[:id]Dua Praktisi dan Pengajar Sastra FKIP Untidar Melatih Siswa dan Guru SMP se Kabupaten Magelang dalam Penciptaan Cerpen dan Puisi[:]

[:id]

Rabu (26/4) menjadi hari yang membanggakan bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar karena dua dosennya, masing-masing dari Prodi Pendidkan Bahasa Inggris (PBI) dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), mendapat kehormatan untuk melatih siswa dan guru SMP se Kabupaten Magelang dalam mencipta karya sastra  genre cerita pendek dan puisi. Dua dosen tersebut adalah Budiono, M.Pd., dan Ali Imron, M.Hum. Syukri, M.Pd., selaku ketua MGMP Bahasa Indonesia Kab Magelang yang mengundang menyebut bahwa pemilihan dua dosen FKIP UTIDAR ini karena keduanya merupakan akademisi sekaligus praktisi sastra dan budaya dan acara tersebut merupakan persiapan menuju gelaran tahunan FLS2N.

Warga Magelang dan sekitarnya yang menyukai seni, budaya, dan sastra sudah akan sangat mengenal Budiono, dosen PBI yang merupakan salah satu budayawan yang dimiliki daerah dengan kesenian Jawanya yang kental ini biasa mementaskan karya seni dan sastra lokal dalam aneka acara mulai dari wayang orang, seni tari, dan juga sastra. Budiono dipercaya melatih para peserta dalam penciptaan puisi, juga pembacaannya. Bertempat di SMPN 1 Mungkid, Budiono memfokuskan pada penciptaan puisi terlebih dahulu, baru pada pembacaannya dikarenakan pelatihan tersebut memang bertujuan utama mempersiapkan siswa menuju Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang pada cabang puisi, masih didiskusikan apakah hanya mencipta ataukah juga dengan membaca.

Di lain ruang, Ali Imron, yang dikenal sebagai novelis Islam dengan nama Ali Imron El Shirazy, dipercaya memberikan materi tentang penulisan atau penciptaan cerita pendek. Ali yang salah satu novelnya juga diterbitkan di Malaysia memang merupakan akademisi dengan fokus pengajaran sastranya pada Stilistika Naratif atau gaya dalam bercerita prosa. Di hadapan lebih dari 90 peserta, Ali menjelaskan dua hal utama dalam penulisan cerita pendek yaitu dasar struktur cerpen sebagai karya prosa, dan penguatan aspek-aspek khusus agar cerita pendek yang dibuat menarik dan indah untuk dibaca.

Budiono dan Ali sangat mengapresiasi acara yang dihadiri hampir 200 peserta ini dan mengaku cukup terkejut dengan apresiasi sastra oleh siswa SMP di Kabupaten Magelang. Selaku bagian dari fakultas pengajaran bahasa yang juga mengajarkan sastra, FKIP sangat membuka diri untuk membagi ilmu dan sumberdaya yang dimilikinya dalam pengembangan wilayah di sekitarnya. Bulan ini, Ali juga dijadwalkan kembali menjadi salah satu juri pada acara tahunan FLS2N seperti yang pernah dipercayakan padanya pada tahun sebelumnya. (AL)

[:]

[:id]Mahasiswa PBSI Untidar Kembali Lolos PHBD[:en]Second Strike, PBSI Students’ Proposal Wins PHBD 2017[:]

[:id]

Hasan Syukron, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tidar, kembali lolos Program Hibah Bina Desa Tahun 2017. Tahun lalu, Syukron juga lolos kompetisi ini. Kali ini, PHBD yang akan diusulkan oleh timnya berjudul Pemberdayaan Kaum Buruh Serabutan Berbasis Ekonomi Kreatif dengan Sistem Bank Limbah melalui Daur Ulang Limbah Jati Kering menjadi Sepatu Bermotif Tulang Daun yang Ramah Lingkungan di Desa Sidorejo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. Dengan program ini, Syukron dan timnya akan mengawal, melatih, dan membina usaha sepatu bermotif tulang daun di Desa Sidorejo yang siap dipasarkan.

Program ini merupakan kompetisi tahunan yang diadakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Dikti (Kemenristeksikti). Alurnya, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti menawarkan kepada organisasi mahasiswa untuk mengikuti PHBD 2017. Kemudian, Hasan Syukron atas nama Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Untidar mengajukan praproposal PHBD. Sekarang, praproposal tersebut telah lolos sebagai proposal yang akan didanai dan lanjut ke tahap presentasi untuk menentukan jumlah dana yang akan diperoleh.

“Presentasi akan diadakan di Hotel HOM Semarang pada 6 – 7 Mei 2017,” tutur Hasan Syukron, mahasiswa semester 4 ini. Tim pada program ini berjumlah 7 mahasiswa, Syukron sebagai ketua. Anita Nur Amalia (PBSI), Umi Mitayani (FE), Septina Tri Huwaida (PBSI), Khusnul Soneta Walah (PBSI), Nuriyanto (PBSI), dan Rega Bagoes Nurvianto (PBSI) sebagai anggota.

“Awalnya, saya mengamati di Desa Sidorejo terdapat 6 hektar pohon jati. Akan tetapi, pohon tersebut hanya dimanfaatkan kayunya, sedangkan bagian lainnya belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal, daun jati bisa dijadikan motif sepatu yang menarik. Oleh karena itu, kami berencana akan menjalankan PHBD di sana. Mulai dari pengenalan, pelatihan, dan pembinaan masyarakat agar bisa memanfaatkan daun jati kering untuk motif sepatu sampai pemasaran dan usaha tersebut tetap berjalan meskipun program telah berhenti. Alokasi waktu program ini 7 bulan dan anggaran yang kami ajukan 45 juta,” tutur Syukron dengan penuh semangat.

