[:id]EDSA Jaring Maba Berkualitas Lewat Pemantapan Prodi[:en]EDSA Finds the Quality Freshmen through Pemantapan[:]

[:id]

Dalam rangka mengenalkan dan menjaring talenta mahasiswa baru dalam hal Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida), Mahasiswa Berprestasi (Mawapres), serta Duta Bahasa, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) FKIP menggelar acara Pemantapan (Penelusuran minat, bakat dan penalaran). Acara ini berlangsung dua hari yakni Sabtu – Minggu, 16-17 September 2017 di auditorium Untidar.

Penyelenggara, dalam hal ini English Department Student Association (EDSA) atau Himpunan Mahasiswa Prodi PBI mewajibkan seluruh mahasiswa baru PBI mengikuti acara Pemantapan. “Ini adalah acara rutin setiap tahunnya yang wajib diikuti mahasiswa baru. Maka bagi mahasiswa semester lalu yang belum ikut karena berbagai alasan, harus ikut pada tahun selanjutnya,” ungkap Yusuf Yuliyanto salah satu panitia Pembekalan. Total peserta yang mengikuti acara ini ada 124 mahasiswa baru dan 4 orang dari semester 3 yang belum mengikuti pemantapan pada tahun lalu.

Panitia mengundang pemateri dari dosen dan mahasiswa FKIP yang “mumpuni” dengan materi yang disajikan. “Misalnya untuk materi Peksimida diisi oleh Ganang Dwi Hadmojo salah satu mahasiswa PBSI semester 7, Ali Imron, M.A., serta Winda Candra Hantari, M.A. selaku dosen PBI. Ketiganya menjelaskan tentang pengertian Peksimida, cabang-cabang lombanya, tahapan-tahapan lomba, serta pengalaman ketiganya saat Peksimida pada tahun sebelumnya,” tambah Yusuf yang menjabat sebagai Sie Acara Pembekalan.

Selain itu pada Sabtu malam, dilaksanakan pula acara pentas seni yang masih dalam rangkaian acara Pemantapan sebagai ajang ekspresi mahasiswa dalam bidang kesenian. Yusuf menjelaskan, “Melalui serangkaian acara Pemantapan panitia berhasil mendata bakat mahasiswa baru terutama dalam hal kesenian yang bisa diikutkan Peksimida, serta bidang akademik yang bisa dijadikan calon pengikut lomba Debat, Mawapres, serta Duta Bahasa. “

Bibit-bibit unggul mahasiswa baru PBI ini, merupakan calon penerus generasi prodi yang akan dibina oleh pihak-pihak terkait sesuai bakat dan talenta yang dipunyai guna mempersiapkan diri di ajang perlombaan baik pada tingkat fakultas, universitas, daerah, bahkan nasional. (TP)

[:en]

In order to introduce and find the new students’ talent in Peksimida (local student’s art week), Mawapres (outstanding student) and Language Ambassador, English Education of FETT held pemantapan (the event of searching students’ interest, talent and reasoning). This event is held two days, Saturday and Sunday, 16th – 17th September 2017 in the aula of Universitas Tidar.

English Department Student Association (EDSA), as the committee, requires all freshmen of English Education to follow pemantapan. “It is an annual event that must be followed by the freshman. Then, for the sophomore who haven’t followed it yet because of some reasons, they must join this event now,” said Yusuf Yuliyanto, one of the committees. There are 124 freshmen and 4 sophomores that join this event.

The committee invited the lecturer and the competent student of FETT as the speaker in this event. “For Peksimida, we invited Ganag Dwi Hadmojo, a seventh semester student of Indonesia Education, Ali Imron, M.Hum., and Winda Candra Hantari, M.A., lecturers of English Education. They explained all about Peksimida, the branch of competition, the stages of competition and their experience in peksimida in the previous year,” added Yusuf, the event section in pemantapan.

Furthermore, on Saturday night, the art performance was held to give the students chance in performing art. Yusuf explained, “Through this event, the committee succeeded in recording the talents of new students, especially in art that can be included in Peksimida, and academic fields that can be included as a candidate of Debate, Mawapres, and Language Ambassador.

The quality freshmen of English Education are the new generations of English Education study program who will be guided based on their talent to prepare themselves in the competition in every level such as faculty, university, local and national. (AW)

[:]

[:id]Pemantapan Mahasiswa Prodi Pendidikan IPA[:en]79 New Students of Science Education Study Program Followed Student Debriefing[:]

[:id]

Dalam rangka memberikan bekal kepada mahasiswa baru terkait dengan kegiatan akademik dan non akademik di Prodi Pendidikan IPA, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP mengadakan kegiatan pemantapan mahasiswa Prodi Pendidikan IPA. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 29 – 30 September 2017 dan diikuti oleh semua mahasiswa baru Prodi Pendidikan IPA. Agenda dari kegiatan ini terdiri dari pemaparan materi, lomba, dan outbound.

Materi dalam kegiatan pemantapan ini meliputi materi tentang mahasiswa berprestasi, lomba karya tulis ilmiah (LKTI), dan pekan seni mahasiswa tingkat daerah (peksimida). Pemaparan materi disampaikan oleh dosen Prodi Pendidikan IPA. Selain paparan materi, kegiatan pemantapan juga dengan berbagai macam lomba meliputi lomba olimpiade sains, lomba karya tulis ilmiah, dan lomba peksimida. Lomba-lomba tersebut diadakan untuk mengenalkan secara teknis pelaksanaan lomba dan melihat bakat minat mahasiswa baru Prodi Pendidikan IPA. Lomba olimpiade sains diadakan dengan seleksi secara individu pada semua peserta, LKTI dilakukan secara team, dan lomba peksimida dilakukan dengan perwakilan tiap kelas. Sebagai kegiatan keakraban antarmahasiswa pendidikan IPA, BEM FKIP mengadakan acara pengakraban mahasiswa baru dan kegiatan outbound. Setelah mengikuti kegiatan pemantapan ini, harapannya mahasiswa dapat lebih akrab dengan teman seangkatan dan mendapat tambahan motivasi dalam melaksanakan kegiatan akademik dan non akademik di Prodi Pendidikan IPA.(ET)

[:en]

On September 29th to September 30th 2017, Science Education Study Program held a debriefing . The event allowed the new students of Science Education Study Program to process and reflect on their experience on  both academicaly and non-academicaly. It was held by Students Executive board of FETT (Faculty of Education and Teacher’s Training) and followed by all new students of Science Education Study Program. There was several activities held in the event such as material presentation, competition, and also outbound activities.

