[:id]Mahasiswa PBSI Untidar Juarai Lomba Esai Nasional Muswil V IMABSII Jawa-Madura 2017[:en]Students of Indonesian Language and Literature Education Study Program (PBSI) Win National Essay Competition in Java-Madura Region 2017[:]

[:id]

Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia (IMABSII) Wilayah Jawa-Madura mengadakan lomba esai nasional dalam rangka Musyawarah Wilayah V Imabsii dengan tema “Memperkuat Peran Bahasa Indonesia di Era Global”. Lomba tersebut diikuti mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Untidar, Mohamad Dwi Raharjo dan Ridwan Setyo Pambudi.

Lomba esai ini diselenggarakan sebagai rangkaian kegiatan Muswil V Imabsii Jawa-Madura 2017 yang diselenggarakan di Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, pada 6 – 10 Maret 2017. “Kami mewakili himpunan mahasiswa Prodi PBSI mengikuti acara tersebut. Lalu, setiap peserta diwajibkan untuk mengikuti lomba esai dengan anggota maksimal dua mahasiswa,” tutur Muhammad Dwi Raharjo yang juga Ketua Himaprodi PBSI Untidar.

Pada kesempatan tersebut, Dwi Rahajo dan Ridwan menulis esai berjudul “Diskursus Pemertahanan Bahasa Indonesia di Era MEA”. “Kami menulis tentang gagasan untuk mempertahankan bahasa Indonesia melaui usaha pembakuan. Usaha tersebut antara lain: berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang tepat serta kodifikasi bahasa Indonesia menurut situasi pemakaian dan struktur bahasa,” tambah Dwi Raharjo, mahasiswa PBSI Semester IV ini.

Esai tersebut berhasil mengantarkan mereka menjadi juara pertama disusul perwakilan mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Jakarta sebagai juara kedua dan Universitas Negeri Semarang sebagai juara ketiga.

Bertindak sebagai juri pada lomba esai tersebut adalah Dra. Ani Rakhmawati, M.A., Ph.D., Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., dan Dr. Budhi Setiawan, M.Pd., ketiganya adalah Dosen UNS. Sebagai hadiah, panitia akan memberikan uang pembinaan dan sertifikat. Akan tetapi, Dwi Raharjo dan Ridwan mengatakan belum menerima hadiah saat penulis mengonfirmasikan kepada keduanya.

Langkah kedua mahasiswa PBSI Untidar ini sebagai bentuk keterlibatan pada forum mahasiswa tingkat nasional. Selamat Dwi Raharjo dan Ridwan, semoga kalian dapat memotivasi mahasiswa lainnya untuk berprestasi pada forum-forum ilmiah. (WJ)

[:en]

(UNTIDAR-20/03/17) – Students Association of Indonesian Language and Literature (Imabsii) in Jawa-Madura Region held National Essay Competeition in order to Regional Forum V (Muswil) with the theme “Memperkuat Peran Bahasa Indonesia di Era Global”. Mohamad Dwi Raharjo and Ridwan Setyo Pambudi, students of PBSI Tidar University, joinned on that competition.

The Competition was organized by Sebelas Maret University (UNS) as a series actcivity of Muswil V Imabsii in Java-Madura region 2017. It was held in Surakarta, from 6th – 10th March 2017. “We, as the delegation of PBSI, take part in that competition. Every delegation should enroll in Essay Competition,” said Muhammad Dwi Raharjo who is also the chief of Students’ Association of PBSI.

On that occasion, Dwi Rahajo and Ridwan wrote an essay entitled “Diskursus  Pemertahanan Bahasa Indonesia di Era MEA”. “We write about an idea to maintain Bahasa Indonesia through standardization. For examples, we can communicate with Bahasa Indonesia correctly and  Bahasa Indonesia codification based on the use of the language structure,” added Dwi Raharjo.

Their essay drove them into the first winner of the competition, followed by delegation from Universitas Islam Negeri Jakarta as the second winner and Semarang State University as the third winner.

Three lecturers from UNS became  judges for the competition, they were Dra. Ani Rakhmawati, M.A., Ph.D., Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., and Dr. Budhi Setiawan, M.Pd. Some cash and certificate were given to the winners. This glorious achievement is as their active involvement in national students’ forum. Congratulation for Dwi Raharjo and Ridwan!

(WJ –NA)

[:]

[:id]Ekspos Borang Akreditas[:en]Indonesian Language and Literature Education Study Program Exposes Accreditation Form[:]

[:id]

Magelang – Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) mengadakan rapat ekspos borang akreditasi di ruang lab microteaching (10/02/2017). Rapat yang dipimpin Rangga Asmara, M.Pd. selaku Koordinator Prodi (Korprodi) PBSI itu membahas borang akreditasi yang segera diserahkan ke DIKTI.

