dalamnya.

Untuk mencapai target tersebut workshop diawali dengan paparan dan pengarahan oleh narasumber Moh Yasir Alimi, S.Ag., M.A., Ph.D. “Langkah awal bagi jurnal yang baru terbit, angkat terlebih dahulu skripsi mahasiswa yang Bp/Ibu bimbing, jadikan artikel untuk bisa dimuat dalam jurnal. Jika jurnal sudah terindeks sitasi akan meningkat dan kualifikasi menjadi lebih tinggi. Ini sangat menguntungkan bagi dosen serta universitas.” Selanjutnya, pada hari kedua diberikan penjelasan teknis penyusunan jurnal oleh Emma Dwi Ratnasari, S.E., M.Si. dan Supanji Setyawan S.Pd., M.Si. Terakhir pada hari ketiga dilakukan finalisasi penyusunan jurnal.

Ditanya seputar pelatihan yang diikuti, Fifit Firmadhani, M.Pd. merasa senang karena diberi kesempatan untuk belajar mengelola jurnal. “Tentunya sangat bermanfaat, karena saya tergolong masih baru sebagai pengelola jurnal, namun justru membuat saya tambah semangat karena jurnal dibuat dalam sistem online atau OJS. Jika jurnal sudah berjalan dengan baik, ke depannya ingin merekrut penulis dari luar Untidar supaya cepat berkembang dan semakin di kenal.” Dalam waktu dekat, pada bulan September beberapa jurnal baru akan lahir dan sudah ber-ISSN, dengan harapan bisa menambah khazanah ilmu bagi civitas akademika. (TP)

[:]

[:id]Otadama FKIP 2017: Bangga Menjadi Mahasiswa FKIP![:en]OTADAMA 2017: Be Proud of FETT Students[:]

[:id]

Kemeriahan dan sorak sorai bahagia mewarnai acara Orientasi Tidar Muda (Otadama) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Senin (21/8) kemarin. Acara yang bertujuan memperkenalkan FKIP sebagai rumah yang ditinggali oleh mahasiswa baru terasa menyenangkan karena jauh dari sifat perpeloncoan, melainkan kental dengan suasana keakraban dan persaudaraan. Terlihat para mahasiswa baru berpakaian rapi dengan mengenakan batik, celana atau rok kain hitam, dan sepatu fantovel. Otadama Fakultas merupakan rangkaian kegiatan dari masa orientasi mahasiswa baru di lingkungan Universitas Tidar. Pada hari itu orientasi difokuskan pada pengenalan fakultas dan program studi yang telah dipilih. “Tujuannya biar mahasiswa baru itu tahu, FKIP itu apa, bagaimana suasana perkuliahannya, ormawa-nya apa saja? Sekaligus juga memupuk sejak dini rasa bangga dan kecintaannya terhadap FKIP. Maka kami meneriakkan jargon: Bangga menjadi Mahasiswa FKIP,” jelas Ridwan Setyo Pambudi, Ketua Panitia Otadama FKIP.

Acara ini berlangsung mulai pk 05.00 WIB sehingga mahasiswa baru diwajibkan untuk standby di kampus sebelum jam tersebut apabila tak ingin pintu gerbang ditutup dan tidak diperbolehkan masuk. “Panitia bersifat tegas, jadi bagi yang terlambat harus mau menerima hukuman. Ini sebagai bentuk penanaman sikap disiplin kepada tidar muda, bahwa calon guru harus memegang teguh sikap disiplin,” ungkap Ridwan. Dirinya menceritakan bagi mahasiswa yang terlambat hukuman yang harus dijalani bukanlah hukuman yang aneh-aneh yang berujung pada bullying, melainkan hukuman yang bisa membangun rasa nasionalis yaitu menyanyikan lagu nasional misalnya Indonesia Raya, Garuda Pancasila, Darah Juang, dan Buruh Tani.

Dalam sambutannya Dekan FKIP, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. menekankan kepada mahasiswa supaya pintar mengelola waktu. “Di FKIP tidak salah kalau mau ikut organisasi. Tapi harus bisa membagi waktu dengan baik, presentasenya ya 80% untuk akademik 20% untuk organisasi.” Dirinya turut menyampaikan jika kegiatan perkuliahan tidak boleh dikalahkan dengan kegiatan berorganisasi. Mengingat bahwa kewajiban utama seorang mahasiswa adalah menggali ilmu secara formal dalam kegiatan akademik. Selain Dekan, kedua Wakil Dekan FKIP juga memberi materi yang menjadi bagiannya. Wadek 1, Drs. Hari Wahyono, M.Pd. menyampaikan materi mengenai kemahasiswaan dan akademik, sedangkan Wadek 2, Dr. Dwi Winarsih, M.Pd. menuturkan mengenai keuangan dan bagian umum.