The material presented in this event covered several important materials. Those materials were related to the students’ activity at campus, such as student competition, paper competition, and regional student art week (Peksimida) tingkat daerah (peksimida). The material was presented by lecturers of Science Education Study Program. Beside the presentation, this event was continued to other activities included science olympic competition, paper competition, and Peksimida competition. The main goal of holding those competitions were for introducing the students about the competition procedure and for finding any talents from the students.

The science olympic competition itself was held by conducting an individual selection for all students. While for the paper  conducted for team and class’ representative. In the other hand, this event was also with outbond activity. Through this event, the new students of Science Education Study Program can be closer to each other and motivated in doing activities at campus. (ET-NA)

[:]

ENGLISH WEEK COMPETITION: UPGRADE YOUR ABILITY, SHOW YOUR CREATIVITY

[:id]

EDSA FKIP Untidar pekan ini menyelenggarakan English Week. Acara yang berlangsung mulai tanggal 25 September – 28 September 2017 ini diantaranya pembukaan dan lomba Spelling Bee (Senin, 25 sept 2017), News anchor (Selasa, 26 sept 2017),  Speech dan deadline pengiriman esai (Rabu, 27 sept 2017), dan Debate Competition (Kamis, 28 sept 2017).

Acara tersebut diselenggarakan sebagai wadah bagi mahasiswa PBI untuk menyalurkan kemampuan mereka di bidang yang terkait dengan bahasa inggris. Ahmad Ruhin Hidayat, mahasiswa PBI Semester 5, selaku ketua English Week Competition, mengatakan “Meski belum semua bidang terwakili tapi semoga saja karena baru pertama kali akan terus berkembang di tahun-tahun mendatang. Dan ini juga sebagai penjaringan untuk mahasiswa baru mana yang terlihat aktif untuk bisa diajak bergabung ke EDSA.”

Meski persiapan yang dilakukan oleh EDSA belum maksimal, total peserta yang mengikuti acara tersebut mencapai 104 peserta. Sebenarnya, peminat dari mahasiswa non-PBI sangat banyak, akan tetapi mengingat terbatasnya persiapan jadi untuk tahun ini baru untuk mahasiswa PBI.

Sri Sarwanti, M.Hum., selaku juri dalam Spelling Bee Competition, menyampaikan “Saya senang melihat antusisme anak-anak. Mereka bersemangat. Pronunciation mereka bagus, meski ada beberapa yang sudah baik namun kurang pas. Over all, dapat dikatakan acaranya sukses.”

Berdasarkan wawancara dengan ketua panitia English Week Competition, akan ada hadiah berupa uang pembinaan bagi 3 besar pemenang. Ahmad Ruhin mengatakan, “Alhamdulillah senang banget ma’am, namanya acara ya pasti ada kekurangan tapi melihat persiapan yang hanya seminggu dan jumlah peserta yang sudah lumayan ya bisa dibilang cukup puas lah ma’am. Meski masih banyak hal yang harus diperbaiki lagi.” (ER)

[:en]

EDSA FKIP Untidar pekan ini menyelenggarakan English Week. Acara yang berlangsung mulai tanggal 25 September – 28 September 2017 ini diantaranya pembukaan dan lomba Spelling Bee (Senin, 25 sept 2017), News anchor (Selasa, 26 sept 2017),  Speech dan deadline pengiriman esai (Rabu, 27 sept 2017), dan Debate Competition (Kamis, 28 sept 2017).

Acara tersebut diselenggarakan sebagai wadah bagi mahasiswa PBI untuk menyalurkan kemampuan mereka di bidang yang terkait dengan bahasa inggris. Ahmad Ruhin Hidayat, mahasiswa PBI Semester 5, selaku ketua English Week Competition, mengatakan “Meski belum semua bidang terwakili tapi semoga saja karena baru pertama kali akan terus berkembang di tahun-tahun mendatang. Dan ini juga sebagai penjaringan untuk mahasiswa baru mana yang terlihat aktif untuk bisa diajak bergabung ke EDSA.”

Meski persiapan yang dilakukan oleh EDSA belum maksimal, total peserta yang mengikuti acara tersebut mencapai 104 peserta. Sebenarnya, peminat dari mahasiswa non-PBI sangat banyak, akan tetapi mengingat terbatasnya persiapan jadi untuk tahun ini baru untuk mahasiswa PBI.

Sri Sarwanti, M.Hum., selaku juri dalam Spelling Bee Competition, menyampaikan “Saya senang melihat antusisme anak-anak. Mereka bersemangat. Pronunciation mereka bagus, meski ada beberapa yang sudah baik namun kurang pas. Over all, dapat dikatakan acaranya sukses.”

