[:id]Dosen PBSI Menjadi Pemakalah dalam Seminar Nasional di Universitas Negeri Malang[:en]FETT: Lecturer of PBSI Became Speaker in National Seminar at State University of Malang[:]

[:id]

Fifit Firmadani, dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP mengikuti seminar nasional dengan tema “Transformasi Pendidikan Abad 21 untuk Mengembangkan Pendidikan Dasar Bermutu dan Berkarakter” pada hari Sabtu, 6 Mei 2017. Kegiatan itu diselenggarakan oleh  Pascasarjana Universitas Negeri Malang Peogram Studi Teknologi Pembelajaran dan Pendidikan Dasar  di Gedung Aula H3 Pascasarjana UM.

Seminar tersebut dihadiri oleh para dosen, pemerhati pendidikan, guru, dan mahasiswa. Jumlahnya sekitar 280 orang yang terdiri dari 140 peserta dan 140 pemakalah. Adapun yang menjadi pembicara seminar yaitu Prof. Dr. Sarwi, M.Si (ketua prodi pendidikan dasar pascasarjana UNNES) dan Prof. Dr. Waras, M.Pd (guru besar prodi teknologi pembelajaran UM).

Acara dibagi menjadi dua sesi yaitu sesi seminar panel  yang diisi oleh dua pemateri dan  sesi seminar pararel yang diikuti oleh peserta call for paper . Makalah peserta tersebut dibagi menjadi tujuh subtema yaitu pembelajaran berbantuan teknologi komputer, pembelajaran berbasis teknologi mobile, pembelajaran berbasis web, inovasi pembelajaran dalam kelas, pembelajaran berbasis komparatif dan kolaborasi, pembelajaran berbasis pendidikan dasar, pembelajaran berbasis pendidikan berkarakter.

Prof.Dr. Sarwi, M.Si. Sebagai pemateri pertama memaparkan mengenai “Pengembangan Sumber Daya Insani Professional  Berkarakter  Abad 21”. Pemateri kedua yaitu Prof. Dr. Waras, M.Pd memaparkan materi mengenai “Rapid Learning dan Kebutuhan Belajar Masa Kini”. Adapun para peserta call for paper mempresentasikan hasil  masing-masing penelitian atau kajian konsep  yang dibagi menjadi beberapa kelompok di setiap kelas.

Fifit Firmadani, M.Pd. menyatakan, “Saya membuat makalah kajian konsep sub tema inovasi pembelajaran berbasis kelas dengan mengambil judul Pembelajaran Berbasis Riset sebagai Inovasi Pembelajaran. Saya menuliskan bahwa ketrampilan berpikir kritis sangat penting untuk dibudayakan di dalam pendidikan yang bisa diwujudkan melalui pembelajaran berbasis riset.” Menurutnya, pembelajaran berbasis riset adalah mengintegrasikan riset atau kegiatan penelitian ke dalam pembelajaran, penerapan pembelajaran berbasis riset dapat melalui metode pembelajaran inquiry learning, problem based learning, dan contextual teaching and learning yang dapat berjalan dalam bentuk ceramah interaktif, diskusi, praktik, debat, dan simulasi. Pendidik harus aktif dalam menciptakan dan menerpakan pembelajaran berbasis riset, karena akan melatih peserta didik berpikir kritis sehingga diharapkan menjadi lulusan yang dapat sebagai problem solver dan problem finding dalam kehidupan bermasyarakat.

Dosen pengampu mata kuliah kependidikan tersebut juga menyampaikan tentang manfaat mengikti seminar. “Setelah mengikuti seminar itu pengetahuan saya semakin bertambah dan luas di bidang pendidikan. Selama mengikuti seminar saya dapat berbagi ilmu dengan teman lain baik dari dosen, pemerhati pendidikan, mahasiswa, dan guru. Selain itu, saya dapat menambah relasi dari berbagai lembaga pendidikan. Saya juga jadi lebih bersemangat untuk menulis dan meneliti agar nantinya dapat mengikuti seminar call for paper di lain tempat dan waktu,” tambah Fifit Firmadani, M.Pd. (DZ)

[:en]

Fifit Firmadani, a lecturer of Indonesian Language and Literature Education Study Program UNTIDAR attended a national seminar entitled “21st Century Education Transformation to Develop Quality and Character Education” on Saturday, May 6, 2017. The event was organized by Graduate Program of State University of Malang, especially Learning Technology Study Program and Primary Education Study Program in Building Hall H3.

The seminar was attended by lecturers, observers of education, teachers, and students. There were 280 audience consisting of 140 participants and 140 speakers. The speakers of the seminar are Prof. Dr. Sarwi, M.Si (Head of the Post-Graduate Education Program of UNNES) and Prof. Dr. Waras, M.Pd (Professor of Learning Technology Study Program UM).

The event is divided into two sessions: panel seminar sessions filled by two speakers and parallel seminar sessions followed by call for paper participants. The participants’ papers are divided into seven sub-themes: computer-aided learning, mobile technology-based learning, web-based learning, classroom learning innovations, comparative and collaborative learning, primary education-based learning, and character-based education based learning.