“Sebetulnya dana dan kesempatan berprestasi untuk mahasiswa itu selalu ada, asalkan mereka berani untuk keluar dari zona nyaman sebagai mahasiswa biasa. Selain itu, sebaiknya ada dukungan dari universitas untuk hasil dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan PHBD dikelola oleh unit kewirausahaan,” kata Rangga Asmara, M.Pd., dosen pembimbing PHBD tersebut.

[:en]

[FKIP – 2/05/17] – Hasan Syukron, the student of Indonesian Language and Literature Education Program (PBSI), gets Village Grants Program (PHBD) 2017 for the second time as what he did last year. This year, his team proposed a program with the title “Pemberdayaan Kaum Buruh Serabutan Berbasis Ekonomi Kreatif dengan Sistem Bank Limbah melalui Daur Ulang Limbah Jati Kering menjadi Sepatu Bermotif Tulang Daun yang Ramah Lingkungan di Desa Sidorejo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang.”  Through this program, they  will escort and train the society in Sidorejo, Magelang in developing the bone-leaf patterned shoes which is ready-to-market.

PHBD program is held annually by Minister of Research, Technology, and Higher Education. There are several steps should be taken by Syukron Hasan and his team in getting PHBD.  Firtsly,   Minister of Research, Technology, and Higher Education offers PHBD 2017 program to students’ organisation. Taking the offer, Syukron and his team tried to submit a proposal on behalf of Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Tidar University. At last, their proposal passed it. It will be funded and continued into the next stage. In the next stage, they have to present their proposal to decide the amount of the grant that will be recieved by them.

“The presentation will be held on 6th – 7th of May 2017 at HOM Hotel Semarang,” said Hasan Syukron. As the leader of the team, Hasan Syukron leads their six members, they are Anita Nur Amalia (Faculty of Education and Teacher’s Training), Umi Mkitayani (Faculty of Economics), Septina Tri Huwaida (Faculty of Education and Teacher’s Training), Khusnul Soneta Walah (Faculty of Education and Teacher’s Training), Nuriyanto (Faculty of Education and Teacher’s Training), and Rega Bagoes Nurvianto (Faculty of Education and Teacher’s Training).

“At first, I observed that there is a six-hectare of teak trees in Sidorejo. Unfortunately, the society only use the wood. They don’t use the other parts of teak trees fully yet. They don’t know that the leaves can be used as an interesting pattern for shoes. For that reason, we are going to conduct the program of PHBD  in Sidorejo. The program itself will be started from introducing, training, and coaching about our program so that the society can use dried teak leaves as an unique ready-to-market pattern for shoes. When the program has finished, Hasan Syukron and his team hope that bone-leaf patterned shoes business will still be able to continue. The time allotment proposed for the program is 7 months and 45 million rupiah has been proposed,” added Hasan Syukron excitedly.

Rangga Asmara, M. Pd., the students’ supervisor for PHBD program, explains that the students always have chances to get PHBD program. “As long as they are brave enough to come out from their comfort zone as ordinary students, fund and chances are always open for them. Besides, support from the university is also needed to manage the result from PHBD program,” said Rangga Amara, M. Pd. (WJ – NA)

[:]

[:id]Pengumuman Seleksi Administrasi PPL Internasional FKIP Untidar 2017[:en]The International Field Teaching Experience Program (PPL) 2017: The Result of Administration Selection Has been Announced[:]

[:id]

Disampaikan bahwa, proses seleksi administrasi Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Internasional FKIP Untidar Tahun 2017 telah selesai dilaksanakan. Bagi peserta yang telah lolos seleksi administrasi, diwajibkan untuk mengikuti tahapan seleksi berikutnya. Demikian penguman ini, atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih.

 

 

Magelang, 29 April 2017

Ketua Tim Seleksi

ttd

Lilia  Indriani, M.Pd.

NIP  198111282015042002

 

UNDUH-PENGUMUMAN SELEKSI CALON PESERTA PPL INTERNASIONAL

 [:en]

It was informed to all of the students that the administration selection for the International Field Teaching Experience Program (PPL) 2017 has been closed. For all the participants who passed the administration selection are eligible for the next stage. Thank you for your attention.

Magelang, 29 April 2017

The Chairman of Selection Team

ttd

Lilia  Indriani, M.Pd.

NIP  198111282015042002

 

Download-Announcement Selection for the International Field Teaching Experience Program[:]

[:id]KEMBANGKAN DAYA SAING AKADEMIK, FKIP UNTIDAR JALIN KERJASAMA DENGAN MALAYSIA[:]

[:id]

Merintis PKL (Praktik Kerja Lapangan), PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) , dan TDPT (Tri Dharma Perguruan Tinggi) Internasional, FKIP UNTIDAR melakukan kunjungan ke Malaysia pada tanggal 19 – 22 April 2017 untuk melakukan kerjasama dengan beberapa instansi terkait di Malaysia seperti Pejabat Pendidikan Daerah (PPD) Hulu Selangor, Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI), Sekolah Kebangsaan Bandar Sungai Buaya, dan Sekolah Menengah Bandar Sungai Buaya.