Berdasarkan wawancara dengan ketua panitia English Week Competition, akan ada hadiah berupa uang pembinaan bagi 3 besar pemenang. Ahmad Ruhin mengatakan, “Alhamdulillah senang banget ma’am, namanya acara ya pasti ada kekurangan tapi melihat persiapan yang hanya seminggu dan jumlah peserta yang sudah lumayan ya bisa dibilang cukup puas lah ma’am. Meski masih banyak hal yang harus diperbaiki lagi.” (ER)

ENGLISH WEEK COMPETITION: UPGRADE YOUR ABILITY, SHOW YOUR CREATIVITY

EDSA (English Department Students Association) held English Week this week. The event was started from September 25th – 28th, 2017. The events included spelling bee competition (Monday, September 25th 2017), News Anchor competition (Tuesday, September 26th, 2017), Speech competition and essay’s deadline submission (Wednesday, September 27th, 2017), and debate competition (Thursday, September 28th, 2017).

This event was held as place for English department students to express their talent related to English. Ahmad Ruhin, chairman of English Week Competition, said “although it still can’t reach all sectors, it is hoped it will develop next years. In here, we also select active students to be next generation of EDSA.”

Even though the preparation was not maximum, there were 104 participants who joined this event. Due to limited time in preparing this event, the participant who comes from outside English department unfortunately cannot join this event.

Sri Sarwanti, M.Hum, as a judge of Spelling Bee competition, said “I like to see students’ enthusiasm. They are exciting in joining this event. Their pronunciation is good, even some of them are still inappropriate. Over all, it can be said their event was successful.”

In interview with chairman of English Week, he said that there were prizes for 3 winners for each competition. “Alhamdulillah I am so happy ma’am. We only prepared this event for only a week. I am satisfied with the lot of participants who joined this event, even there were lot things need to repaired.”(GF)

[:]

[:id]Ingin Jadi Inspirasi Tidar Muda, Mahasiswa PBI Ikuti Ajang Duta Wisata Mas Mbak Magelang 2017[:]

[:id]

Menjadi mahasiswa tingkat akhir tidak menjadikan Achmad Mursid seseorang yang pasif dalam berkegiatan baik di dalam maupun di luar kampus. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaannya dalam Lomba Pencarian Duta Wisata Kabupaten Magelang tahun 2017 atau Mas Mbak Magelang 2017. Pria yang sedang menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) ini penuh motivasi mengikuti ajang tersebut dengan segala talenta yang dimilikinya. “Memang ingin memajukan pariwisata di Kabupaten Magelang agar pariwisata dan budaya bisa menjadi salah satu destinasi wisatawan Indonesia ataupun Mancanegara dan tentunya anak mudalah yang melestarikan serta memajukannya,” kata Mursid saat menjelaskan latar belakangnya mengikuti kompetisi ini.

Tidak hanya Achmad Mursid saja yang berhasil masuk menjadi Finalis Mas Mbak Magelang 2017, masih ada tiga Tidar Muda siap bersaing pada ajang pencarian Duta Wisata Kabupaten Magelang yang kesemuanya dari prodi PBI FKIP. Mereka adalah Amalia Nisaul Haqi, Nikodemus Iman Prabowo, dan Ardi Anggara. Apa yang telah dilakukan para mahasiswa ini merupakan bentuk kecintaan terhadap tempat mereka tinggal dan hidup selama ini yakni Kabupaten Magelang. Melalui aksi nyata ini, para Tidar Muda telah memberi kontribusi kepada Universitas Tidar umumnya dan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris – FKIP pada khususnya untuk mengharumkan nama almamaternya. Hal ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi seluruh warga FKIP bahkan universitas. Untuk itulah seluruh keluarga FKIP harus turut mendukung kerja keras yang dilakukan Mursid guna mengharumkan nama kampus dan jurusannya.

Ditanya mengenai kelebihan yang ada pada dirinya, Mursid mengaku bisa berbahasa Jawa dan Inggris secara aktif. Selain itu motivasinya mengikuti ajang ini karena dirinya merasa tergerak untuk merangkul anak muda agar lebih cinta budaya dan pariwisata di Kabupaten Magelang. Dari hal itulah dirinya optimis untuk mencapai hasil yang terbaik. “Optimis sih pasti, tapi semua saya serahkan sama Tuhan. Apapun hasilnya tetap saya terima, yang jelas saya menikmati setiap prosesnya.”

Menjadi Duta Wisata Kabupaten Magelang bukanlah hal yang mudah. Ada tugas berat telah menanti yang dibebankan di pundak seseorang yang menjabat sebagai Mas Mbak Magelang. “Jika saya menang hal pertama yang akan saya lakukan secara nyata adalah memberikan bimbingan dan konseling tentang pemanfaatan sumber daya di sekitar kita yang nantinya bisa dijadikan mata pencaharian warga lokal, serta menanamkan rasa cinta lingkungan dengan cara membuang sampah pada tempatnya,” janjinya ketika nanti Mursid terpilih menjadi Duta Wisata Kabupaten Magelang 2017.

Terakhir, Mursid ingin mencari pendukung sebanyak-banyaknya terutama seluruh anggota keluarga besar FKIP, “Mohon doa dan dukungannya kepada seluruh teman-teman di FKIP dan Universitas Tidar baik mahasiswa ataupun dosen, supaya kami sebagai wakil mahasiswa Untidar diberi kelancaran dan kemudahan serta hasil yang maksimal yakni menjadi Duta Wisata Kabupaten Magelang 2017. Dukung juga supaya salah satu dari kami bisa dinobatkan sebagai juara favorit dengan cara membeli like pada postingan di akun instagram @masmbak.magelang.” Sebagai informasi malam Grand Final akan dilaksanakan pada hari Jumat, 15 September 2017 di Atrium Armada Town Square (Artos Mall) mulai pk 19.00 WIB dan terbuka untuk umum. Jangan lupa untuk mendukung berikan like sebanyak-banyaknya sebelum pukul 19.00 WIB. (TP)

[:]

[:id]Gelar Sastra: Agenda Tahunan Parade Sastra Himpro PBSI[:en]Literary Degrees: The Annual Agenda of The HIMPRO PBSI Literary Parade[:]

[:id]

Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Himpro PBSI) mengadakan acara Gelar Sastra dengan tema “Jerait Sastra untuk Segenap Rasa” pada Selasa malam (12/9). Acara tersebut diisi dengan 26 penampilan sastra dari Mahasiswa Untidar dan komunitas sastra lainnya.