“Borang ini hasil kerja keras tim yang akan segera kami bawa ke Jakarta minggu depan,” kata Rangga saat membuka rapat. Rapat dihadiri 14 dosen PBSI dan pejabat struktural Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untidar.

Batas waktu penyerahan borang akreditasi adalah 19 Februari 2017. Diagendakan pada 14 Februari 2017 borang akreditasi tersebut sudah dibawa ke Jakarta.

Borang akreditasi PBSI dikerjakan oleh tim yang terdiri atas dosen-dosen PBSI. Proses pengerjaan borang sudah dimulai sejak Agustus 2016. Dengan kerja keras tim, akhirnya borang dapat diselesaikan. Marilah kita berdoa agar PBSI memperoleh akreditasi A. (IS)

[:en]

FETT Untidar (16/02/2017) – On Friday, 10th February 2017, Indonesian Language and Literature Education Study Program (PBSI) held a meeting for exposing accreditation form. Held in Microteaching Laboratory, the meeting was lead by Rangga Asmara, M. Pd as the Coordinator of PBSI. The meeting itself focused on the accreditaion form which should be handed soon to Ministry of Science

“We will hand this accreditation form in to the Ministry next week,” said Rangga Asmara, M. Pd in the opening of the meeting. The meeting was attended by 14 lecturers of PBSI and also several structural officials from Faculty of Education and Teacher Training.

Lecturers of PBSI has worked hard as the accreditation team. The accreditation form had been done since August 2016 by the team. The accrediation form has The deadline for the form submission is on 19th February 2017. The team of the accreditation scheduled to submit the form to the Ministry on 14th February 2017.

By doing tremendous effort, the team finally could complete the accreditation borang. Let’s hope for the best result, for PBSI getting score A for the accreditation.  (IS-NA)

[:]

[:id]Dua Dosen Prodi PBSI Mendapat Pendanaan Penelitian dari DIKTI[:en]Two Lecturers of Indonesian Language and Literature Program Get Funding from Ministry of Research and Higher Education.[:]

[:id]

Dalam surat pemberitahuan tertanggal 9 Januari 2017 diumumkan bahwa dua dosen Prodi (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) PBSI mendapat pendanaan penelitian dari DIKTI. Mereka adalah Rangga Asmara, M,Pd. dan Imam Baihaqi, M.A.Sesungguhnya, dalam surat pemberitahuan tersebut terdapat dua nama lain, yaitu Xander Salahudin, M.Eng. (dosen Fakultas Teknik) dan Dra. Eny Boedi Orbawati, M.Si. (dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik).

Rangga mengajukan penelitian berjudul “Strategi Kebahasaan Presiden Jokowi dalam Menanamkan Ideologi dan Manifesto Pemerintahan (Interpretasi Kritis dalam Menakar Wacana dan Realitas)”. Sementara itu, Imam mengajukan penelitian berjudul “Karakteristik Sastra Lisan Mitoni di Jawa Tengah sebagai Pedagogical Content Knowledge”.

Berkaitan dengan itu, grup Whatssap dosen FKIP Untidar banjir ucapan selamat kepada Rangga dan Imam. Ucapan selamat pertama kali disampaikan oleh Dr. Farikah dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dalam grup Whatssap tersebut.

“Selamat Pak Rangga, Mas Imam dapat penelitian dosen Pemula DIKTI. Selamat PakXander juga. Dan Bu Eny untuk disertsi doktor,” tulis Farikah.

“Selamat Pak Rangga dan Pak Imam,” tulis Asri, dosen PBSI.

“Selamat Mas Imam dan Pak Rangga,” tulis Ayu, dosen PBSI.

“Selamat Pak Rangga dan Pak Imam. Ikut seneng dengar kabar ini,” tulis Widya, dosen PBI.

Mendapat banyak ucapan selamat, Imam dan Rangga pun memberi tanggapan. Imam tidak menyangka penelitian tersebut diterima DIKTI.

“Trima kasih,Bu Fafa (Farikah). Padahal tahun lalu penelitian saya yang itu saya ajukan di universitas tapi ditolak.Lalu saya ajukan di DIKTI kok diterima ya,” tanggapan Imam kepada Farikah. Ia juga beberapa kali menanggapi ucapan selamat dosen lain.

“Trima kasih bapak ibu semua. Doa dan bimbingan selalu kami nantikan,” tulis Imam.

Sementara itu, Rangga beberapa kali menanggapi ucapan selamat yang ditujukan kepadanya dengan mengucapkan terima kasih.

“Terima kasih, pangestunipunbapak dan ibu,” tulis Rangga.