Rombongan FKIP UNTIDAR melakukan kunjungan ke PPD Hulu Selangor untuk menjalin kerjasama dalam ranah perijinan untuk PKL dan PPL Internasional . PPD Hulu Selangor merupakan dinas pendidikan yang mana salah satu tujuan dari institusi ini adalah “Membina perhubungan dan pemuafakatan Pendidikan yang kukuh dan berkekalan dengan agensi luar bagi menjamin Pendidikan dapat diteruskan sepanjang hayat.” Dengan demikian, FKIP UNTIDAR  miliki peluang untuk bekerja sama sama dengan PPD Hulu Selangor demi menyongsong PKL dan PPL Internasional.

Setelah kunjungan ke  PPD Hulu Selangor, rombongan FKIP UNTIDAR bertolak ke Fakulti Bahasa dan Komunikasi (FBK) UPSI. Rombongan FKIP UNTIDAR diterima langsung oleh Dekan FBK, Prof. Madya Dr. Hj. Nor Azmi Bin Mostafa . FKIP UNTIDAR menggandeng FBK UPSI untuk beberapa kerjasama seperti: 1) Meningkatkan mutu pendidikan dengan cara  pertukaran dosen, pertukaran mahasiswa,  dan studi banding, 2) Meningkatkan Research Capacity Building dengan cara melaksanakan penelitian bersama, 3) Meningkatkan Pengabdian pada Masyarakat dengan cara melaksanakan community service bersama, 4) Meningkatkan jumlah publikasi dengan cara tukar menukar artikel di jurnal. Kerjasama tersebut diawali dengan Letter of Intense ke FBK, UPSI dilanjutkan dengan MoU (Memorandum of Understanding) dan MoA (Memorandum of Agreement).

Sekolah Kebangsaan Bandar Sungai Buaya dan Sekolah Menengah Bandar Sungai Buaya merupakan dua sekolah yang tercatat menjadi kunjungan ke-3 dan ke-4 dari rombongan FKIP UNTIDAR. Di dua sekolah ini, FKIP UNTIDAR  menjalin kerjasama untuk PKL EFC in Practice dan PPL. Sekolah Kebangsaan Bandar Sungai Buaya yang akan menjadi tempat PKL EFC in Practice Internasional  merupakan Sekolah Rendah di Hulu Selangor, Malaysia (6 tahun) yang setara dengan Sekolah Dasar di Indonesia.

Selain PKL EFC in Practice, FKIP UNTIDAR juga merintis PPL Internasional (International Teaching Practice) yang mana para mahasiswa akan berpraktik di Sekolah Menengah Bandar Sungai Buaya. Sekolah Menengah Bandar Sungai Buaya  di Hulu Selangor, Malaysia (5 tahun) setara dengan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah  dan Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah di Indonesia.

Dalam kesempatan kunjungan tersebut, Dekan FKIP UNTIDAR juga memberikan pantun ketika mengunjungi sekolah-sekolah di Hulu Selangor, Malaysia dikarenakan adanya budaya berpantun ria ketika ada tamu yang berkunjung di sekolah tersebut. Beliau berpantun: “Burung Elang terbang ke utara. Mencari makan menggapai asmara. Dari Magelang Indonesia. Kami pergi ke Malaysia. Untuk berbagi dan bekerja sama.”

Kegiatan kerjasama ini direspon positif oleh Dekan FKIP UNTIDAR, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. “Kegiatan kerjasama ini sangat bagus karena ini merupakan rintisan kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait di Malaysia. Kerjasama ini perlu ditindaklanjuti secara serius untuk meningkatkan kualitas dalam pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat antara FKIP UNTIDAR dan lembaga mitra”.

Salah satu poin penting kerjasama ini adalah terwujudnya PKL dan PPL Internasional dengan  PPD Hulu Selangor, Sekolah Kebangsaan Bandar Sungai Buaya dan Sekolah Menengah Bandar Sungai Buaya serta terwujudnya kerjasama di bidang pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan Universitas Pendidikan Sultan Idris. (CA)

[:]

[:id]FKIP Untidar Gelar Sosialisasi International Teaching Practice[:en]FETT Untidar Held the Socialization of International Field Teaching Experience Program (PPL) 2017 [:]

[:id]

Menindaklanjuti kunjungan ke beberapa instansi terkait di Malaysia, FKIP UNTIDAR mengadakan sosialisasi International Teaching Practice  di Auditorium Universitas Tidar yang dilaksanakan Rabu (26/4) . Sosialisasi ini diikuti oleh seluruh mahasiswa semester VI (enam) dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI-6 kelas) dan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI-4 kelas).

Prof Dr. Sukarno, M.Si., Dekan FKIP UNTIDAR menggarisbawahi bahwa kegiatan sosialisasi ini merupakan penyampaian informasi tentang PPL Internasional atau International Teaching Practice di Hulu Selangor, Malaysia. Adapun 3 program kegiatan yang dapat dilakukan mahasiswa selama mereka di Malaysia, yaitu 1) PPL Internasional, 2) Pengambilan data skripsi, dan 3) International EFC (English For Children) Program.

PPL Internasional ini akan terjadwal selama 1 bulan (awal Juli  – akhir Juli 2017) di Sekolah Sekolah Menengah Kebangsaan Bandar Sungai Buaya. Sebagai pilot project PPL Internasional, pihak sekolah tersebut memberikan kuota 20 mahasiswa yang berkesempatan untuk melakukan PPL disana.