“Peserta acara ini sangat banyak dan meningkat dari tahun lalu. Dulu, gelar sastra merupakan acara yang seolah milik mahasiswa PBSI saja, lalu meningkat dimeriahkan oleh mahasiswa se-universitas. Tahun ini, gelar sastra dihadiri oleh penikmat sastra dari masyarakat umum, seperti Mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang sedang praktik mengajar di Kota Magelang, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, serta Komunitas Sastra dari Magelang dan Temanggung. Hal tersebut merupakan kebanggan bagi kami,” tutur Mohammad Dwi raharjo, Ketua Himpro PBSI saat memberikan sambutan.

Malam ini berbagai jenis kegiatan sastra ditampilkan oleh Mahasiswa Untidar maupun masyarakat umum dan para tamu undangan. Kegiatan tersebut berupa musikalisasi puisi, teater, monolog, menyanyi solo dan grup, serta stand up comedy.

Sastrawan Magelang saperti Gepeng dan E.S. Wibowo turut membacakan puisi mereka. Selain itu, Komunitas Sastra Temanggung, KSS3G, juga turut tampil bernyanyi dan membacakan puisi. Acara yang berlangsung pukul 19.00 – 23.30 WIB tersebut sangat meriah dengan kehadiran sekitar 300 orang peserta. Masyarakat umum yang datang seperti Mahasiswa Unnes juga berkenan membacakan satu puisi.

“Kami sangat bersyukur dengan banyaknya peserta yang datang. Kami berharap tahun depan akan lebih meriah lagi dengan penampilan dari sastrawan-sastrawan lainnya. Acara ini merupakan agenda tahunan Himpro PBSI untuk menggemakan semarak mencintai dan mengapresiasi karya sastra,” ujar Muh. Ikhsan, Mahasiswa Semester 3 PBSI sekaligus ketua panitia. WJ

[:en]

Student Association of Language and Literature Education Study Program (Himpro PBSI) held a Literary Degree event with the theme ” Jerait Sastra untuk Segenap Rasa” on Tuesday night (12/9). The event was filled with 26 literary performances from Untidar students and other literary communities.

“Many participants attend this event and increase from last year. In the past, literature was an event that seemed to belong to PBSI students only, then increased enlivened by university students. This year, the literary title was attended by literary connoisseurs from the general public, such as the State University of Semarang students who are doing teaching practice in Magelang City, University of Muhammadiyah Malang students, and the Literary Community from Magelang and Temanggung. It is a pride for us, “said Mohammad Dwi Raharjo, Chairman of Himpro PBSI when giving a speech.

Tonight various types of literary activities are featured by Untidar students as well as the general public and invited guests. The activities are musical poems, theater, monologue, solo singing and group, as well as stand up comedy.

Magelang writers like Gepeng and E.S. Wibowo also recited their poems. In addition, the Community of Temanggung Literature, KSS3G, also performed singing and reciting poetry. The event which is held at 19.00 – 23.30 p.m. was very festive with the presence of about 300 participants. The common people who come like Unnes students are also willing to read a poem.

“We are very grateful with the many participants who came. We hope next year will be more lively again with the performance of other writers. This event is an annual agenda of Himpro PBSI to echo the love and appreciation of the literary works, “said Muh. Ikhsan, PBSI third semester student and chairman of the committee. (ER)

[:]

[:id]Himpro PBSI Gelar Seminar Sastra untuk Membangun Toleransi[:en]FETT: HIMPRO PBSI Holds a Seminar on Literature to Build Tolerance[:]

[:id]

Selasa (12/9) suara gemuruh terdengar dari Auditorium Universitas Tidar. Pagi itu, Himpunan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Himpro PBSI) menggelar Seminar Sastra bertema “Membangun Sikap Toleransi Melalui Pengajaran Sastra”. Acara tersebut dihadiri oleh sastrawan nasional Sosiawan Leak dan pengajar sastra andal Maria Utami sebagai narasumber.

Setyo Herbi, Ketua Panitia, mengatakan acara tersebut merupakan agenda rutin Himpro PBSI. Gelaran seminar sastra kali ini memiliki tema tersebut mengingat Negara Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada permasalahan perihal toleransi, khususnya dalam hal agama.

Dengan kasih sayang kita simpan bedil dan kelewang, kutipan puisi Rendra tersebut menggambarkan toleransi yang sangat tinggi. Sikap lembut dan kasih sayang merupakan fondasi utama toleransi,” kata Sosiawan Leak saat membuka materi. Selanjutnya, sastrawan asal Solo tersebut menjelaskan sikap toleransi dapat dibangun dengan kebebasan berekspresi dan tidak memaksakan kehendak.

Acara yang dihadiri oleh mahasiswa dari Untidar, Universitas Muhammadiyah Malang, dan ISI Yogyakarta ini semakin semarak setelah narasumber kedua M.A. Utami Eko Putranti memberikan penjelasan pengajaran sastra yang menarik melalui penggunaan majas dengan metode unduh kata. Guru Bahasa Indonesia berprestasi asal Kabupaten Semarang tersebut menekankan bahwa melalui sastra seorang guru dapat mengajarkan toleransi kepada peseta didiknya.