Prof.Dr. Sarwi, M.Si. as the first speaker explained about “Development of Human Resources Professional Character of the 21st Century.” The second speaker is Prof. Dr. Waras, M.Pd. presented material on “Rapid Learning and Learning Needs of Today.” The participants of the call for paper presented the results of each study or concept study that was divided into several groups in each class.
Fifit Firmadani, M.Pd. stated, “I made a review paper on sub-theme concept of classroom-based innovation by taking the title of Research-Based Learning as Innovation Learning. I write about the critical thinking skills which are very important to be cultivated in education that can be realized through research-based learning.”

According to her, research-based learning is to integrate research or research activities into learning, the application of research-based learning can be through inquiry learning method, problem based learning, and contextual teaching and learning that can run in the form of interactive lectures, discussions, practices, debates, and simulations. Educators must be active in creating and delivering research-based learning, as it will train critical thinking learners so that it is expected to be a graduate who can be a problem solver and problem finding in the society.

The lecturer of the Education Subject also conveyed about the benefits of attending the seminar. “After attending the seminar, I think my knowledge grew and expanded in education. During the seminar, I can share my knowledge with other friends such as lecturers, education observers, students, and teachers. In addition, I can add relationships from various educational institutions. I become more excited to write and research in order to attend the seminar call for paper in other places and time, “added Fifit Firmadani, M.Pd.. (ER)

[:]

[:id]Mahasiswa PBSI Untidar Juarai Lomba Esai Nasional Muswil V IMABSII Jawa-Madura 2017[:en]Students of Indonesian Language and Literature Education Study Program (PBSI) Win National Essay Competition in Java-Madura Region 2017[:]

[:id]

Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia (IMABSII) Wilayah Jawa-Madura mengadakan lomba esai nasional dalam rangka Musyawarah Wilayah V Imabsii dengan tema “Memperkuat Peran Bahasa Indonesia di Era Global”. Lomba tersebut diikuti mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Untidar, Mohamad Dwi Raharjo dan Ridwan Setyo Pambudi.

Lomba esai ini diselenggarakan sebagai rangkaian kegiatan Muswil V Imabsii Jawa-Madura 2017 yang diselenggarakan di Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, pada 6 – 10 Maret 2017. “Kami mewakili himpunan mahasiswa Prodi PBSI mengikuti acara tersebut. Lalu, setiap peserta diwajibkan untuk mengikuti lomba esai dengan anggota maksimal dua mahasiswa,” tutur Muhammad Dwi Raharjo yang juga Ketua Himaprodi PBSI Untidar.

Pada kesempatan tersebut, Dwi Rahajo dan Ridwan menulis esai berjudul “Diskursus Pemertahanan Bahasa Indonesia di Era MEA”. “Kami menulis tentang gagasan untuk mempertahankan bahasa Indonesia melaui usaha pembakuan. Usaha tersebut antara lain: berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang tepat serta kodifikasi bahasa Indonesia menurut situasi pemakaian dan struktur bahasa,” tambah Dwi Raharjo, mahasiswa PBSI Semester IV ini.

Esai tersebut berhasil mengantarkan mereka menjadi juara pertama disusul perwakilan mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Jakarta sebagai juara kedua dan Universitas Negeri Semarang sebagai juara ketiga.

Bertindak sebagai juri pada lomba esai tersebut adalah Dra. Ani Rakhmawati, M.A., Ph.D., Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., dan Dr. Budhi Setiawan, M.Pd., ketiganya adalah Dosen UNS. Sebagai hadiah, panitia akan memberikan uang pembinaan dan sertifikat. Akan tetapi, Dwi Raharjo dan Ridwan mengatakan belum menerima hadiah saat penulis mengonfirmasikan kepada keduanya.

Langkah kedua mahasiswa PBSI Untidar ini sebagai bentuk keterlibatan pada forum mahasiswa tingkat nasional. Selamat Dwi Raharjo dan Ridwan, semoga kalian dapat memotivasi mahasiswa lainnya untuk berprestasi pada forum-forum ilmiah. (WJ)

[:en]

(UNTIDAR-20/03/17) – Students Association of Indonesian Language and Literature (Imabsii) in Jawa-Madura Region held National Essay Competeition in order to Regional Forum V (Muswil) with the theme “Memperkuat Peran Bahasa Indonesia di Era Global”. Mohamad Dwi Raharjo and Ridwan Setyo Pambudi, students of PBSI Tidar University, joinned on that competition.

The Competition was organized by Sebelas Maret University (UNS) as a series actcivity of Muswil V Imabsii in Java-Madura region 2017. It was held in Surakarta, from 6th – 10th March 2017. “We, as the delegation of PBSI, take part in that competition. Every delegation should enroll in Essay Competition,” said Muhammad Dwi Raharjo who is also the chief of Students’ Association of PBSI.

On that occasion, Dwi Rahajo and Ridwan wrote an essay entitled “Diskursus  Pemertahanan Bahasa Indonesia di Era MEA”. “We write about an idea to maintain Bahasa Indonesia through standardization. For examples, we can communicate with Bahasa Indonesia correctly and  Bahasa Indonesia codification based on the use of the language structure,” added Dwi Raharjo.

Their essay drove them into the first winner of the competition, followed by delegation from Universitas Islam Negeri Jakarta as the second winner and Semarang State University as the third winner.

Three lecturers from UNS became  judges for the competition, they were Dra. Ani Rakhmawati, M.A., Ph.D., Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., and Dr. Budhi Setiawan, M.Pd. Some cash and certificate were given to the winners. This glorious achievement is as their active involvement in national students’ forum. Congratulation for Dwi Raharjo and Ridwan!