Selamat Pak Imam dan Pak Rangga. Semoga dapat terus berkarya dan menginspirasi dosen-dosen lain serta para mahasiswa. (IS)

[:en]

The notification letter dated January 9, 2017 brought a bunch of happiness for Faculty of Teachers Training and Education of Tidar University as it announced that two lecturers of Indonesian Language and Literature Program (PBSI) had received research funding from the Ministry of Research and Higher Education (Kemristekdikti), they were Rangga Asmara, M, Pd., and Imam Baihaqi, M.A. It is indeed such a pride for the biggest faculty of Untidar as its lecturers are among the only four from Untidar to have such an achievement. The other two come from different faculties namely Xander Salahudin, M.Eng. (Faculty of Engineering) and Dra. Eny Boedi Orbawati, M.Sc. (Faculty of Social and Political Sciences).

Rangga applied for a study entitled “Linguistic Strategies of President Jokowi in Cultivating Ideological and Government Manifesto (Critical Interpretation in Measuring Discourse and Reality)”. Meanwhile, Imam submitted a study entitled “Characteristics of Oral Literature Mitoni in Central Java as Pedagogical Content Knowledge”.This very good news has given “certain” lessons for the other lecturers of FKIP out of just the happy atmosphere they feel, one of which is to propose the right idea on the right level/division. Kemristekdikti offered some divisions/levels related to research proposals in 2016. As young lecturers, Rangga and Imam put their proposal precisely on the right place regarding their background and divisions from Kemristekdikti. They both proposed on “Research for Beginner Lecturers” division, something that the other lecturers might have forgotten.

It was just within minutes for the other lecturers of FKIP to congratulate the two, making internal Whatsapp group of FKIP full of congratulations. In response to it, Rangga and Imam were so thankful. Imam said that a non-stop struggle had been one of the factors making his proposal pass Kemristekdikti requirements. Furthermore, it also becomes one thing to evaluate by FKIP lecturers in order to pass more proposals. Personally for each, it is a clear picture how to get fundings from Kemristekdikti for their proposals. (AL)

[:]

[:id]UAS IPBN Semester V PBSI: Nusantara dalam Bingkaian Melodi[:en]IPBN FINAL EXAM OF THE FIFTH SEMESTER PBSI: THE INDONESIAN ARCHIPELAGO IN A FRAME OF MELODY[:]

[:id]

Selasa (10/1) Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar yang mengikuti matakuliah Ilmu Perbandingan Bahasa Nusantara mempersembahkan lagu daerah sebagai rangkaian Ujian Akhir Semester. Acara bertajuk “Nusantara dalam Bingkaian Melodi” itu digelar di Auditorium Untidar.

“Acara ini diselenggarakan oleh mahasiswa yang mengikuti IPBN, yaitu mahasiswa semester V. Konsep acara ini sebetulnya kompetisi menyanyi. Setiap kelas harus menampilkan dua lagu dari daerah yang berbeda,” Kata Taufan Maulana Haris, Ketua Panitia. Semester V terdiri atas 4 kelas sehingga terdapat 4 kelompok. Kelas A menyanyikan lagu Alusia dari Batak dan Wulele Sanggula dari Sulawesi Tenggara; kelas B Ayam Den Lapeh dari Minang dan O Inani Keke dari Sulawesi Utara; kelas C Ampar-ampar Pisang dari Kalimantan Selatan dan Maumere dari Nusa Tenggara Timur, serta Kelas D Cik Cik Periuk dari Kalimantan Barat dan Rasa Sayange dari Maluku. Selain menyanyi, mahasiswa juga menampilkan koreografi yang menawan ditambah dengan kostum daerah.

“Hari ini sebetulnya untuk pesta rakyat, biar mahasiswa bersenang-senang setelah UAS. Sebelumnya, mereka telah mengumpulkan makalah perbandingan bahasa nusantara. Dalam makalah tersebut, mahasiswa menganalisis sistem fonologi, morfologi, dan sintaksis dari bahasa daerah yang mereka pilih. Lalu, bahasa-bahasa tersebut dibandingkan untuk menentukan kekerabatannya. Bahan untuk mengerjakan makalah tersebut adalah kosakata dasar dan lirik lagu dari bahasa yang mereka pilih. Jadi, selain menyanyi, mereka telah menganalisis bahasa dalam lagu tersebut,” kata Dr. Yulia Esti Katrini, pengampu matakuliah IPBN.

Tidak hanya menyanyi, mahasiswa juga menyediakan kudapan khas daerah. Salah satunya adalah lapet, makanan khas Batak. “Kami memesan makan ini dari orang Batak langsung yang bermukim di Yogyakarta,” kata Antin Purwanti, Seksi Konsumsi.

Acara yang diselenggarakan dengan meriah ini diikuti oleh 138 mahasiswa semester V dan disaksikan para Dosen FKIP Untidar serta beberapa mahasiswa PBSI Untidar. “Saya pikir acara ini sangat menarik, artinya mahasiswa tidak hanya menganalisis bahasa daerah, tapi juga menyanyikan lagu-lagunya. Mereka berusaha melafalkan lagu-lagu dari bahasa di nusantara yang belum biasa mereka ucapkan sebelumnya. Pada kesempatan ini, mereka juga menampilkan keindahan-keindahan nusantara dari lagu, pakaian, dan makanan khasnya,” kata Drs. Fx. Samingin, Dosen PBSI FKIP Untidar. (WJ/ER)

[:en]

Tuesday (10/1/2017) Students of the Bahasa Indonesia and Literature Study Program or PBSI who attend the Comparative Studies of ​ ​Nusantara Language Subject or IPBN present folk songs as a series of Final Examination. The event entitled ‘Archipelago in A Frame of Melody’ was held at the Auditorium of Untidar.