Dengan Sastra, Kita Bangun Toleransi

Sejak acara dibuka oleh Prof. Dr. Sukarno, M.Si, Dekan FKIP, kemeriahan acara memang sudah sangat terasa. Apalagi, bengkel seni juga menampilkan teater yang sangat memukau ditambah puisi Makna Cinta yang dideklamasikan dengan penuh penghayatan oleh Sosiawan Leak. Sastrawan Bambang Eka dan Maria Utami juga turut membacakan puisi pada akhir acara tersebut.

Leak mengatakan toleransi perlu dibangun dengan fakta artistik dan imajinatif dalam suatu karya sastra agar menarik untuk dinikmati. Beliau juga menambahkan beberapa karya sastra sudah dibangun untuk mengajarkan toleransi, seperti novel Ayah karya Andrea Hirata, Gajah Mada: Madakaripura Hamukri Moksa karya Langit Kresnadi Hariadi, dan Puisi TIga Perempuan Membawa Tuhan karya Maman S. Mahayana.

Beberapa mahasiswa mengaku seminar tersebut sangat menyenangkan. “Saya mendapatkan banyak sekali informasi tentang manfaat belajar sastra sehingga makin tertarik untuk membaca karya sastra,” kata Widya Mega Anggara, Mahasiswa PBSI Semester 1. Koordinator PBSI, Rangga Asmara, M.Pd., berharap Himaprodi selalu konsisten untuk mengadakan acara yang bermanfaat menguatkan profil lulusan, seperti kajian satra semacam ini. WJ

[:en]

 Tuesday (12/9), a roar sounded from the Auditorium of Tidar University. That morning, the Indonesian Language and Literature Education Study Program (Himpro PBSI) held a Literary Seminar entitled “Building Tolerance Through Literary Teaching”. The event was attended by national writer, Sosiawan Leak and literary instructor, Maria Utami as keynote speakers.

Setyo Herbi, Chairman of the Committee, said the event was a routine agenda of Himpro PBSI. This seminar of literature has its theme since Indonesia is currently faced with the problem of tolerance, especially in the case of religion.

“With our compassionate shade of the rifle and kelewang, the quotation of Rendra’s poem represents a very high tolerance. Gentle attitude and affection is the main foundation of tolerance, “said Sosiawan Leak when opening the material. Furthermore, the writer from Solo explained that tolerance can be built with freedom of expression and not impose the will.

The event attended by students from Untidar, University of Muhammadiyah Malang, and ISI Yogyakarta was more vibrant after the second speaker, M.A. Utami Eko Putranti, provides an interesting explanation of the teaching of literature through the use of figure of speech by the method of downloading words. She said that through a teacher’s literature, the teacher can teach tolerance to the students.

WE BUILD TOLERANCE THROUGH LITERATURE

Since the event was opened by Prof. Dr. Sukarno, M.Si, Dean of FETT, the festivity of the event was already very felt. Moreover, the art workshop also features a stunning theater and the poetry of the Meaning of Love which was declared with full appreciation by Sosiawan Leak. Bambang Eka and Maria Utami also read poetry at the end of the event.

Leak says tolerance needs to be built with artistic and imaginative facts in a literary work to be interesting to enjoy. He also added that several literary works have been built to teach tolerance, such as the novel by Andrea Hirata, Gajah Mada: Madakaripura Hamukri Moksa by Langit Kresnadi Hariadi, and Tiga Perempuan Membawa Tuhan Poem by Maman S. Mahayana.

Some students admitted the seminar was very enjoyable. “I get a lot of information about the benefits of literary learning so that more interested to read literary works,” said Widya Mega Anggara, PBSI Students Semester 1. PBSI Coordinator, Rangga Asmara, M.Pd., hopes Himaprodi always consistent to hold a useful event to strengthen profile of graduates, such as this kind of literature study. (ER)

[:]

[:id]Jaga Kualitas, FKIP Menerima Kunjungan Monitoring Internal dari Tim Penjaminan Mutu Untidar[:en]A Visit from PJM: Keeping and Maintaining the Quality of FETT[:]

[:id]

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menerima kunjungan monitoring dan evaluasi dari Tim Penjaminan Mutu Universitas pada Kamis (31/7). Tim PJM disambut oleh Dekan FKIP, Prof. Dr. Sukarno, M.Si, di ruang microteaching. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di-monitoring oleh Anis Rakhmawati, S.T., M.T (Dosen S1 Teknik Mesin) dan Drs. Lorentino Togar Laut (Dosen S1 Ekonomi Pembangunan). Di tempat terpisah, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di-monitoring oleh Wandi Arnandi, S.T., M.Eng. (Dosen D3 Teknik Mesin) dan Ir. Yulia Eko Susilowati, M.P. (Dosen S1 Agroteknologi).

“Pada dasarnya, unit penjaminan mutu di bawah Lembaga Penjaminan Mutu, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat Untidar berusaha mengadakan penilaian internal kepada tiap prodi. Tujuannya agar kualitas prodi terjaga dan terbantu saat akreditasi nantinya. Jadi, hal yang dievaluasi adalah 7 standar sesuai dengan boring akreditas,” kata Drs. Lorentinus Togar Laut saat memberikan sambutan sebelum menilai PBSI.

“Kami menyambut baik kedatangan para reviewer dan kami melaporkan bahwa perkuliahan di FKIP ini relative tertib. Semua dosen mengajar selama 16 kali pertemuan. Sebagian besar juga melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat. Ada dosen yang tidak meneliti, tetapi menjadi pemakalah di seminar internasional,” ujar Prof. Dr. Sukarno, M.Si. saat menyambut para reviewer.