Pada sosialisasi tersebut, tercatat 99 mahasiswa berminat untuk mengikuti PPL Internasional. Oleh karena itu, mereka wajib mengikuti seleksi PPL Internasional. Tahapan seleksi yang harus ditempuh para mahasiswa meliputi seleksi administratif dan wawancara dimana tahapan seleksi tersebut mencakup aspek prestasi, keunggulan, dan kompetensi pedagogik.  Berikut jadwal seleksi dan pengumuman PPL Internasional:

  1. Jumat, 28 April 2017: Pengumpulan dokumen administrasi (formulir dan dokumen pendukung).
  2. Senin, 1 Mei 2017: Pengumuman lolos seleksi administrasi (lewat website FKIP dan papan pengumuman FKIP).
  3. Rabu, 3 Mei 2017: Seleksi wawancara.
  4. Selasa, 9  Mei 2017:   Pengumuman akhir.

Tim seleksi PPL Internasional terdiri dari Lilia Indriani, M.Pd. (Ketua Tim), Moch. Malik Al Firdaus (Anggota Tim), dan Rangga Asmara, M.Pd. (Anggota Tim). Tim seleksi tersebut secara proporsional dan profesional akan memilih 20 dari 99 mahasiswa yang akan mengikuti PPL Internasional.

Dalam sesi tanya jawab, para mahasiswa sangat antusias untuk mendapatkan informasi tentang PPL Internasional ini.  Salah satu penanya yaitu Andien, mahasiswi PBSI menanyakan tentang adakah bimbingan khusus sebelum melaksanakan PPL Internasional tentang kurikulum pembelajaran di Malaysia. Menanggapi  pertanyaan tersebut, Dekan FKIP menjawab “Pastinya ada pembekalan terlebih dahulu dari Tim yang akan menjelaskan tentang  kurikulum, budaya, bahasa, dan aspek pendukung lainnya.”

Selain itu salah satu mahasiswi PBI, Fadhlilah memberikan umpan balik positif dengan adanya sosialisasi ini “Menurut saya, sosialisasi ini sangat membantu kami dalam mengupdate informasi seputar PPL Internasional.”  (CA)

[:en]

Following-up the previous visit to some institutions in Malaysia, FETT Untidar held a socialization of Field Teaching Experience Program (PPL) International 2017 at the Auditorium-Tidar University last Wednesday (26/4). The socialization was attended by all sixth semester students from both English Education Study Program (PBI) of 6 classes) and Indonesian Language and Literature Education Study Program (PBSI) of 4 classes).

Prof. Dr. Sukarno, M.Si., Dean of FETT Untidar, stressed that this socialization was about informing the students about the International Field Teaching Experience Program (PPL) International 2017 in Hulu Selangor, Malaysia. The three main things that the students ought to do are: (1) international Field Teaching Experience, (2) gathering mini-thesis data, and (3) international English for Children (EFC) program.

This international PPL would be scheduled for one month (beginning of July – end of July 2017) at Bandar Sungai Buaya Junior High School. As the piloting project, the school opens the quota of 20 students to do the practice there.

In this selection process, there were recorded 99 students who were interested to participate this international PPL. Therefore, they were required to follow the selection process of administration and interview section. In the interview section, all participants would be asked about the academic achievement, strengths, and pedagogic competences. Here are the schedule for the whole selection process:

(1)   Friday. 28 April 2017: Submittion of administrative documents (forms and supporting documents). (2)   Monday, May 1, 2017: The announcement of the administrative selection (via FETT website and FKIP announcement board). (3)   Wednesday, May 3, 2017: Interview Section. (4)   Tuesday, May 9, 2017: Final announcement.

The selection team for this international PPL was lead by Lilia Indriani, M.Pd. (Chairman), Moch. Malik Al Firdaus (Member), dan Rangga Asmara, M.Pd. (Member). The team would proportionally and professionally choose 20 out of 99 candidates will be participating the International PPL.

In the question and answer section, the students were enthusiastic in getting the information about this event. One of questions was from Andien, a student of PBSI about the curriculum used in Malaysia and special guidance before doing the service. Responding to the question, the Dean answered, “There will be a certain guidance from the team about the curriculum, culture, language, and other supporting aspects.”

In addition, one of the PBI students, Fadhilah thought the answer positively, “In my opinion, the socialization will help us to update the information about the International PPL.”. (CA/WR)

[:]

[:id]EFC Ajarkan Mahasiswa Bersabar Hadapi Anak SD[:en]Practicing Students’ Patience by Joining EFC[:]

[:id]

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) FKIP Untidar dalam bulan ini melakukan praktik kegiatan English for Children (EFC) di beberapa Sekolah Dasar Kota Magelang. EFC in Practice merupakan salah satu matakuliah pilihan yang bisa diambil oleh mahasiswa semester 6 yang berisi praktik mengajar bagi anak-anak. Sebelumnya mahasiswa telah dibekali oleh teori yang didapat dari semester 4, ketika mulai memutuskan satu matakuliah pilihan. Tahun Ajaran 2016/2017 ini EFC in Practice menggandeng 16 sekolah mitra, masing-masing sekolah dititipkan sejumlah 5 – 6 mahasiswa PBI. Dalam program ini mahasiswa diajak untuk memberikan materi bahasa Inggris yang telah disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) di sekolah masing-masing.