‘The event was organized by students who attend IPBN, the fifth semester students. The concept of this event is actually a singing competition. Each class must show two songs from different Indonesia region,’ said Taufan Maulana Haris, Chairman of the Committee.

Semester V consists of four classes so that there are 4 groups. Class A sings Alusia from Batak and Wulele Sanggula from Southeast Sulawesi. Class B sings Ayam Den Lapeh from Minang and O Inani Keke from North Sulawesi. Class C sings Ampar-Ampar Pisang from South Kalimantan and Maumere from East Nusa Tenggara. Class D sings Cik Cik Periuk from West Kalimantan and Rasa Sayange from Maluku. The students also perform some captivating choreography completed with regional costumes.

‘Today is actually for the public party, let the students have fun after the final exam. Previously, they had to collect the paper of this subject. In the paper, the students analyze the phonological system, morphology, and syntax of the language of their chosen area. Then, the languages ​​are compared to determine the kinship. Materials for finishing the paper is the basic vocabulary and lyrics of their chosen language. So, in addition to singing, they have analyzed the language in the song, ‘ said Dr. Yulia Esti Katrini, IPBN subject lecturer.

Not only singing, students also provide traditional food, for example lapet, Batak traditional food. ‘We booked this meal directly from the Batak people who live in Yogyakarta,’ said Antin Purwanti, Meal Division.

The event was followed by 138 students of the fifth semester and witnessed by the lecturers and some students of Untidar. ‘I think the show is very interesting, meaning that students are not only analyzing the local language, but also singing the songs. They tried to recite the songs of the language in the archipelago which are not familiar with them before. On this occasion, they also show you the beauties of the archipelago of the songs, clothes, and traditional food,‘ said Drs. Fx. Samingin, lecturer of PBSI in Faculty of Teachers’ Training and Education in Tidar University. (WJ/ER)

[:]

[:id]UAS Teori Drama: Dari Teori Ke Praktik[:en]Final Test of Drama Theory: From Theory Into Practice[:]

[:id]

Magelang – Ada pemandangan berbeda di FKIP Untidar pada Rabu (28/12/2016). Tampak beberapa mahasiswa berpenampilan unik sedang berkumpul di depan ruang sebuah kelas. Ternyata, Dra. Riniwati, M.Pd. sedang menggelar ujian akhir semester (UAS) matakuliah Teori Drama. Berbeda dengan matakuliah lain yang menggelar UAS dengan ujian tulis, UAS Teori Drama diselenggarakan dalam bentuk pentas drama di ruang I-13 FKIP, Untidar.

Pementasan drama tersebut bersifat tertutup atau tidak dibuka untuk umum sehingga tidak ada penonton yang hadir. Hanya kelompok-kelompok yang menanti giliran tampillah yang tampak duduk sebagai penonton. Setiap kelompok diberi durasi tampil sekira 30 menit. Mereka membawa berbagai atribut pementasan sesuai dengan tema lakon yang dimainkan.

Beberapa kelompok menunggu giliran tampil sambil menonton teman mereka.

Beberapa kelompok menunggu giliran tampil sambil menonton teman mereka.

Mahasiswa dibagi menjadi lima kelompok. Setiap kelompok memainkan lakon berbeda-beda. Mereka diberi kebebasan memilih lakon yang dimainkan. Mereka juga dapat menciptakan lakon sendiri.

“Lakon dapat dibuat sendiri atau mengambil dari yang sudah ada. Biasanya teman-teman mengambil lakon yang sudah ada karena tugas (di matakuliah lain) banyak,” kata Muhaimim Adi Kurniawan yang sedang bersiap memainkan lakon Keong Mas.

Riniwati menginginkan mahasiswanya tidak hanya menguasai ilmu secara teoretis. Utamanya, ia menekankan bahwa berkreasi dalam sastra harus dilandasi rasa kebebasan.

“Mahasiswa tidak hanya tahu secara teoretis, tetapi secara alamiah mereka mampu mengekspresikan karakter yang dimainkan. Selain itu, mereka bisa mengekspresikan diri secara bebas dalam bersastra,” kata Riniwati disela-sela kesibukannya mengajar.

[:en]

Magelang –A different atmosphere was seen in Untidar on Wednesday (28/12/2016).  Some students in a unique appearance were gathering in front of the class. Apparently, Dra. Riniwati, M.Pd. held the final test of Drama Theory. Different with other lessons which has a written final test, Drama Theory held the drama performance as the final test in I-13-one of class in FKIP, Untidar.