(WJ –NA)

[:]

[:id]Dua Dosen Prodi PBSI Mendapat Pendanaan Penelitian dari DIKTI[:en]Two Lecturers of Indonesian Language and Literature Program Get Funding from Ministry of Research and Higher Education.[:]

[:id]

Dalam surat pemberitahuan tertanggal 9 Januari 2017 diumumkan bahwa dua dosen Prodi (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) PBSI mendapat pendanaan penelitian dari DIKTI. Mereka adalah Rangga Asmara, M,Pd. dan Imam Baihaqi, M.A.Sesungguhnya, dalam surat pemberitahuan tersebut terdapat dua nama lain, yaitu Xander Salahudin, M.Eng. (dosen Fakultas Teknik) dan Dra. Eny Boedi Orbawati, M.Si. (dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik).

Rangga mengajukan penelitian berjudul “Strategi Kebahasaan Presiden Jokowi dalam Menanamkan Ideologi dan Manifesto Pemerintahan (Interpretasi Kritis dalam Menakar Wacana dan Realitas)”. Sementara itu, Imam mengajukan penelitian berjudul “Karakteristik Sastra Lisan Mitoni di Jawa Tengah sebagai Pedagogical Content Knowledge”.

Berkaitan dengan itu, grup Whatssap dosen FKIP Untidar banjir ucapan selamat kepada Rangga dan Imam. Ucapan selamat pertama kali disampaikan oleh Dr. Farikah dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dalam grup Whatssap tersebut.

“Selamat Pak Rangga, Mas Imam dapat penelitian dosen Pemula DIKTI. Selamat PakXander juga. Dan Bu Eny untuk disertsi doktor,” tulis Farikah.

“Selamat Pak Rangga dan Pak Imam,” tulis Asri, dosen PBSI.

“Selamat Mas Imam dan Pak Rangga,” tulis Ayu, dosen PBSI.

“Selamat Pak Rangga dan Pak Imam. Ikut seneng dengar kabar ini,” tulis Widya, dosen PBI.

Mendapat banyak ucapan selamat, Imam dan Rangga pun memberi tanggapan. Imam tidak menyangka penelitian tersebut diterima DIKTI.

“Trima kasih,Bu Fafa (Farikah). Padahal tahun lalu penelitian saya yang itu saya ajukan di universitas tapi ditolak.Lalu saya ajukan di DIKTI kok diterima ya,” tanggapan Imam kepada Farikah. Ia juga beberapa kali menanggapi ucapan selamat dosen lain.

“Trima kasih bapak ibu semua. Doa dan bimbingan selalu kami nantikan,” tulis Imam.

Sementara itu, Rangga beberapa kali menanggapi ucapan selamat yang ditujukan kepadanya dengan mengucapkan terima kasih.

“Terima kasih, pangestunipunbapak dan ibu,” tulis Rangga.

Selamat Pak Imam dan Pak Rangga. Semoga dapat terus berkarya dan menginspirasi dosen-dosen lain serta para mahasiswa. (IS)

[:en]

The notification letter dated January 9, 2017 brought a bunch of happiness for Faculty of Teachers Training and Education of Tidar University as it announced that two lecturers of Indonesian Language and Literature Program (PBSI) had received research funding from the Ministry of Research and Higher Education (Kemristekdikti), they were Rangga Asmara, M, Pd., and Imam Baihaqi, M.A. It is indeed such a pride for the biggest faculty of Untidar as its lecturers are among the only four from Untidar to have such an achievement. The other two come from different faculties namely Xander Salahudin, M.Eng. (Faculty of Engineering) and Dra. Eny Boedi Orbawati, M.Sc. (Faculty of Social and Political Sciences).

Rangga applied for a study entitled “Linguistic Strategies of President Jokowi in Cultivating Ideological and Government Manifesto (Critical Interpretation in Measuring Discourse and Reality)”. Meanwhile, Imam submitted a study entitled “Characteristics of Oral Literature Mitoni in Central Java as Pedagogical Content Knowledge”.This very good news has given “certain” lessons for the other lecturers of FKIP out of just the happy atmosphere they feel, one of which is to propose the right idea on the right level/division. Kemristekdikti offered some divisions/levels related to research proposals in 2016. As young lecturers, Rangga and Imam put their proposal precisely on the right place regarding their background and divisions from Kemristekdikti. They both proposed on “Research for Beginner Lecturers” division, something that the other lecturers might have forgotten.

It was just within minutes for the other lecturers of FKIP to congratulate the two, making internal Whatsapp group of FKIP full of congratulations. In response to it, Rangga and Imam were so thankful. Imam said that a non-stop struggle had been one of the factors making his proposal pass Kemristekdikti requirements. Furthermore, it also becomes one thing to evaluate by FKIP lecturers in order to pass more proposals. Personally for each, it is a clear picture how to get fundings from Kemristekdikti for their proposals. (AL)

[:]

[:id]UAS IPBN Semester V PBSI: Nusantara dalam Bingkaian Melodi[:en]IPBN FINAL EXAM OF THE FIFTH SEMESTER PBSI: THE INDONESIAN ARCHIPELAGO IN A FRAME OF MELODY[:]

[:id]

Selasa (10/1) Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar yang mengikuti matakuliah Ilmu Perbandingan Bahasa Nusantara mempersembahkan lagu daerah sebagai rangkaian Ujian Akhir Semester. Acara bertajuk “Nusantara dalam Bingkaian Melodi” itu digelar di Auditorium Untidar.