“Sebenarnya maksud adanya EFC in Practice ingin membagikan pengalaman bagi para mahasiswa. Bisa pula dipakai untuk mempersiapkan diri atau latihan sebelum matakuliah Praktik Kerja Lapangan (PPL) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Dari hal ini mahasiswa juga bisa menilai bahwa mengajar anak-anak tidak semudah yang dibayangkan, karena meng-handle anak lebih susah daripada meng-handle orang dewasa,” ungkap Endah Ratnaningsih, M.Pd. selaku dosen pengampu matakuliah EFC in Practice sekaligus dosen pamong untuk SD Tidar 1. Dirinya menambahkan bahwa terkadang suasana dalam kelas bisa di luar perkiraan, misalnya ada anak yang tiba-tiba menangis. Kondisi ini menuntut mahasiswa untuk dapat memanajemen kelas. Mahasiswa juga harus pintar mengatur waktu serta pintar memilih aktivitas untuk menyampaikan materi secara lengkap dengan waktu yang terbatas.

Di lain sisi, salah satu mahasiswa peserta EFC in Practise Putra Ramadhan sangat antusias menceritakan pengalamannya terjun ke SD Rejowinangun Selatan 1. “Meskipun baru memiliki kesempatan dua kali mengajar di SD namun tantangannya sudah sangat terasa. Ternyata mengajar anak-anak dituntut memiliki kesabaran yang tinggi apalagi di kelas besar. Selain itu menjadi guru SD juga harus bisa mengayomi, memberikan rasa nyaman kepada anak-anak,” katanya. Ramadhan menyampaikan bahwa sebelumnya sudah pernah mengajar anak kecil meskipun hanya les privat. Setidaknya ini bukan pertama kalinya dia mengajar sehingga rasa nervous bisa dikendalikan, tidak seperti teman lain yang merasa sangat nervous ketika harus mengajar di depan kelas.

Sebelum mengajar Ramadhan selalu mempersiapkan materi terlebih dahulu, “Alhamdullilah kalau materi saya selalu good prepare, materinya tentang weather and season untuk anak SD di bangku kelas 5 dengan media pembelajaran yakni media gambar.” Saat ditanya kesannya mengikuti program ini dirinya mengatakan, “Untuk menjadi seorang guru itu pengalaman memang penting, tapi cara mengajar itu lebih penting.” (TP)

[:en]

English Education study program (PBI) of FETT Tidar University conducts the practice activity of English for Children (EFC) in several elementary schools in Magelang this month. EFC in Practice is one of the elective courses which can be chosen by the sixth semester students. EFC in practice contains teaching practice for children. Previously, the students had been equipped with the theory in fourth semester when they decided to take the elective courses. In this academic year 2016/2017, EFC in practice collaborates with 16 partner schools and 5 – 6 students will practice in those 16 schools. In this program, the students are challenged to give English material based on the school’s lesson plan

 “The purpose of EFC in Practice is actually to share the experience for the students and to prepare them for teaching practice lesson (PPL) and community service program (KKN). From EFC in Practice program, the students experience that teaching children is not easy because handling children is more difficult than handling adult,” said Endah Ratnaningsih, M.Pd. as a lecture of EFC in Practice as well as the advisor at SD Tidar 1. She added that sometimes the atmosphere in the classroom is unpredictable such as the children who cry all of a sudden. This condition requires the students to manage the class well. Furthermore, the students should be smart in managing the time and choose the activity to deliver the material completely in limited time.

One of EFC in Practice students at SD Rejowinangun Selatan 1, Putra Ramadhan, told his experience enthusiastically. “I am challenged although I just teach there twice. It seems that patience is required in teaching children especially in big class. Then, becoming elementary school’s teacher should be able to protect and give the students comfort.” Ramadhan added that he had the experience in teaching children in private course. At least, it is not the first time for him to teach children so that he can maintain his nervousness unlike others who never teach children before.

Before teaching, Ramadhan always prepares the material. “Alhamdulillah, I always have well-prepared material such as picture media about weather and season for fifth grader”. He said his impression in joining this program in the end of the interview. “Experience is important for someone who wants to be a teacher, but the way they teach is more important.”  (TP/AW)

[:]

[:id]FLS2N Kab. Magelang Gandeng FKIP Untidar[:en]FLS2N Kab. Magelang Collaborated with FETT Untidar[:]

[:id]

Kabupaten Magelang_(25/04). Untuk kesekian kalinya Dinas Pendidikan dan kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Magelang menggandeng FKIP Universitas Tidar dalam pelaksanaan Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Tingkat SD Se-Kabupaten Magelang.

Dalam kegiatan yang berlangsung selama satu hari penuh, 12 mata lomba diselenggarakan secara serentak di berbagai tempat seperti di Pendopo Drh. Soepardi, Rumah Dinas Bupati, GOR Gemilang, Ruang Bina Praja, Lantai Negeri Mendut, SDN Sawitan, dan SDN Mendut.  12 cabang lomba tersebut meliputi Lomba Menyanyi Tunggal, Lomba Seni Tari Kreasi Baru, Lomba Pantomim, Lomba Baca Puisi, Lomba Lukis, Lomba Seni Baca Al-Qur’an, Lomba Seni Pianika, Lomba Cerpen Kategori Pemula, Lomba Cerpen Kategori Penulis, Lomba Cipta Pantun, Lomba Cipta Syair, dan Lomba Mendongeng.

Dalam kegiatan FLS2N ini, sebanyak 11 orang Dosen FKIP terlibat aktif sebagai Dewan Juri dalam 6 mata lomba yang berhubungan dengan kemampuan berbahasa seperti Lomba Baca Puisi, Lomba Cerpen kategori Pemula, Lomba Cerpen Kategori Penulis, Lomba Cipta Pantun, Lomba Cipta Syair, dan Lomba Mendongeng.