This Drama performance does not open for public so there were no audiences came to watch the performance. Only some groups who waited for their turn sat as audiences. Every group should perform in around 30 minutes. They brought many performance’s attributes based on their role in the drama.

drama 2

Some groups watched their friends while waiting for their turn

Students were divided into five groups. Every group played a different story. They can choose the story themselves and act it. They can create their own story too.

“We can make the story or adapt the existence story. We usually adapt the existence story because we have a lot of assignments in another lessons,” said Muhaimin Adi Kurniawan who prepared to play Keong Mas.

Riniwati hoped that the students not only master this lesson theoretically. She emphasized that creativity in literature should be based on freedom. “Students not only know the theory, but they also have the capability in expressing the character they played naturally. Additionally, they can express themselves freely in composing literature.” Said Riniwati in the space of her teaching activity. (IS/AW)

[:]

[:id]Mahasiswa Semester III PBSI Membuat Buku Naskah Drama[:]

[:id]

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Semster III Universitas Tidar mengadakan acara Peluncuran Buku Goresan Tinta Bocah Sastra, Kamis (22/12) di ruang kelas PBSI. Buku tersebut merupakan produk mata kuliah Teori Drama.

“Pada mata kuliah Teori Drama, pertemuan pertama sampai dengan UTS (Ujian Tengah Semester) mahasiswa belajar tentang teori drama. Selanjutnya, mahasiswa membuat naskah drama, bisa menulis sendiri atau mengadaptasi, yang jelas tidak menjiplak. Arahnya nanti mata kuliah ini sebagai persiapan menuju Pementasan Drama yang akan mereka ambil di semester IV,” tutur Imam Baihaqi, M.A., Dosen PBSI Untidar Pengampu Mata Kuliah Teori Drama.

Kuliah ini diikuti oleh 41 mahasiswa PBSI. Kelas dibagi menjadi sepuluh kelompok. Setiap kelompok diberi tanggung jawab untuk mengumpulkan satu naskah drama. Setiap naskah digarap oleh 4 – 5 mahasiswa sehingga dalam buku tersebut terdapat sepuluh naskah drama.

“Kami mengerjakan naskah ini selama tiga minggu kurang lebih. Namun, sebetulnya dosen sudah memberi tahu kami tentang tugas ini pada awal kuliah,” kata Ainun Dyan Desiana, mahasiswa PBSI Semester III.

“Kami sangat senang nama kami ditulis dalam buku. Itu kebanggaan bagi kami. Senang rasanya karena ini adalah pengalaman pertama,” kata Dina Eka Cahyani, mahasiswa PBSI Semester III sambil tersenyum. Dina mengaku setiap mahasiswa membayar 25 ribu untuk ongkos cetak. Naskah dicetak sebanyak 60 eksemplar untuk cetakan pertama. Buku tersebut telah dibagikan untuk 41 mahasiswa, dosen pengampu, dan para ahli sastra yang memberikan penilaian buku. “Rencananya sisa buku akan kami sumbangkan di perpustakaan Untidar dan beberapa sekolah di Magelang,” tambah Ainun.

Harapannya buku ini dapat digunakan sebagai bahan ajar sastra di sekolah. Buku ini juga legal untuk dijadikan bahan ajar karena telah ber-ISBN, tambah Imam Baihaqi, M.A., yang juga berperan sebagai editor buku ini. WJ.

[:]

Apresiasi Karya Sastra: Memadukan Teori dan Praktik Bersastra

[:id]

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Tidar menggelar acara Apresiasi Karya Sastra pada Sabtu (17/12) di Auditorium Untidar. Acara tersebut diadakan oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah Apreasiasi Karya Sastra kelas A dan C. Pada umumnya, mata kuliah tersebut diambil oleh mahasiswa PBSI semester III.

“Kami menyiapkan acara ini selama kurang lebih sebulan. Jauh-jauh hari Pak Imam (Dosen Apresiasi Karya Sastra) sudah memberi tahu untuk menyiapkan karya yang akan kami apresiasi,” kata Mohammad Fauzan, ketua panitia. Acara ini diikuti oleh 78 mahasiswa yang menyajikan 34 penampilan, meliputi deklamasi, monolog, baca puisi berantai, musikalisasi puisi, dan teatrikal. Selain penampil, acara ini juga dipadati oleh dosen PBSI dan mahasiswa Untidar. Hadir pula sastrawan nasional asal Magelang Bambang E.P. dan E.S. Wibowo yang turut membacakan puisi mereka.

“Saya berharap mahasiswa PBSI tidak hanya mengetahui cara mengapresiasi karya sastra, tetapi turut langsung praktik mengapreasi karya sastra di panggung sastra. Selain itu, adanya kegiatan ini diharapkan gelora sastra di Untidar makin tumbuh dan berkembang,” ujar Imam Baihaqi, M.A., Dosen Matakuliah Apresiasi Karya Sastra Kelas A dan C.