“Acara ini diselenggarakan oleh mahasiswa yang mengikuti IPBN, yaitu mahasiswa semester V. Konsep acara ini sebetulnya kompetisi menyanyi. Setiap kelas harus menampilkan dua lagu dari daerah yang berbeda,” Kata Taufan Maulana Haris, Ketua Panitia. Semester V terdiri atas 4 kelas sehingga terdapat 4 kelompok. Kelas A menyanyikan lagu Alusia dari Batak dan Wulele Sanggula dari Sulawesi Tenggara; kelas B Ayam Den Lapeh dari Minang dan O Inani Keke dari Sulawesi Utara; kelas C Ampar-ampar Pisang dari Kalimantan Selatan dan Maumere dari Nusa Tenggara Timur, serta Kelas D Cik Cik Periuk dari Kalimantan Barat dan Rasa Sayange dari Maluku. Selain menyanyi, mahasiswa juga menampilkan koreografi yang menawan ditambah dengan kostum daerah.

“Hari ini sebetulnya untuk pesta rakyat, biar mahasiswa bersenang-senang setelah UAS. Sebelumnya, mereka telah mengumpulkan makalah perbandingan bahasa nusantara. Dalam makalah tersebut, mahasiswa menganalisis sistem fonologi, morfologi, dan sintaksis dari bahasa daerah yang mereka pilih. Lalu, bahasa-bahasa tersebut dibandingkan untuk menentukan kekerabatannya. Bahan untuk mengerjakan makalah tersebut adalah kosakata dasar dan lirik lagu dari bahasa yang mereka pilih. Jadi, selain menyanyi, mereka telah menganalisis bahasa dalam lagu tersebut,” kata Dr. Yulia Esti Katrini, pengampu matakuliah IPBN.

Tidak hanya menyanyi, mahasiswa juga menyediakan kudapan khas daerah. Salah satunya adalah lapet, makanan khas Batak. “Kami memesan makan ini dari orang Batak langsung yang bermukim di Yogyakarta,” kata Antin Purwanti, Seksi Konsumsi.

Acara yang diselenggarakan dengan meriah ini diikuti oleh 138 mahasiswa semester V dan disaksikan para Dosen FKIP Untidar serta beberapa mahasiswa PBSI Untidar. “Saya pikir acara ini sangat menarik, artinya mahasiswa tidak hanya menganalisis bahasa daerah, tapi juga menyanyikan lagu-lagunya. Mereka berusaha melafalkan lagu-lagu dari bahasa di nusantara yang belum biasa mereka ucapkan sebelumnya. Pada kesempatan ini, mereka juga menampilkan keindahan-keindahan nusantara dari lagu, pakaian, dan makanan khasnya,” kata Drs. Fx. Samingin, Dosen PBSI FKIP Untidar. (WJ/ER)

[:en]

Tuesday (10/1/2017) Students of the Bahasa Indonesia and Literature Study Program or PBSI who attend the Comparative Studies of ​ ​Nusantara Language Subject or IPBN present folk songs as a series of Final Examination. The event entitled ‘Archipelago in A Frame of Melody’ was held at the Auditorium of Untidar.

‘The event was organized by students who attend IPBN, the fifth semester students. The concept of this event is actually a singing competition. Each class must show two songs from different Indonesia region,’ said Taufan Maulana Haris, Chairman of the Committee.

Semester V consists of four classes so that there are 4 groups. Class A sings Alusia from Batak and Wulele Sanggula from Southeast Sulawesi. Class B sings Ayam Den Lapeh from Minang and O Inani Keke from North Sulawesi. Class C sings Ampar-Ampar Pisang from South Kalimantan and Maumere from East Nusa Tenggara. Class D sings Cik Cik Periuk from West Kalimantan and Rasa Sayange from Maluku. The students also perform some captivating choreography completed with regional costumes.

‘Today is actually for the public party, let the students have fun after the final exam. Previously, they had to collect the paper of this subject. In the paper, the students analyze the phonological system, morphology, and syntax of the language of their chosen area. Then, the languages ​​are compared to determine the kinship. Materials for finishing the paper is the basic vocabulary and lyrics of their chosen language. So, in addition to singing, they have analyzed the language in the song, ‘ said Dr. Yulia Esti Katrini, IPBN subject lecturer.

Not only singing, students also provide traditional food, for example lapet, Batak traditional food. ‘We booked this meal directly from the Batak people who live in Yogyakarta,’ said Antin Purwanti, Meal Division.

The event was followed by 138 students of the fifth semester and witnessed by the lecturers and some students of Untidar. ‘I think the show is very interesting, meaning that students are not only analyzing the local language, but also singing the songs. They tried to recite the songs of the language in the archipelago which are not familiar with them before. On this occasion, they also show you the beauties of the archipelago of the songs, clothes, and traditional food,‘ said Drs. Fx. Samingin, lecturer of PBSI in Faculty of Teachers’ Training and Education in Tidar University. (WJ/ER)

[:]

[:id]UAS Teori Drama: Dari Teori Ke Praktik[:en]Final Test of Drama Theory: From Theory Into Practice[:]

[:id]

Magelang – Ada pemandangan berbeda di FKIP Untidar pada Rabu (28/12/2016). Tampak beberapa mahasiswa berpenampilan unik sedang berkumpul di depan ruang sebuah kelas. Ternyata, Dra. Riniwati, M.Pd. sedang menggelar ujian akhir semester (UAS) matakuliah Teori Drama. Berbeda dengan matakuliah lain yang menggelar UAS dengan ujian tulis, UAS Teori Drama diselenggarakan dalam bentuk pentas drama di ruang I-13 FKIP, Untidar.