Menurut Koordinator Lapangan FLS2N, Soepardi, keterkaitan pihak Untidar diperlukan dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dari peserta dan pendamping. “Pihak Untidar sebagai pihak luar akan bersikap netral dalam pemilihan juara.”

Selaku koordinator Juri FKIP Untidar, Rangga Asmara menyampaikan bahwa para juri harus selektif dalam memilih calon juara. Dia menambahkan, “Peserta yang nantinya menjadi juara 1 sekaligus perwakilan Kabupaten Magelang harus mampu berkompetisi di ajang lanjutan FLS2N tingkat Jawa Tengah.” (WR).

[:en]

Magelang Regency (25/04). Has been working for year, Department of Education and Culture (Disdikbud) Magelang Regency had a join-work with Faculty of Education and Teacher Training (FETT) Tidar University on a big event of National Art Competition namely FLS2N for elementary school level.

The activity that took a full day, 12 branches of game were held at the same time in some places such as Pendopo Drh. Soepardi, Rumah Dinas Bupati, GOR Gemilang, Bina Praja Room, Mendut Affairs Floor, SDN Sawitan, and SDN Mendut. The twelve branches were Singing Competition, Dance Competition, Pantomime Competition, Poetry Reading Competition, Fine-Art Competition, Reciting Koran Competition, Piano Competition, Short Story (Beginner Category) Competition, Short Story (Advanced Category) Competition, Quatrain Writing Contest, Poetry Writing Contest, and Storytelling Competition.

On this FLS2N event, 11 lecturers of FETT were actively involved as the judges for 6 branches of game in relation to language competencies such as Poetry Reading Competition, Short Story (Beginner Category) Competition, Short Story (Advanced Category) Competition, Quatrain Writing Contest, Poetry Writing Contest, and Storytelling Competition.

According to FLS2N Field Coordinator, Soepardi, the FETT involvement was needed in order to improve accountability from participants and counselors. “FETT-Untidar will be neutral party in the selection of champions.”

As the judge coordinator of FETT Untidar, Rangga Asmara said that the judges should be selective in choosing the candidates. He added, “Participants who will be the 1st winner as well as representative of Magelang Regency must be able to compete on the next event of FLS2N in Central Java level.” (WR).

[:]

[:id]Asah Kemampuan, Mahasiswa PBI Ikuti National English Education Debate (NEED) UMY 2017[:en]Joining NEED UMY 2017: A Brilliant Path for Students of Department of English Language Education[:]

[:id]

Practice makes perfect, itulah moto yang sangat cocok jika seseorang ingin terus mengembangkan kemampuan dirinya. Moto ini juga dianut beberapa mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Untidar khususnya yang menekuni dunia debat. Kamis hingga Minggu (14-16/4) kemarin 4 mahasiswa PBI mencoba mengasah kemampuannya dengan mengikuti 5th National English Education Debate (NEED) UMY 2017 yang diselenggarakan oleh English Department Students Association Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kompetisi debat tingkat nasional ini terbuka bagi seluruh mahasiswa prodi bahasa Inggris yang bernaung di perguruan tinggi provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Di sinilah tim debat PBI Untidar menemukan pesaing dari beragam universitas ternama di Indonesia, seperti UNS, Univet, UAD, Undip, UNY, Unnes, Unsoed, dll.

Eka Kusuma Adiyaningrum salah satu mahasiswa PBI yang mengikuti kompetisi ini menceritakan pengalaman pertamanya ketika tahun 2015 pernah mengikuti kompetisi debat tingkat universitas namun sempat terhenti karena teman satu timnya jatuh sakit, “Saya rasa ini kesempatan untuk mengulang dan menyelesaikannya hingga akhir, sehingga kemampuan saya kembali terasah.” Pada kompetisi ini Eka menemukan banyak pesaingnya yang sudah berpengalaman sehingga terbangun suasana pro aktif, tentu ini pengalaman menggembirakan baginya. “Bisa dibilang saya newbie jadi rasanya kompitisi debat kemarin challenging banget. Saya dapat banyak ilmu debat yang baru, terutama dari para juri. Bonus lain ya bertambahnya teman dari berbagai universitas.”

Dari 28 tim yang mengikuti kompetisi ini, tim A Untidar yang beranggotakan Yusuf Yulianto dan Novia Indri Susanti berhasil masuk quarter final atau babak perempat final. Mochamad Maliq Al Firdaus, M.Pd. selaku Kaprodi PBI dengan bangga mengapresiasi mahasiswanya. “Setiap waktu saya memang selalu memotivasi mereka, supaya tidak cepat puas hanya menjuarai di tingkat prodi atau universitas saja. Justru kemampuan mereka akan lebih berkembang jika mengikuti kompetisi tingkat nasional, bertemu dengan universitas lain di seluruh Indonesia.” Ditambahkannya, pengiriman mahasiswa untuk mengikuti kompetisi ini melalui tahap seleksi ketat, meskipun hanya di internal prodi. Dirinya ingin benar-benar menyaring mahasiswa yang qualified.