Kegiatan apreasiasi karya sastra sendiri dapat dilakukan dengan membaca, memahami, sampai pada mereproduksi karya sastra. Pada acara ini mahasiswa diperkenankan untuk mengapreasiasi karya sastra yang sudah ada atau mereproduksi karya sastra menjadi karya baru.

Imam Baihaqi, M.A., menambahkan kehadiran para sastrawan diharapkan dapat memberikan semangat kepada mahasiswa PBSI dan Untidar pada umumnya untuk menghidupkan sastra di Untidar.

“Di sini, saya pernah membacakan puisi berjejer dengan Christine Hakim dan Slamet Raharjo sekitar tahun 1980-an, artinya Untidar yang dulunya adalah UTM (Universitas Tidar Magelang) pernah menjadi pusat sastra orang Magelang. Saya juga melihat potensi mahasiswa Untidar ini sangat besar dalam bidang sastra. Suatu saat nanti akan muncul sastrawan-sastrawan baru dari sini,” kata E.S. Wibowo setelah membacakan puisinya.

IMG-20161220-WA0014

Salah satu penampilan dalam acara Apresiasi Karya Sastra yang digelar oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Tidar

Panitia dan Penampil

Mahasiswa kelas A dan C mata kuliah Apreasiasi Karya Sastra menjadi penampil sekaligus panitia pada acara ini. “Kami akan mendapatkan dua nilai, yaitu nilai kontribusi kegiatan dan penampilan. Jadi, setiap sub-seksi memiliki tim, misalnya tim konsumsi, dekor, dan lainnya. Semua mahasiswa terlibat sebagai panitia dan penampil,” kata Mohammad Fauzan. Kegiatan ini juga diharapkan melatih kerjasama antarmahasiswa, tambah Imam Baihaqi, M.A.

Beberapa penampil mengaku menyiapkan acara ini dalam waktu singkat. “Sebenarnya sudah beberapa bulan yang lalu kami diberi tahu adanya kegiatan ini, tetapi kami belum memiliki teks sastra yang bisa kami apreasiasi. Baru lima hari yang lalu teksnya fix,” kata Indah Cahya Rahmadani yang menampilkan monolog berantai bersama empat orang temannya. Persiapan acara dilakukan mulai akhir November 2016.  Semoga sastra makin tumbuh di Untidar. (WJ)

[:en]

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Tidar menggelar acara Apresiasi Karya Sastra pada Sabtu (17/12) di Auditorium Untidar. Acara tersebut diadakan oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah Apreasiasi Karya Sastra kelas A dan C. Pada umumnya, mata kuliah tersebut diambil oleh mahasiswa PBSI semester III.

“Kami menyiapkan acara ini selama kurang lebih sebulan. Jauh-jauh hari Pak Imam (Dosen Apresiasi Karya Sastra) sudah memberi tahu untuk menyiapkan karya yang akan kami apresiasi,” kata Mohammad Fauzan, ketua panitia. Acara ini diikuti oleh 78 mahasiswa yang menyajikan 34 penampilan, meliputi deklamasi, monolog, baca puisi berantai, musikalisasi puisi, dan teatrikal. Selain penampil, acara ini juga dipadati oleh dosen PBSI dan mahasiswa Untidar. Hadir pula sastrawan nasional asal Magelang Bambang E.P. dan E.S. Wibowo yang turut membacakan puisi mereka.

“Saya berharap mahasiswa PBSI tidak hanya mengetahui cara mengapresiasi karya sastra, tetapi turut langsung praktik mengapreasi karya sastra di panggung sastra. Selain itu, adanya kegiatan ini diharapkan gelora sastra di Untidar makin tumbuh dan berkembang,” ujar Imam Baihaqi, M.A., Dosen Matakuliah Apresiasi Karya Sastra Kelas A dan C.

Kegiatan apreasiasi karya sastra sendiri dapat dilakukan dengan membaca, memahami, sampai pada mereproduksi karya sastra. Pada acara ini mahasiswa diperkenankan untuk mengapreasiasi karya sastra yang sudah ada atau mereproduksi karya sastra menjadi karya baru.

Imam Baihaqi, M.A., menambahkan kehadiran para sastrawan diharapkan dapat memberikan semangat kepada mahasiswa PBSI dan Untidar pada umumnya untuk menghidupkan sastra di Untidar.

“Di sini, saya pernah membacakan puisi berjejer dengan Christine Hakim dan Slamet Raharjo sekitar tahun 1980-an, artinya Untidar yang dulunya adalah UTM (Universitas Tidar Magelang) pernah menjadi pusat sastra orang Magelang. Saya juga melihat potensi mahasiswa Untidar ini sangat besar dalam bidang sastra. Suatu saat nanti akan muncul sastrawan-sastrawan baru dari sini,” kata E.S. Wibowo setelah membacakan puisinya.