Pementasan drama tersebut bersifat tertutup atau tidak dibuka untuk umum sehingga tidak ada penonton yang hadir. Hanya kelompok-kelompok yang menanti giliran tampillah yang tampak duduk sebagai penonton. Setiap kelompok diberi durasi tampil sekira 30 menit. Mereka membawa berbagai atribut pementasan sesuai dengan tema lakon yang dimainkan.

Beberapa kelompok menunggu giliran tampil sambil menonton teman mereka.

Beberapa kelompok menunggu giliran tampil sambil menonton teman mereka.

Mahasiswa dibagi menjadi lima kelompok. Setiap kelompok memainkan lakon berbeda-beda. Mereka diberi kebebasan memilih lakon yang dimainkan. Mereka juga dapat menciptakan lakon sendiri.

“Lakon dapat dibuat sendiri atau mengambil dari yang sudah ada. Biasanya teman-teman mengambil lakon yang sudah ada karena tugas (di matakuliah lain) banyak,” kata Muhaimim Adi Kurniawan yang sedang bersiap memainkan lakon Keong Mas.

Riniwati menginginkan mahasiswanya tidak hanya menguasai ilmu secara teoretis. Utamanya, ia menekankan bahwa berkreasi dalam sastra harus dilandasi rasa kebebasan.

“Mahasiswa tidak hanya tahu secara teoretis, tetapi secara alamiah mereka mampu mengekspresikan karakter yang dimainkan. Selain itu, mereka bisa mengekspresikan diri secara bebas dalam bersastra,” kata Riniwati disela-sela kesibukannya mengajar.

[:en]

Magelang –A different atmosphere was seen in Untidar on Wednesday (28/12/2016).  Some students in a unique appearance were gathering in front of the class. Apparently, Dra. Riniwati, M.Pd. held the final test of Drama Theory. Different with other lessons which has a written final test, Drama Theory held the drama performance as the final test in I-13-one of class in FKIP, Untidar.

This Drama performance does not open for public so there were no audiences came to watch the performance. Only some groups who waited for their turn sat as audiences. Every group should perform in around 30 minutes. They brought many performance’s attributes based on their role in the drama.

drama 2

Some groups watched their friends while waiting for their turn

Students were divided into five groups. Every group played a different story. They can choose the story themselves and act it. They can create their own story too.

“We can make the story or adapt the existence story. We usually adapt the existence story because we have a lot of assignments in another lessons,” said Muhaimin Adi Kurniawan who prepared to play Keong Mas.

Riniwati hoped that the students not only master this lesson theoretically. She emphasized that creativity in literature should be based on freedom. “Students not only know the theory, but they also have the capability in expressing the character they played naturally. Additionally, they can express themselves freely in composing literature.” Said Riniwati in the space of her teaching activity. (IS/AW)

[:]

[:id]Mahasiswa Semester III PBSI Membuat Buku Naskah Drama[:]

[:id]

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Semster III Universitas Tidar mengadakan acara Peluncuran Buku Goresan Tinta Bocah Sastra, Kamis (22/12) di ruang kelas PBSI. Buku tersebut merupakan produk mata kuliah Teori Drama.

“Pada mata kuliah Teori Drama, pertemuan pertama sampai dengan UTS (Ujian Tengah Semester) mahasiswa belajar tentang teori drama. Selanjutnya, mahasiswa membuat naskah drama, bisa menulis sendiri atau mengadaptasi, yang jelas tidak menjiplak. Arahnya nanti mata kuliah ini sebagai persiapan menuju Pementasan Drama yang akan mereka ambil di semester IV,” tutur Imam Baihaqi, M.A., Dosen PBSI Untidar Pengampu Mata Kuliah Teori Drama.

Kuliah ini diikuti oleh 41 mahasiswa PBSI. Kelas dibagi menjadi sepuluh kelompok. Setiap kelompok diberi tanggung jawab untuk mengumpulkan satu naskah drama. Setiap naskah digarap oleh 4 – 5 mahasiswa sehingga dalam buku tersebut terdapat sepuluh naskah drama.

“Kami mengerjakan naskah ini selama tiga minggu kurang lebih. Namun, sebetulnya dosen sudah memberi tahu kami tentang tugas ini pada awal kuliah,” kata Ainun Dyan Desiana, mahasiswa PBSI Semester III.

“Kami sangat senang nama kami ditulis dalam buku. Itu kebanggaan bagi kami. Senang rasanya karena ini adalah pengalaman pertama,” kata Dina Eka Cahyani, mahasiswa PBSI Semester III sambil tersenyum. Dina mengaku setiap mahasiswa membayar 25 ribu untuk ongkos cetak. Naskah dicetak sebanyak 60 eksemplar untuk cetakan pertama. Buku tersebut telah dibagikan untuk 41 mahasiswa, dosen pengampu, dan para ahli sastra yang memberikan penilaian buku. “Rencananya sisa buku akan kami sumbangkan di perpustakaan Untidar dan beberapa sekolah di Magelang,” tambah Ainun.