Setelah materi kefakultasan selesai, acara dilanjutkan dengan materi keprodian masing-masing. Dalam acara ini mahasiswa tiap prodi dipisahkan pada ruang-ruang tertentu dalam waktu yang bersamaan. “Jadi kalau prodi PBSI tetap berada di auditorium, prodi PBI di ruang multimedia, dan prodi Pendidikan IPA di ruang I.9. Acaranya ya pengenalan prodi, kemudian ada pengenalan organisasi himpunan mahasiswa masing-masing prodi,” jelas Ridwan. Terakhir acara pentas seni dari mahasiswa baru yang menampilkan berbagai pertunjukan seperti pembacaan puisi, musikalisasi puisi, drama singkat, hingga menyanyi dengan iringan akustik.

Secara keseluruhan acara berlangsung sukses dan lancar, tidak ada halangan yang berarti bagi panitia penyelenggara Otadama Fakultas. “Untuk adik-adikku mahasiswa baru, janganlah menjadi mahasiswa pasif yang kerjaannya hanya kupu-kupu alias kuliah pulang – kuliah pulang. Berorganisasilah, ada banyak ilmu yang dapat diperoleh dari berorganisasi atau menjadi mahasiswa aktif. Bisa mendewaskan pikiran, memperbanyak pengalaman, dan banyak dikenal dosen atau mahasiswa sehingga banyak untungnya,” begitulah Ridwan menuturkan keinginannya yang ingin dilakukan oleh tidar muda itu. (TP)

[:en]

[FKIP – 25/08/2017] – On Monday, 21st August 2017, hundreds of new students of FETT Untidar (Faculty of Education and Teacher’s Training) joined the new orientation of FETT (Otadama) cheerfully in Auditorium of Tidar University. Otadama itself was aimed to introduce the new students about FETT. Without having a rough hazing rituals, the new students enjoyed every orientation process. Emphasizing on intimacy and solidarity was the approach used in Otadama, so that the new students could have a meaningfull orientation. Otadama of FETT was a series of students orientation activity at Tidar University. Besides, Otadama focused on intrudction about faculty and study program that they have choosen. “ The purpose of Otadama is to know more about what and how FETT is. We also want to build the pride and love toward FETT, and we have a jargon: Be Proud of FETT students,” explained Ridwan Setyo Pambudi, as the chief committe of Otadama.

The event which was started from 5 a. m. required the new students to be standby at campus earlier before 5 a. m.. “The committee is assertive, so those who are late must accept the punishment. This is as a form of disciplinary attitude for the young Tidar, that must hold discipline,” added Ridwan. He explained that the punishment itself would end as a bullying, but
But rather a punishment that can build a sense of nationalism.

In his speech, the Dean of FETT, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. emphasized  the students to be smart in time management.  “You are ofcourse allowed to join in any organisation at campus, but also consider in time management.” He added that the main obligation as students is to study as in academic activities. Besides, both the Vice Deans of FETT also delivered some material.  Drs. Hari Wahyono, M.Pd., as Vice Dean of Academic and Students’ Affairs, delivered material about academic and students’ affairs.  On the other hand,  Dr. Dwi Winarsih, M.Pd., as Vice Dean of General Affairs and Finance, explained about finance.

After having the faculty session, the new students had some material about their study programs. The students were split into two different room, which was based on their study program. “For Indonesian language and Literature Study Program students, they still stay in this auditorium. For English Education Study Program students, they moved to Multimedia room. While for students of Science Education, they moved to room I.9 in FETT.  “In the second session, they were introduced to their study program more intensively, including the introduction to students organisation in their study program,” explained Ridwan. At the end, Otadama was closed by having performing arts. The new students were asked to perform some arts such as dancing reading poem, drama, etc.

Overall, Otadama of FETT run well and successful. “Be active students, there are many experiences that you can get from being active students and also being active in organisations,”  closed Ridwan. (TP-NA)

[:]