Hal-hal yang dinilai saat monev internal dari penjaminan mutu Untidar adalah 7 standar dari borang akreditasi sarjana. Ketujuh standar tersebut meliputi: visi misi, tata pamong, mahasiswa dan lulusan, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, serta penelitian dan pengabdian masyarakat. Ketujuh standar tersebut akan disesuaikan dengan program fakultas. Lalu, tim penjaminan mutu juga mendakan simulasi nilai sesuai dengan standar akreditasi.

“Dokumen yang dimiliki prodi sudah sangat lengkap. Hal ini akan sangat mendukung akreditasi prodi yang akan 2019 mendatang. Semoga sukses,” tutur Ir. Yulia Eko Susilowati, M.P., reviewer PBI.

Kegiatan monev internal tersebut dipandu oleh koordinator prodi masing-masing. PBSI dipandu oleh Rangga Asmara, M.Pd., dan PBI Moch. Malik Al Firdaus, M.Pd. Acara tersebut berlangsung pukul 08.00 sampai dengan 12.00 WIB dan diikuti oleh dosen-dosen FKIP. Dosen prodi baru di FKIP, Pendidikan IPA juga mengikuti acara tersebut untuk menambah pengetahuan akreditasi prodi 2 tahun yang akan datang.

[:en]

FETT (Faculty of Education and Teacher’s Training) accepted a visit for monitoring and evaluation (monev) from Center for Quality Assurance (PJM) of Tidar University  on Thursday, 31st August 2017.  The team was welcomed warmly by the Dean of FETT, Prof. Dr. Sukarno., M. Si., at Microteaching Room of FETT. There were two evaluators who monitored and evaluated Indonesian Language and Literature Education Study Program (PBSI), they were Anis Rakhmawati, S.T., M.T (lecturer of Faculty of Engineering) and Drs. Lorentino Togar Laut (lecturer of Economic Faculty). In the other hand, English Education Study Program (PBI) was monitored and evaluated Wandi Arnandi, S.T., M.Eng. (lecturer of Faculty of Engineering) and Ir. Yulia Eko Susilowati, M.P. (lecturer of Faculty of Agriculture).

“Basically, the Quality Assurance Unit is working under the Institute of Research, Community Service, and Education Standard of Tidar University (LPPM-PMP) The team tries to conduct monev in every study programs at Tidar University. It is to maintain the quality of the study programs and is helpful for their accreditation.  The team evaluated seven standards based on accreditation forms,” explained Drs. Lorentinus Togar Laut.

“We ,ofcourse, accept the team and we also report that the lectures at FETT runs well. All of the lecturers hold the lectures for sixteen meetings. Most of them also conduct reasearch and community service. There is only few of them who don’t conduct research but they still become presenters on international seminar,” said Prof. Dr. Sukarno, M.Si.

The elements evaluated by the team were based on seven standards of the accreditation form. Those seven standards include: 1. Vision, Mission, Goal and Target, Strategy, 2. Government, Leaderships, Management System and Quality Assurance, 3. Students and Graduates, 4. Human Resources, 5. Curriculum, Learning Process and Academic Atmosphere, 6. Funding, Facilities, and Information System, and 7. Research, Community Service and Cooperation. Those standards were suited to the faculty program. Then, the team held a simulation for scoring based on the standards.

“Our documents have been completed. It will be a real support for next study program accreditation which will be held in 2019.” said Ir. Yulia Eko Susilowati, M.P.

The monev event was guided by the coordinators of PBSI and PBI, Rangga Asmara, M.Pd., is for PBSI and Moch. Malik Al Firdaus, M.Pd., is for PBI. It had been lasted from 8 a. m. until 12 p. m., and been followed by the lecturers of FETT. Some new lecturers from Science Education Study Program also joined on the event to gain knowledge and experience about accreditation for their study program accreditation which will be held in the next two years. (WJ-NA).

[:]

[:id]Cek, Ini Plus Minus Simokul Pandangan Dosen dan Mahasiswa ![:en]FETT: Sights of SIMOKUL[:]

[:id]

Inovasi kembali dilakukan Universitas Tidar demi mewujudkan visi universitas dalam mengembangkan teknologi. Inovasi tersebut dikemas dalam bentuk SIMOKUL kepanjangan dari Sistem Monitoring Kuliah. Seperti namanya, sistem ini mengatur proses pembelajaran secara keseluruhan yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa. Fitur yang terdapat dalam SIMOKUL antara lain kelas, jadwal mengajar, rekap dosen, dan RPS. Sistem yang baru digunakan pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 ini membuat dosen dan mahasiswa lebih tertib dan disiplin dalam pengadministrasian kuliah.

“Satu kata untuk SIMOKUL, Modern!” kata Eko Juliyanto, M.Pd. salah satu dosen Prodi Pendidikan IPA FKIP. Melalui sistem ini membuat mutu dari pelaksanaan kuliah menjadi terjamin. Dosen diwajibkan untuk membuat Rencana Pembelajaran Semester (RPS) sebelum mengawali proses pembelajaran selama satu semester dan diunggah dalam sistem. Jika RPS tidak diunggah dalam sistem, perkuliahan tidak dapat dilaksanakan. RPS untuk satu matakuliah harus sama meskipun diampu oleh dosen yang berbeda. “Saran saja sih, saat upload RPS kalau bisa ya di-simple-kan lagi, misalnya dalam satu dokumen word sudah langsung bisa terbaca sistem. Kalau memasukkan per item seperti kemampuan yang diharapkan, bahan kajian, waktu, evaluasi dan itu selama 14x pertemuan kan cukup memakan waktu, padahal kita sudah buat disesuaikan format yang sama juga dalam bentuk tabel. Namun kalau dilihat sisi positifnya ya kita jadi bisa lebih teliti saat meng-input sekaligus bisa dibaca ulang dan diedit kembali,” tambahnya.