Harapannya buku ini dapat digunakan sebagai bahan ajar sastra di sekolah. Buku ini juga legal untuk dijadikan bahan ajar karena telah ber-ISBN, tambah Imam Baihaqi, M.A., yang juga berperan sebagai editor buku ini. WJ.

[:]

Apresiasi Karya Sastra: Memadukan Teori dan Praktik Bersastra

[:id]

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Tidar menggelar acara Apresiasi Karya Sastra pada Sabtu (17/12) di Auditorium Untidar. Acara tersebut diadakan oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah Apreasiasi Karya Sastra kelas A dan C. Pada umumnya, mata kuliah tersebut diambil oleh mahasiswa PBSI semester III.

“Kami menyiapkan acara ini selama kurang lebih sebulan. Jauh-jauh hari Pak Imam (Dosen Apresiasi Karya Sastra) sudah memberi tahu untuk menyiapkan karya yang akan kami apresiasi,” kata Mohammad Fauzan, ketua panitia. Acara ini diikuti oleh 78 mahasiswa yang menyajikan 34 penampilan, meliputi deklamasi, monolog, baca puisi berantai, musikalisasi puisi, dan teatrikal. Selain penampil, acara ini juga dipadati oleh dosen PBSI dan mahasiswa Untidar. Hadir pula sastrawan nasional asal Magelang Bambang E.P. dan E.S. Wibowo yang turut membacakan puisi mereka.

“Saya berharap mahasiswa PBSI tidak hanya mengetahui cara mengapresiasi karya sastra, tetapi turut langsung praktik mengapreasi karya sastra di panggung sastra. Selain itu, adanya kegiatan ini diharapkan gelora sastra di Untidar makin tumbuh dan berkembang,” ujar Imam Baihaqi, M.A., Dosen Matakuliah Apresiasi Karya Sastra Kelas A dan C.

Kegiatan apreasiasi karya sastra sendiri dapat dilakukan dengan membaca, memahami, sampai pada mereproduksi karya sastra. Pada acara ini mahasiswa diperkenankan untuk mengapreasiasi karya sastra yang sudah ada atau mereproduksi karya sastra menjadi karya baru.

Imam Baihaqi, M.A., menambahkan kehadiran para sastrawan diharapkan dapat memberikan semangat kepada mahasiswa PBSI dan Untidar pada umumnya untuk menghidupkan sastra di Untidar.

“Di sini, saya pernah membacakan puisi berjejer dengan Christine Hakim dan Slamet Raharjo sekitar tahun 1980-an, artinya Untidar yang dulunya adalah UTM (Universitas Tidar Magelang) pernah menjadi pusat sastra orang Magelang. Saya juga melihat potensi mahasiswa Untidar ini sangat besar dalam bidang sastra. Suatu saat nanti akan muncul sastrawan-sastrawan baru dari sini,” kata E.S. Wibowo setelah membacakan puisinya.

IMG-20161220-WA0014

Salah satu penampilan dalam acara Apresiasi Karya Sastra yang digelar oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Tidar

Panitia dan Penampil

Mahasiswa kelas A dan C mata kuliah Apreasiasi Karya Sastra menjadi penampil sekaligus panitia pada acara ini. “Kami akan mendapatkan dua nilai, yaitu nilai kontribusi kegiatan dan penampilan. Jadi, setiap sub-seksi memiliki tim, misalnya tim konsumsi, dekor, dan lainnya. Semua mahasiswa terlibat sebagai panitia dan penampil,” kata Mohammad Fauzan. Kegiatan ini juga diharapkan melatih kerjasama antarmahasiswa, tambah Imam Baihaqi, M.A.

Beberapa penampil mengaku menyiapkan acara ini dalam waktu singkat. “Sebenarnya sudah beberapa bulan yang lalu kami diberi tahu adanya kegiatan ini, tetapi kami belum memiliki teks sastra yang bisa kami apreasiasi. Baru lima hari yang lalu teksnya fix,” kata Indah Cahya Rahmadani yang menampilkan monolog berantai bersama empat orang temannya. Persiapan acara dilakukan mulai akhir November 2016.  Semoga sastra makin tumbuh di Untidar. (WJ)

[:en]

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Tidar menggelar acara Apresiasi Karya Sastra pada Sabtu (17/12) di Auditorium Untidar. Acara tersebut diadakan oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah Apreasiasi Karya Sastra kelas A dan C. Pada umumnya, mata kuliah tersebut diambil oleh mahasiswa PBSI semester III.

“Kami menyiapkan acara ini selama kurang lebih sebulan. Jauh-jauh hari Pak Imam (Dosen Apresiasi Karya Sastra) sudah memberi tahu untuk menyiapkan karya yang akan kami apresiasi,” kata Mohammad Fauzan, ketua panitia. Acara ini diikuti oleh 78 mahasiswa yang menyajikan 34 penampilan, meliputi deklamasi, monolog, baca puisi berantai, musikalisasi puisi, dan teatrikal. Selain penampil, acara ini juga dipadati oleh dosen PBSI dan mahasiswa Untidar. Hadir pula sastrawan nasional asal Magelang Bambang E.P. dan E.S. Wibowo yang turut membacakan puisi mereka.

