[:id]4 Dosen FKIP Terima Penghargaan Satyalancana[:en]4 Lecturers of FETT Are Awarded Satyalancana[:]
[:id]
Dalam rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun ke-72 Republik Indonesia, pemerintah kembali memberikan penghargaan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang telah mengabdi untuk Negara selama kurun waktu tertentu. Tak terkecuali Universitas Tidar, 6 dosen mendapatkan penghargaan Satyalancana Karya Satya atas jasanya mengabdikan diri pada bidang pendidikan selama 30 tahun. Dari ke-6 dosen yang mendapat penghargaan, 4 diantaranya adalah dosen dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yaitu Prof. Dr. Sukarno, M.Si. yang menjabat sebagai Dekan FKIP, Dr. Yulia Esti Katrini, M.S., Dr. Sri Haryati, M.Pd., dan juga Drs. Antonius Yuwono, M.Pd.
Penyematan Satyalancana Karya Satya dilakukan oleh Rektor Untidar, Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M.Pd. saat upacara bendera peringatan Ulang Tahun ke-72 Republik Indonesia, Kamis (17/8) kemarin. Tanda kehormatan yang diberikan merupakan apresiasi atas kecakapan, kedisiplinan, kesetiaan, dan pengabdian sehingga dapat dijadikan teladan bagi setiap pegawai lainnya. Bagi penerima penghargaan, hal ini diharapkan bisa diterima sebagai bentuk motivasi untuk meningkatkan semangat kerja agar bisa meraih prestasi lebih baik lagi.
Dr. Yulia mengungkapkan rasa bahagianya saat itu dengan mengucap terima kasih atas penghargaan yang diterimanya. “Kalau saya memaknai penghargaan ini sebenarnya bukan hanya bagi orang-orang yang berprestasi, melainkan bagi setiap orang yang telah mengabdi karena kesetiaannya. Maka jika boleh mengusulkan, pemerintah bisa mengkaji ulang mekanisme pemberian penghargaan ini.” Masukan yang dituturkan Dr. Yulia dimaksudkan supaya penerima penghargaan benar-benar merasa diapresiasi. Mekanisme yang saat ini berlaku penerima penghargaan harus mengurus berkas-berkas sendiri dan mengajukan diri untuk bisa diberi penghargaan, sehingga terkesan pamrih.
Saat ditanya mengenai pencapaian yang masih ingin diraih, dirinya mengungkapkan ingin segera menjadi professor. “Memang tidak diingkari, saya ingin mencapai tingkat pendidikan atau prestasi yang tertinggi. Tapi bagi saya tidak mutlak, karena untuk mencapai itu harus punya kriteria yang cukup menjadi satu kekuatan bila dipandang jika sudah berada di tingkatan tertinggi. Saya tidak mau menjadi professor yang untung-untungan atau bejo.” Baginya jika menjadi professor yang terpenting konkret bukan hanya legitimasi.
Dr. Yulia salah satu penerima penghargaan Satyalancana memang tidak diragukan lagi kepakarannya dalam mendidik selama 30 tahun ini. Banyak hal yang dapat menginspirasi dosen-dosen muda atas kesetiaannya mengabdi demi majunya pendidikan meski dilalui dengan suka dan duka. “Bagi para yunior tentunya harus bisa lebih maju dan harus lebih aktif, karena kesempatan yang ada saat ini lebih luas dengan perkembangan teknologinya. Jadi jangan berpuas diri dengan apa yang didapat saat ini.” (TP)
[:en]
In celebrating Indonesia’s 72nd Independence Day, the government gives the award to the civil servants who have devoted themselves to the country. In accordance with that, Tidar University awards the Satyalancana Karya Satya to six lecturers for their service to education for 30 years. Of that 6 lecturers awarded, four of them are from FETT. They are Prof. Dr. Sukarno, M.Si who is the dean of FETT, Dr. Yulia Esti Katrini, M.S., Dr. Sri Haryati, M.Pd., and Drs. Antonius Yuwono, M.Pd.
The conferment of Satyalancan Karya Satya was given by the rector of Tidar University, Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M.Pd on the flag ceremony commemorating the Indonesia’s 72nd Independence day, Thursday (17/8). The badge of honor given was the appreciation of the skills, discipline, loyalty and dedication so that it can be an example for every other employee. For the awardees, this award is expected to be such a motivation for better performance in the future.
Dr. Yulia expressed her gratitude for this award. “In my opinion, this award is actually not only for excellent people but also for every people who have devoted themselves to this country. If I can suggest, the government can review the mechanism of giving this award”. Dr Yulia’s suggestion is meant that the awardees really felt appreciated. The recent mechanism is that the awardee must arrange their documents and apply for this award so it seems that they need this reward.
When she was interviewed about the achievement that still want to be reached, she said that she want to be a professor. “It is not denied, I want to reach the highest level of education or achievement. But for me, it is not the absolute thing because to get them, we should have some criterion. I don’t want to put this achievement over on someone.” For Dr. Yulia, the important thing to be a professor is concrete not just legitimacy.
The expertise of Dr. Yulia as one of the Satyalancana’s awardee is undoubted. She had been taught for 30 years. There are many things in her service of education that inspire junior lecturers. “Junior lecturers should be step ahead and active because they will get a lot of chance through the development of technology. “Don’t feel complacent with your achievement now.” (TP/AW)
[:]