Di lain pihak, Molas Warsi, M.Pd. dosen Prodi PBSI FKIP ini berpendapat bahwa inovasi yang dilakukan Untidar membuatnya bersaing dengan universitas lain terkait program dan sistem yang baru dengan monitoring kuliah. Selain itu jika diamati secara mendalam ada banyak kemudahan saat menerapkan SIMOKUL. “Namanya sistem baru ya masih ada beberapa kekurangan, misalnya saja saat perkuliahan dilaksanakan di luar maka tidak bisa menginput presensi dan jurnal perkuliahan secara online. Mungkin sebaiknya bisa ditinjau ulang dan diperbaiki lagi kelemahan-kelemahan tersebut supaya bisa memudahkan semuanya,” terangnya.

Berbeda dengan yang dikatakan Retma Sari, M.Pd. dosen Prodi PBI FKIP, “Sebagai dosen juga harus bijaksana dalam menghadapi sistem yang baru, jika ada kekurangan harus dipertimbangkan matang-matang. Misalnya saja sistem ini menuntut adanya koneksi cepat internet yang selalu available. Kalau dosen dan mahasiswa sudah disiplin waktu tapi koneksi internet buruk sama saja itu menjadi penghambat proses pembelajaran karena fokus untuk masuk ke sistem online tadi.” Baginya SIMOKUL merupakan konsep pembelajaran dan pengajaran yang menomorsatukan kedisiplinan baik dari segi dosen maupun mahasiswa. SIMOKUL adalah bentuk balancing yang sinergi antara keinginan mahasiwa dan dosen, sehingga target pembelajaran, metode, dan aturan seperti yang diharapkan bisa diupayakan semaksimal mungkin.

Dilihat dari sudut pandang mahasiswa, presensi yang dilakukan secara online dianggap kurang luwes karena hanya terdapat dua pilihan yakni datang dan tidak datang. “Kalau seperti itu jadi susah bagaimana kalau kita sakit atau ijin karena keperluan mendadak yang tidak bisa ditinggalkan? Jadi semoga saja semester depan bisa diperbaiki ada kolom sakit dan ijin,” ungkap Anggun Fibriya Sari mahasiswa semester 3 PBSI. Selain itu Wahyu Desi Yuliani merasa kasihan dengan dosen-dosen yang dibebani dengan sistem online. “Biasanya dosen yang kurang mampu mengoperasikan teknologi meminta bantuan dari dosen lain, padahal kan tidak selamanya ada orang yang bisa membantu setiap saat, jadi sebaiknya sistem itu dibuat sesederhana mungkin saja.”

Sebagai informasi, dalam sistem tersebut dosen diwajibkan untuk membuka kelas secara tepat waktu dan hanya pada jadwal yang telah diatur. Sistem tidak bisa dibuka ketika dosen tidak ada jam mengajar pada hari tersebut. Pada intinya sistem ini bisa memonitoring keterlambatan waktu membuka atau menutup proses pembelajaran. Presensi mahasiswa yang dilakukan secara online turut mengantisipasi adanya tangan jail mahasiswa yang bisa “titip absen” pada temannya saat presensi manual menggunakan tanda tangan.  Saat proses pembelajaran berakhirpun sistem akan meminta dua mahasiswa yang dipilih secara acak untuk memvalidasi sebagai bukti bahwa perkuliahan tersebut benar-benar telah berlangsung secara nyata. (TP)

[:en]

An innovation is done by Tidar University in order to realize the university’s vision in developing technology. The innovation can be seen in the form of SIMOKUL stands for Sistem Monitoring Kuliah or Lecture Monitoring System. As the name suggests, this system regulates the overall learning process undertaken by lecturers and students. The features contained in SIMOKUL include classroom, teaching schedule, lecturer recap, and RPS. The new system is used in the odd semester of the Academic Year of 2017.

SIMOKUL is Modern!” Said Eko Juliyanto, M.Pd. one of the lecturers of Science Education Study Program in Faculty of Education and Teachers’ Training. This system makes the quality of the implementation of the lecture to be guaranteed. Lecturers are required to make RPS before starting the learning process for one semester and uploaded in the system. If RPS is not uploaded in the system, lectures cannot be performed. The RPS for one course should be the same although it is managed by different lecturers. “My suggestion is making the uploading system simpler so that there will be effective time in uploading the RPS, “he added.

On the other hand, Molas Warsi, M.Pd. lecturer of PBSI Study Program believes that the innovation can be useful for Tidar University in order to compete with other universities related to new programs and systems by doing lectures monitoring. However, there are still negative impact in implementing SIMOKUL. “It should be understood that a new system always has barriers, such as the outdoor lectures may find difficulty in accessing the system. That is why, the system should be reviewed and re-evaluated,” she explained.

On the contrary, Retma Sari, M.Pd., lecturer of English Education Study Program argues “A lecturer should be wise in facing the new system, if any shortcomings should be considered carefully. For example, this system requires a fast internet connection that should be available anytime. Furthermore, this system also require the students and lecturers discipline.”

On the other hand, from the point of view of the students, online presence is considered less flexible because there are only two choices of presence and absent, no choice for sick or other reasons in leaving of absence. Hopefully, the next semester can be fixed there is a column of sickness and permission, “said Anggun Fibriya Sari student of 3rd Semester of PBSI. In addition Wahyu Desi Yuliani feels sorry for the lecturers who are burdened with the online system. “Usually lecturers who are less able to operate the technology ask for help from other lecturers, but not always there are people who can help at any time, so it should be made as simple as possible.” (ER)

[:]

[:id]Dua Orang Dosen FKIP Ikuti Simposium BIPA[:en]FETT Lectures Join in Symposium of BIPA[:]

[:id]

YOGYAKARTA. Dosen FKIP Untidar ikuti program Simposium Internasional Pengajaran Bahsa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) yang diselenggarakan pada hari Rabu-Kamis tanggal 23 s.d. 24 Agustus 2017 di hotel Inna Garuda Yogyakarta. Di dalam kegiatan yang dibuka oleh Prof. Emi Emilia, M.Ed., Ph.D. selaku Kepala Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK), disampaikan bahwa tujuan penyelenggaraan Simposium Internasional Pengajaran BIPA ini adalah untuk menyelaraskan wawasan pengajar dan pegiat BIPA di dalam dan di luar Indonesia guna menjamin mutu pengajaran BIPA, memperluas jejaring pengembangan program BIPA, serta merangkum gagasan para praktisi pengajaran BIPA sebagai bahan perumusan strategi pengajaran dan pengembangan bahan ajar yang berorientasi pada karakteristik dan kebutuhan pemelajar BIPA.