“Saya berharap mahasiswa PBSI tidak hanya mengetahui cara mengapresiasi karya sastra, tetapi turut langsung praktik mengapreasi karya sastra di panggung sastra. Selain itu, adanya kegiatan ini diharapkan gelora sastra di Untidar makin tumbuh dan berkembang,” ujar Imam Baihaqi, M.A., Dosen Matakuliah Apresiasi Karya Sastra Kelas A dan C.

Kegiatan apreasiasi karya sastra sendiri dapat dilakukan dengan membaca, memahami, sampai pada mereproduksi karya sastra. Pada acara ini mahasiswa diperkenankan untuk mengapreasiasi karya sastra yang sudah ada atau mereproduksi karya sastra menjadi karya baru.

Imam Baihaqi, M.A., menambahkan kehadiran para sastrawan diharapkan dapat memberikan semangat kepada mahasiswa PBSI dan Untidar pada umumnya untuk menghidupkan sastra di Untidar.

“Di sini, saya pernah membacakan puisi berjejer dengan Christine Hakim dan Slamet Raharjo sekitar tahun 1980-an, artinya Untidar yang dulunya adalah UTM (Universitas Tidar Magelang) pernah menjadi pusat sastra orang Magelang. Saya juga melihat potensi mahasiswa Untidar ini sangat besar dalam bidang sastra. Suatu saat nanti akan muncul sastrawan-sastrawan baru dari sini,” kata E.S. Wibowo setelah membacakan puisinya.

IMG-20161220-WA0014

Salah satu penampilan dalam acara Apresiasi Karya Sastra yang digelar oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Tidar

Panitia dan Penampil

Mahasiswa kelas A dan C mata kuliah Apreasiasi Karya Sastra menjadi penampil sekaligus panitia pada acara ini. “Kami akan mendapatkan dua nilai, yaitu nilai kontribusi kegiatan dan penampilan. Jadi, setiap sub-seksi memiliki tim, misalnya tim konsumsi, dekor, dan lainnya. Semua mahasiswa terlibat sebagai panitia dan penampil,” kata Mohammad Fauzan. Kegiatan ini juga diharapkan melatih kerjasama antarmahasiswa, tambah Imam Baihaqi, M.A.

Beberapa penampil mengaku menyiapkan acara ini dalam waktu singkat. “Sebenarnya sudah beberapa bulan yang lalu kami diberi tahu adanya kegiatan ini, tetapi kami belum memiliki teks sastra yang bisa kami apreasiasi. Baru lima hari yang lalu teksnya fix,” kata Indah Cahya Rahmadani yang menampilkan monolog berantai bersama empat orang temannya. Persiapan acara dilakukan mulai akhir November 2016.  Semoga sastra makin tumbuh di Untidar. (WJ)

[:]

[:id]Dua Jam Bersama PBSI[:]

[:id]

Magelang – Prodi PBSI Universitas Tidar mengadakan acara bertajuk Dua Jam Bersama Prodi di Auditorium Untidar pada Jumat (16/12/2016). Dua Jam Bersama Prodi merupakan agenda rutin Prodi PBSI tiap akhir  semester. Dalam acara yang berlangsung pukul 13.00-15.00 WIB tersebut mahasiswa diberi kesempatan seluasnya untuk mengutarakan ide, gagasan, kritik, dan saran.

Acara dibuka dengan sambutan korprodi PBSI, Rangga Asmara, M.Pd. Dalam sambutannya, Rangga menegaskan agar mahasiswa tidak perlu takut mengkritik kinerja dosen yang dianggap tidak baik.

“Rekan-rekan mahasiswa tidak perlu takut mengkritik bapak ibu dosen. Tidak perlu khawatir akan berpengaruh pada nilai akhir,” ujar Rangga.

Dua Jam Bersama Prodi merupakan wadah bagi mahasiswa PBSI untuk berpendapat sehingga tidak perlu berdemonstrasi. Dalam acara tersebut, pendapat-pendapat mahasiswa didengar dan ditanggapi langsung oleh dosen. Hasil acara tersebut akan dibahas dalam rapat prodi sebagai tindak lanjut.

IMG_9348Dalam kesempatan siang itu, beberapa mahasiswa menyampaikan pendapatnya. Mereka tidak hanya mengkritik kinerja dosen, tetapi juga program-program prodi PBSI. Dimulai oleh Zamroni, mahasiswa semester V, yang menyarankan agar PKL Jurnalistik berikutnya dikelola lebih baik.

“Saya berharap PKL Jurnalistik tahun depan lebih terkonsep sehingga jadwal PKL tidak berbenturan dengan jadwal perkuliahan,” ujar Zamroni.

Mahasiswa semester V lainnya, Choirunisa, mengkritik target tinggi yang diterapkan dalam matakuliah Kewirausahaan. “Kami masih awam dalam berwirausaha. Dengan target keuntungan yang sangat tinggi, bisa saja kami memanipulasi data keuangan karna tidak pernah diminta menunjukkan uangnya,” kata Chairunisa.

Abror, mahasiswa semester VII, menyarankan agar ujian PPL dipercepat. “Sebaiknya ujian PPL tidak berselisih waktu terlalu lama sejak penarikan PPL,” ujar Abror.

Mahasiswa semester I, Hima, menyarankan para dosen lebih ketat ketika mengawas ujian agar tidak ada mahasiswa yang menyontek. “Saya berharap bapak ibu dosen lebih ketat lagi saat mengawas ujian agar mahasiswa tidak menyontek,” ujarnya.