Melalui hasil yang ditorehkan mahasiswa didikannya dalam kompetisi ini, Maliq akan meningkatkan pola pembinaan untuk tahun depan. Harapannya tahun depan bisa lebih baik lagi dibanding sekarang. “Pembinaan selalu dilakukan dan harus ada peningkatan, namun dalam waktu dekat ini fokus pada persiapan NUDC (National University Debating Championship) lebih dulu. Ini merupakan kompetisi debat yang diadakan kopertis tingkat regional Jawa Tengah di bulan Juni,” tandasnya mengakhiri. (TP)

[:en]

Practice makes perfect, it is a superb idiom for those who want to improve their skill.  This idiom is also reflected by students of Department of English Language Education (DELE) at Tidar University who get involve in English Debating Club.  On Thursday to Sunday (April 14-16), 4 students improved their debating proficiency by joining 5th National English Education Debate (NEED) UMY 2017. It was hosted by English Department Students Association of Muhammadiyah University of Yogyakarta. This national debate competition was opened for all students of Department of English Language Education who involved in the part of universities at Yogyakarta Special Region and its vicinity. In NEED, the debating team of DELE  Tidar University met debate competitors from another university in Indonesia, such as UNS, UNIVET UAD, UNDIP, UNY, UNNES, UNSOED, and etc.

Eka Kusuma Adiyaningrum, one of DELE students who joined this competition, shared her first experience when she had ever taken part in debating competition at university level. However, her team could not continue the competition due to one of the members was sick. “I think it is a brilliant chance to join the debating competition, so I can improve my skill.” said Eka. In this great competition, she met many seasoned debaters who gave her an excellent experience. She added “I am newbie in this debating competition and it is so challenging. I get hold of new debate knowledge, especially from the adjudicators. I also make friends from many universities.”

One out of 28 teams which joined this competition, team A of Tidar University that consisted of Yusuf Yulianto and Novia Indri Susanti were successful to go to the quarter final round. Mochamad Maliq Al Firdaus, M.Pd., Coordinator of English Education Study Program,  was proud of his students’ achievement, said “I always motivate them to improve their skill not only in the debate competition  of study program or university  level but also in the national debate competition. He added “The students’ representatives who joined the competition have already passed strict selection in the study program.” He wanted to select his qualified students.

Referring to the students’ triumph in this competition, Maliq is going to improve his debating supervision next year. He hopes the team representative will give better performance in the next debating competition. “Supervising is always done and it should show a great improvement. However, this time, we focus on the preparation for NUDC (National University Debating Championship). This awesome competition is held   by KOPERTIS (Private Higher Education Coordinator) in Central Java in June,” he said. (CA)

[:]

[:id]MAHASISWA PRODI PBSI TOREHKAN PRESTASI DENGAN TERBITKAN BUKU ANTOLOGI PUISI “SENJA TAK PERNAH SALAH”[:en]A STUDENT OF PBSI HAS ACCOMPLISHED A REMARKABLE ACHIEVEMENT BY PUBLISHING A POETRY ANTHOLOGY “SENJA TAK PERNAH SALAH”[:]

[:id]

FKIP-UNTIDAR (10/4). Annisa Rizka Roselina mahasiswa semester 6 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untidar torehkan prestasi dengan menerbitkan  buku antologi puisi  bertajuk “Senja Tak Pernah Salah.” Buku antologi puisi ini berisi 108 puisi karya Annisa yang ditulisnya dari tahun 2014-2017. Buku ini diterbitkan oleh Rumah Kayu Publishing. Saat ditemui, Annisa menuturkan “Buku antologi ini merupakan cetakan pertama yang terbit pada bulan Maret 2017 yang jumlahnya terbatas, yakni 50 eksemplar.” Annisa juga menuturkan alasan mengapa tertarik pada puisi “Dari kecil saya suka puisi, dulu SD Kelas 3 wali kelas saya yang menemukan bakat saya menulis puisi.” Selain itu, yang memotivasinya untuk menulis puisi adalah orangtuanya.

Pemilihan judul buku antologi puisi “Senja Tak Pernah Salah” dilatarbelakangi oleh kecocokan hati Annisa. Menurutnya, “Senja itu akan tetap menjadi senja, tidak mungkin senja menjadi jingga.”  Karya-karya Annisa yang pernah diterbitkan sebelumnya adalah 15 antologi puisi bersama, 2 buah cerpen yang dimuat di antologi cerpen terbitan Segitiga Emas (Jakarta), dan buku kumpulan surat untuk Indonesia yang diterbitkan oleh Rasibook Jakarta.

Dr. Yulia Esti Katrini, M.S. salah satu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untidar turut bangga atas prestasi ini. “Ini adalah sebuah prestasi mahasiswa karena mampu membuat antologi puisi. Hal ini merupakan nilai plus bagi seorang mahasiswa,” tutur beliau. Di akhir kesempatan saat ditemui penulis, Annisa menyampaikan pesannya bahwa “Menulis itu mudah, membuat buku juga mudah, tetapi yang membuat sulit adalah prosesnya karena proses adalah suatu tantangan sebelum kita menjad sukses”. (WL)

[:en]

FKIP-UNTIDAR (10/4). Annisa Rizka Roselina, a sixth semester student of Indonesian Language and Literature Education Program (PBSI) of FKIP Untidar has just accomplished such a remarkable achievement by publishing a poetry anthology entitled “Senja Tak Pernah Salah. The book contains 108 poems of hers, which had been written from 2014 to 2017 before it was published by The Wood House Publishing. Annisa said that the anthology was published in March, 2017 for its first printing in a very limited edition of only 50 copies. Informing about what makes her interest in writing poems, Annisa added that she had loved poetry since her childhood. It was her guardian of the class who saw her talent in writing poetry for the first time.

“After all, my parents are the ones who always motivate me to write poems” Annisa closed. The title of the antology, “Senja Tak Pernah Salah” or “Twilight is Never Wrong” was chosen as it had matched her feeling since the first time. She thinks that twilight will remain a twilight, and is impossible for it to become orange. The works Annisa had published before were 15 anthologies of poems, 2 pieces of short stories published in anthology of short stories published by the Golden Triangle (Jakarta), and a compilation of letters for Indonesia published by Rasibook Jakarta.