Dalam kegiatan yang mengusung tema “Membingkai Mosaik Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing” ini, PPSDK mengundang praktisi dari sejumlah lembaga penyelenggara program BIPA di sepuluh negara, seperti (1) Siriporn Maneechukate (Maejo University, Thailand), (2) Gao Shiyuan (Beijing Foreign Studies University, Cina), (3) koh Young Hun (Hankuk University of Foreign Studies, Korea Selatan), (4) Nguyen Thanh Tuan (University of Social Science and Humanities, Vietnam), (5) Hara Mayuko (Osaka University, Jepang), (6) Antonia Soriente (Università Degli Studi di Napoli L’Orientale, Italia), (7) Christa Saloh-Foerster (Universität Boon, Jerman), (8) Tata Survi (Balai Bahasa Victoriam Australia), (9) Tamrin Subagyo (Suez Canal University, Mesir), (10) Margaretha Sudarsih (Defense Language Institute Foreign Language Center, Amerika Serikat), (11) Indriyono Sukmono (Yale University, Amerika Serikat), (12) Elisabeth Arti Wulandari (University of Montana, Amerika Serikat dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta). Kedua belas praktisi tersebut memaparkan kondisi lapangan pengajaran BIPA di masing-masing negara. Hasil simposium selanjutnya akan dimanfaatkan sebagai bahan kajian penguatan strategi penyebaran bahasa negara untuk menepatgunakan upaya peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. (WR)

[:en]

[FKIP-07/09/2017] – Two lectures from Faculty of Education and Teacher’s Training (FETT) Tidar University joined in International Syposium of Bahasa Indonesia for Foreign Speaker (BIPA). The event held by Center of Strategy and Language Diplomacy Development  of the Ministry of Education and Culture of Republic of Indonesia (PPSDK) was taken place from Wednesday 23rd August 2017 to Thusrday 24th Augugst 2017 in Inn Garuda Yogyakarta. The Head of the Center of Strategy and Language Diplomacy Development  of the Ministry of Education and Culture of Republic of Indonesia, Prof. Emi Emilia, M.Ed. She delivered some main aims of this year International Syposium, such as  to align the insights of teachers and BIPA activists both in Indonesia and outside of Indonesia, to ensure the quality of teaching BIPA, expand the network of BIPA program development, and summarize the idea of ​​BIPA teaching practitioners as material for the formulation of teaching strategies and development of teaching materials which is oriented to the characteristics and needs of BIPA learners.

By carrying a theme “Framing Indonesian Teaching Mosaic for Foreign Speakers, PPSDK invited some practitioners from  a number of BIPA program organizers in ten countries, such as: (1) Siriporn Maneechukate (Maejo University, Thailand), (2) Gao Shiyuan (Beijing Foreign Studies University, Cina), (3) Koh Young Hun (Hankuk University of Foreign Studies, South Korea), (4) Nguyen Thanh Tuan (University of Social Science and Humanities, Vietnam), (5) Hara Mayuko (Osaka University, Japan), (6) Antonia Soriente (Università Degli Study in Napoli L’Orientale, Italy), (7) Christa Saloh-Foerster (Universität Boon, German), (8) Tata Survi (Balai Bahasa of Victoriam Australia), (9)Tamrin Subagyo (Suez Canal University, Egypt), (10) Margaretha Sudarsih (Defense Language Institute Foreign Language Center, US), (11) Indriyono Sukmono (Yale University, US), (12) Elisabeth Arti Wulandari (University of Montana, US and Sanata Dharma University, Yogyakarta). Those twelve practitioners presented the teaching field conditions of BIPA in each country. The results of the next symposium will be utilized as a study material for strengthening the state language dissemination strategy to make efforts to improve the function of Indonesian language as an international language. (WR-NA)

[:]

[:id]Pelatihan Pembelajaran berbasis TIK[:]

[:id]

Program pelatihan bahasa berbasis TIK diadakan oleh UPT Bahasa Universitas Tidar pada 31 Agustus 2017. Tujuan dari pelatihan ini adalah memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia (SDM).  Tujuan lebih khususnya untuk mempermudah dosen agar dapat mengajar dimana saja dan kapan saja. Pelatihan tersebut menggunakan Office 365 yang sering disebut dengan Office online. Dosen dapat mengerjakan satu file excel, word, ataupun power point yang dikerjakan oleh beberapa orang ditempat yang berbeda. Program yang diajarkan dalam pelatihan ini adalah aplikasi Sway.

Aplikasi Sway dapat digunakan untuk membuat presentasi online yang dapat dibuat dengan mudah dan cepat. Dokumen dalam Sway dapat dibagikan ke media sosial ataupun ke orang lain. Dalam pelatihan tersebut, peserta dilatih untuk membuat dan memodifikasi materi presentasi agar terlihat lebih menarik dan mudah diakses. Para peserta sangat antusias karena pelatihan ini merupakan hal baru bagi dosen dan dapat mendukung kegiatan pembelajaran. (ET)

[:]