Bondan, mahasiswa semester III, menyampaikan perihal sebuah matakuliah yang jumlah pertemuannya lebih sedikit daripada jumlah tanda tangan kehadiran. Menurutnya, hal tersebut merugikan mahasiswa. “Ada matakuliah yang dosennya jarang masuk, tapi tanda tangan mahasiswa penuh sehingga seolah-olah kegiatan perkuliahan berlangsung sesuai jadwal, padahal tidak,” ujarnya.

Dalam acara tersebut, Dekan FKIP, Prof. Dr. Sukarno, M.Si., juga menyampaikan beberapa hal. Salah satunya, ia meminta segenap mahasiswa mendoakan prodi yang sedang dalam proses reakreditasi. “Saat ini akreditasi prodi PBSI adalah B. Semoga pada reakreditasi kali ini prodi PBSI memperoleh akreditasi A,” ujar Sukarno di akhir acara.

[:]

[:id]Penerjunan PKL Jurnalistik Mahasiswa PBSI FKIP Untidar[:]

[:id]

FKIP-UNTIDAR (8/12). Setelah diberikan pembekalan pada hari selasa yang lalu, mahasiswa semester 5 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untidar diterjunkan ke media-media publikasi baik media cetak maupun elektronik di kota dan kabupaten Magelang. Penerjunan dilaksanakan pada tanggal 7 hingga 9 Desember 2016.

Adapun media yang menjadi mitra untuk Praktik Kerja Lapangan ini adalah Suara Merdeka, Radar Kedu, Magelang Ekspres, Majalah Dinamika, Radio Gemilang FM, Radio P-FM, Radio Magelang FM, Radio Unima, Humas Untidar, Humas UMM, dan Humas Pemkot Magelang. Setiap media menampung 1 sampai dengan 2 kelompok PKL yang masing-masing kelompok terdiri atas 10 mahasiswa.

Kegiatan ini merupakan pengaplikasian dari teori-teori yang mahasiswa dapatkan ketika di bangku kuliah, sehingga teori kejurnalistikan yang mahasiswa dapatkan perlu untuk diaplikasikan dalam dunia lapangan kerja. Beberapa media yang sudah dikunjungi di antaranya Magelang FM dan Majalah Dinamika.

PKL1

Salah satu DPL yang mengantar secara langsung mahasiswa PKL adalah Theresia Pinaka R.N.H., M.Pd. Saat penerjunan berlangsung, suasana kekeluargaan pun sangat terasa.  Kedatangan rombongan PKL di Magelang FM dan Majalah Dinamika disambut hangat oleh Yuliani Purwaningsih, S.Sos. selaku Kasi Persbit Media Dishub Kominfo Kota Magelang dan Indra N.U. Kasi Hubungan Dishub Kominfo.

Theresia menuturkan “dengan adanya praktik ini mahasiswa dapat mengaplikasikan teori-teori yang sudah didapat dalam matakuliah Jurnalistik, sehingga mahasiswa bisa mengetahui kondisi lapangan dari meliput acara hingga menyiarkannya dalam bentuk reportase.” Beliau mengharapkan setelah Praktik Kerja Lapangan ini keterampilan mahasiswa semakin bertambah dan dapat digunakan untuk menambah pengalaman. (WL)

[:]

Mahasiswa PBSI Semester 2 Praktikan Teknik PORPE Pada Kuliah Kemampuan Membaca 2

FKIP-UNTIDAR (29/6). Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNTIDAR praktikan teknik PORPE pada kuliah Kemampuan Membaca 2 setelah melaksanakan kuliah teori 2 sks. Pada saat mempraktikan teknik PORPE ini, mahasiswa terlihat antusias dan aktif dalam mengikuti kuliah. Hal ini, sesuai dengan penuturan salah satu mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester 2 Sahrul Mubarok yang ketika diwawancarai tentang tanggapannya setelah mempraktikan teknik PORPE yaitu teknik ini sangat menarik sekali karena selain memahamkan mahasiswa mengenai materi bacaan tertentu, mahasiswa pun dapat bercerita atau mempresentasikan hasil yang dibacanya dengan baik. Lebih lanjut, Sahrul mengatakan “Saya sangat antusias sekali karena saya bisa menceritakan apa yang sudah saya baca dengan baik dan teknik ini juga menghibur.”

Teknik PORPE (Predict, Organize, Rehearse, Practice, Evaluate) merupakan teknik yang dikembangkan Simpson (1986) untuk membantu siswa dalam merencanakan secara aktif, memonitor, mengevaluasi, dan mempelajari materi-materi tertentu dalam mempersiapkan ujian esai. Adapun langkah-langkah dari teknik ini, yaitu (1) predict (membuat prediksi berupa pertanyaan-pertanyaan esai), organize (mengorganisasikan konsep dalam bentuk mind mapping), rehearse (melatih kembali dengan cara mepresentasikan di depan), practice (praktik; menuliskan kembali dengan bahasanya sendiri), dan evaluate (evaluasi yaitu menjawab pertanyaan esai yang dibuat oleh dosen).

Dengan demikian, teknik PORPE ini sangat membantu mahasiswa karena teknik ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menangkap materi tertentu dan lebih khusus lagi, PORPE diarahkan untuk membantu mahasiswa ketika akan menghadapi ujian esai. (Ayu)