IMG-20161220-WA0014

Salah satu penampilan dalam acara Apresiasi Karya Sastra yang digelar oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Tidar

Panitia dan Penampil

Mahasiswa kelas A dan C mata kuliah Apreasiasi Karya Sastra menjadi penampil sekaligus panitia pada acara ini. “Kami akan mendapatkan dua nilai, yaitu nilai kontribusi kegiatan dan penampilan. Jadi, setiap sub-seksi memiliki tim, misalnya tim konsumsi, dekor, dan lainnya. Semua mahasiswa terlibat sebagai panitia dan penampil,” kata Mohammad Fauzan. Kegiatan ini juga diharapkan melatih kerjasama antarmahasiswa, tambah Imam Baihaqi, M.A.

Beberapa penampil mengaku menyiapkan acara ini dalam waktu singkat. “Sebenarnya sudah beberapa bulan yang lalu kami diberi tahu adanya kegiatan ini, tetapi kami belum memiliki teks sastra yang bisa kami apreasiasi. Baru lima hari yang lalu teksnya fix,” kata Indah Cahya Rahmadani yang menampilkan monolog berantai bersama empat orang temannya. Persiapan acara dilakukan mulai akhir November 2016.  Semoga sastra makin tumbuh di Untidar. (WJ)

[:]

[:id]Dua Jam Bersama PBSI[:]

[:id]

Magelang – Prodi PBSI Universitas Tidar mengadakan acara bertajuk Dua Jam Bersama Prodi di Auditorium Untidar pada Jumat (16/12/2016). Dua Jam Bersama Prodi merupakan agenda rutin Prodi PBSI tiap akhir  semester. Dalam acara yang berlangsung pukul 13.00-15.00 WIB tersebut mahasiswa diberi kesempatan seluasnya untuk mengutarakan ide, gagasan, kritik, dan saran.

Acara dibuka dengan sambutan korprodi PBSI, Rangga Asmara, M.Pd. Dalam sambutannya, Rangga menegaskan agar mahasiswa tidak perlu takut mengkritik kinerja dosen yang dianggap tidak baik.

“Rekan-rekan mahasiswa tidak perlu takut mengkritik bapak ibu dosen. Tidak perlu khawatir akan berpengaruh pada nilai akhir,” ujar Rangga.

Dua Jam Bersama Prodi merupakan wadah bagi mahasiswa PBSI untuk berpendapat sehingga tidak perlu berdemonstrasi. Dalam acara tersebut, pendapat-pendapat mahasiswa didengar dan ditanggapi langsung oleh dosen. Hasil acara tersebut akan dibahas dalam rapat prodi sebagai tindak lanjut.

IMG_9348Dalam kesempatan siang itu, beberapa mahasiswa menyampaikan pendapatnya. Mereka tidak hanya mengkritik kinerja dosen, tetapi juga program-program prodi PBSI. Dimulai oleh Zamroni, mahasiswa semester V, yang menyarankan agar PKL Jurnalistik berikutnya dikelola lebih baik.

“Saya berharap PKL Jurnalistik tahun depan lebih terkonsep sehingga jadwal PKL tidak berbenturan dengan jadwal perkuliahan,” ujar Zamroni.

Mahasiswa semester V lainnya, Choirunisa, mengkritik target tinggi yang diterapkan dalam matakuliah Kewirausahaan. “Kami masih awam dalam berwirausaha. Dengan target keuntungan yang sangat tinggi, bisa saja kami memanipulasi data keuangan karna tidak pernah diminta menunjukkan uangnya,” kata Chairunisa.

Abror, mahasiswa semester VII, menyarankan agar ujian PPL dipercepat. “Sebaiknya ujian PPL tidak berselisih waktu terlalu lama sejak penarikan PPL,” ujar Abror.

Mahasiswa semester I, Hima, menyarankan para dosen lebih ketat ketika mengawas ujian agar tidak ada mahasiswa yang menyontek. “Saya berharap bapak ibu dosen lebih ketat lagi saat mengawas ujian agar mahasiswa tidak menyontek,” ujarnya.

Bondan, mahasiswa semester III, menyampaikan perihal sebuah matakuliah yang jumlah pertemuannya lebih sedikit daripada jumlah tanda tangan kehadiran. Menurutnya, hal tersebut merugikan mahasiswa. “Ada matakuliah yang dosennya jarang masuk, tapi tanda tangan mahasiswa penuh sehingga seolah-olah kegiatan perkuliahan berlangsung sesuai jadwal, padahal tidak,” ujarnya.

Dalam acara tersebut, Dekan FKIP, Prof. Dr. Sukarno, M.Si., juga menyampaikan beberapa hal. Salah satunya, ia meminta segenap mahasiswa mendoakan prodi yang sedang dalam proses reakreditasi. “Saat ini akreditasi prodi PBSI adalah B. Semoga pada reakreditasi kali ini prodi PBSI memperoleh akreditasi A,” ujar Sukarno di akhir acara.