Dr. Yulia Esti Katrini, M.S. a lecturer of Indonesian Language and Literature Education Program (PBSI) feels so proud of this achievement. “It is such an achievement for student. Being able to make an anthology of poems is a plus”, said Yulia. At the end of our interview, Annisa conveyed a message to the readers, “Writing is easy. Making a book is also easy. What makes it difficult is the process, since the process is a challenge before we could gain success”. (AL)

[:]

[:id]Mata Kuliah Drama Pentas PBSI Untidar: Pembelajaran Outdoor Tingkat Mencipta[:en]Outdoor Learning “Drama Pentas” Course: Why not?[:]

[:id]

Petang sekitar pukul 18.30 WIB mahasiswa semester IV Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar berkumpul di Lantai 4 Gedung Fakultas Ekonomi Untidar. Beberapa mahasiswa tampak melakukan latihan fisik dan pernapasan. Hal itu dilakukan sebagai rangkaian mata kuliah Drama Pentas yang mereka ambil semester ini.

“Kami melakukan latihan pernapasan, fisik, vokal, dan ekspresi di luar kelas. Sebelumnya, pertemuan satu sampai dengan tiga dilakukan pembelajaran teori di kelas. Pembelajaan teori meliputi hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk mementaskan drama,” kata Dwi Raharjo, Mahasiswa Semester IV PBSI Untidar yang mengambil mata kuliah Drama Pentas.

“Pada pementasan drama ini, setiap mahasiswa kami beri dua tugas. Tugas pertama mengelola produksi dan kedua sebagai pemain drama. Jadi, setiap mahasiswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mempersiapkan produksi seperti naskah, kostum, dan panggung. Lalu, mereka juga menjadi pemain drama. Hanya pimpinan produksi dan bagian tata rias yang tidak diperkenankan tampil sebagai pemain drama,” tutur Imam Baihaqi, M.A., Dosen PBSI FKIP Untidar pengampu mata kuliah Drama Pentas Kelas B dan C.

“Setiap kelas memiliki dua penanggung jawab, yaitu pimpro (pimpinan produksi) yang bertanggung jawab mempersiapkan pementasan drama dan sutradara yang bertanggung jawab terhadap jalannya pementasan,” tambah Dwi Raharjo, Pimpro Kelas C. Sementara itu, Sukhumaela Wahyuningrum bertindak sebagai sutradara drama kelas C. Atif Solehudin bertindak sebagai pimpro kelas B, sedangkan Ulfa Baroroh sebagai sutradaranya.

“Tugas sutradara adalah mengonsep pementasan drama, sedangkan pimpro bertanggung jawab terhadap produksi drama, seperti pencarian spronsor, kostum untuk pementasan, dan property yang dibutuhkan,” tutur Sukhumaela.

“Mata kuliah Drama Pentas merupakan pembelajaran tahap mencipta. Mahasiswa harus dituntut untuk praktik menyiapkan dan menampilkan sebuah drama. Oleh karena itu, mata kuliah ini harus ditunjang dengan latihan-latihan sehingga perkuliahan dilakukan lebih dari 16 kali pertemuan. Mahasiwa harus menguasai dasar-dasar pementasan, mempersiapkan naskah, reading, dan latihan sebelum pentas di panggung,” tambah Imam Baihaqi, M.A. Dengan praktik, mahasiswa tidak hanya menguasai teori. Akan tetapi setiap mahasiswa memiliki pengalaman. Saat ini, persiapan pementasan drama telah sampai pada tahap reading yaitu pembacaan naskah oleh para pemain. Rencananya pementasan drama akan dilakukan setelah Ujian Akhir Semester Genap 2016/2017, Juli 2017 mendatang. (WJ)

[:en]

FETT (08/04/2017). Sixth semester students of Indonesia Language and Literature Education Study Program (PBSI) of Tidar University gathered in 4th floor of Economy Faculty at 6.30 pm. Some of students were practicing breathing and physical exercises. It was done as Drama Pentas course (course for preparing students in performing drama) they took this semester.

“We practice breathing and physical exercise, vocal, and expression in the outdoor. Previously, we have theoretical classin the first until third meeting. Theoretical class includes everything that must be prepared in performing the drama,” DwiRahajo, a sixth semester student of PBSI Untidar who enrollesDrama Pentascourse.

“Each class has two directors, they are a production director who has responsibility in preparing drama performance and a play director who has responsibility in the time performance,” added DwiRaharjo, the production director of C class. Furthermore, SukhumaelaWahyuningrum is a play director for C Class,AtifSolehudin is a production director for B class, and UlfaBaroroh as a play director.

“A play director’s responsibility is making a drama performance’s concept, while the production director has responsibility to drama production, such as sponsorship, wardrobe for performance, and property which are needed,” said Sukhumaela.

Drama Pentas course focuses in creating level of learning. Students must be able to prepare and perform a drama. Therefore, this course must be supported with extra exercises that makes this course is done more than 16 meetings. Students must master the basic performance of drama, prepare a script, read a script, and practice before perform it in stage,” added Imam Baihaqi, M.A., the lecturer of “Drama Pentas”. By performing the drama, students do not only master the theory, but also they getawesome experiences. Moreover, the currentpreparation is in reading phase, in which the actors read the script. This performance will be held after final exam, next July 2017. (GF)

[:]