[:]

[:id]Penerjunan PKL Jurnalistik Mahasiswa PBSI FKIP Untidar[:]

[:id]

FKIP-UNTIDAR (8/12). Setelah diberikan pembekalan pada hari selasa yang lalu, mahasiswa semester 5 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untidar diterjunkan ke media-media publikasi baik media cetak maupun elektronik di kota dan kabupaten Magelang. Penerjunan dilaksanakan pada tanggal 7 hingga 9 Desember 2016.

Adapun media yang menjadi mitra untuk Praktik Kerja Lapangan ini adalah Suara Merdeka, Radar Kedu, Magelang Ekspres, Majalah Dinamika, Radio Gemilang FM, Radio P-FM, Radio Magelang FM, Radio Unima, Humas Untidar, Humas UMM, dan Humas Pemkot Magelang. Setiap media menampung 1 sampai dengan 2 kelompok PKL yang masing-masing kelompok terdiri atas 10 mahasiswa.

Kegiatan ini merupakan pengaplikasian dari teori-teori yang mahasiswa dapatkan ketika di bangku kuliah, sehingga teori kejurnalistikan yang mahasiswa dapatkan perlu untuk diaplikasikan dalam dunia lapangan kerja. Beberapa media yang sudah dikunjungi di antaranya Magelang FM dan Majalah Dinamika.

PKL1

Salah satu DPL yang mengantar secara langsung mahasiswa PKL adalah Theresia Pinaka R.N.H., M.Pd. Saat penerjunan berlangsung, suasana kekeluargaan pun sangat terasa.  Kedatangan rombongan PKL di Magelang FM dan Majalah Dinamika disambut hangat oleh Yuliani Purwaningsih, S.Sos. selaku Kasi Persbit Media Dishub Kominfo Kota Magelang dan Indra N.U. Kasi Hubungan Dishub Kominfo.

Theresia menuturkan “dengan adanya praktik ini mahasiswa dapat mengaplikasikan teori-teori yang sudah didapat dalam matakuliah Jurnalistik, sehingga mahasiswa bisa mengetahui kondisi lapangan dari meliput acara hingga menyiarkannya dalam bentuk reportase.” Beliau mengharapkan setelah Praktik Kerja Lapangan ini keterampilan mahasiswa semakin bertambah dan dapat digunakan untuk menambah pengalaman. (WL)

[:]

VISITASI KINERJA PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UNTIDAR

FKIP-UNTIDAR (23/11). Setiap Program Studi tentu mendambakan mutu kinerja yang berkualitas. Oleh karena itu, untuk menjaga mutu kinerja di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untidar perlu dilakukan monitoring dan evaluasi. Rabu, 23 November 2016 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia divisitasi oleh Tim PJMU bertempat di Laboratorium Microteaching A berkenaan dengan kinerja prodi. Tim PJMU Universitas yang memonitoring dan mengevaluasi kinerja Prodi PBSI yakni Anis Rahmawati, S.T., M.T. dan Drs. Lorentino Togar Laut.

IMG-20161125-WA0000Monitoring dan Evaluasi dalam rangka visitasi kinerja prodi ini, dibuka oleh Dekan FKIP Prof. Dr. Sukarno, M.Si. Acara berlangsung hingga 6 jam dari pukul 08.00 sampai dengan 14.00 WIB. Drs. Hari Wahyono, M.Pd. selaku Wakil Dekan 1 Bidang Kemahasiswaan memaparkan kinerja di Prodi PBSI meliputi kegiatan perkuliahan, keikutsertaan dosen dalam kegiatan seminar baik nasional maupun internasional, silabus dan RPP yang dibuat oleh dosen sesuai dengan matakuliah yang diampu, keikutsertaan dosen dalam organisasi profesi, dan diktat perkuliahan dan buku yang dihasilkan oleh dosen, serta hasil karya mahasiswa pun di sajikan dalam visitasi kinerja tersebut beserta bukti-bukti fisiknya. Dr. Dwi Winarsih, M.Pd. sebagai Wakil Dekan II Bidang Keuangan pun memaparkan seputar anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan di Prodi PBSI dan kegiatan penelitian serta pengabdian kepada masyarakat.

Lorentinus mengungkapkan bahwa hasil kinerja Prodi PBSI FKIP Untidar pada indeks 1,86 dengan interval 1-3. Dari hasil tersebut, teridentifikasi bahwa kinerja di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sudah termasuk dalam kategori baik. Imam Baihaqi, M.A. dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pun menyampaikan harapannya “Semoga kualitas Prodi PBSI menjadi lebih baik lagi.” Di samping itu Molas Warsi N., M.Pd. pun menyampaikan bahwa sarana prasarana di Prodi PBSI lebih dilengkapi lagi dan disesuaikan dengan jumlah mahasiswa. (WL)