[:id]Dosen FKIP Dukung Visi Untidar dengan Ikuti Seminar Belajar Berbasis Riset[:en]Lecturers of FETT Join on Research-Based Research Seminar[:]

[:id]

Universitas Tidar (Untidar) mengadakan Seminar Regional Belajar Berbasis Riset dalam rangka Dies Natalis ke-3 Untidar. Tema tersebut diambil sebagai penguatan visi Untidar yaitu universitas berbasis riset dalam mengembangkan ilmu, teknologi, seni, dan kewirausahaan.

Acara tersebut dihadiri oleh Rektor Untidar, Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M.Pd. dan seluruh Dosen Untidar (25/3). Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untidar, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. menyampaikan makalah berjudul “Optimalisasi Implementasi Pembelajaran Berbasis Riset (PBR) di Universitas Tidar sebagai Upaya Peningkatan Mutu dan Kebermaknaan Perkuliahan” saat sesi paralel dekan.

Pada kesempatan tersebut, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. menyatakan belajar berbasis riset yang diusung Untidar sangat sesuai dengan agenda utama universitas-universitas di Eropa dan Amerika, yaitu peningkatan mutu pembelajaran, khususnya relevansi dan strategi yang digunakan. “Pendekatan PBR dibagi menjadi dua kubu, yaitu menekankan riset sebagai produk yang harus diacu atau riset sebagai proses yang harus dipecahkan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk konteks Universitas Tidar, orientasi tentu diutamakan pada PBR yang menekankan riset sebagai proses,” ujar Dekan FKIP Untidar tersebut.

Hal tersebut sejalan dengan konsep belajar berbasis riset yang disebutkan Rektor Untidar. “Dalam kegiatan pembelajaran, Dosen Untidar memformula kegiatan mengajar-belajar bernilai riset, misalnya hasil-hasil analisis data dalam riset diformula menjadi materi-materi mahasiswa, sedangkan cara-cara analisis data dalam riset dapat dikemas menjadi cara-cara belajar mahasiswa,” kata Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M.Pd. saat menyampaikan makalah berjudul “Pendekatan Riset dalam Pendidikan Paradigma Universitas Berbasis Riset”.

Dukungan para Dosen FKIP Untidar terhadap konsep belajar berbasis riset ini ditunjukkan dengan keterlibatan dua puluh enam Dosen FKIP Untidar untuk menjadi pemakalah. Misalnya, Dra. Mursia Ekawati, M.Hum, menyampaikan makalah “Rancangan dan Peran Institusi pada PBR”. “Hal-hal yang bersifat substansial untuk mendukung PBR di Untidar perlu segera diwujudkan. Misalnya, kebijakan akademik dan riset universitas dan fakultas; pengembangan staf terutama pada penguatan penguasaan metode penelitian; serta pengarusutamaan pembelajaran berbasis riset,” tutur Dra. Mursia Ekawati, M.Hum, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra FKIP untidar. Beberapa Dosen FKIP Untidar juga menyampaikan artikel penelitian terkait penggunaan metode dan teknik pengajaran untuk mewujudkan belajar berbasis riset.

WJ

[:en]

(UNTIDAR-30/03/17) On 25th March 2017, Tidar University held a Regional Research-Based Seminar as a series events of the 3rd anniversary of Tidar University.  The seminar  was held as an implementation of visions from Tidar University which is as a research-based university in developing science, technology, arts, and entrepreneurship.

The seminar was attended by Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M. Pd, the Rector of Tidar University, and also the entire lectures of Tidar University. In a parallel session, the dean of FETT (Faculty of Education and Teacher Training), Prof. Dr. Sukarno, M. Si., delivered a paper entitled “Optimalisasi Implementasi Pembelajaran Berbasis Riset (PBR) di Universitas Tidar sebagai Upaya Peningkatan Mutu dan Kebermaknaaan Perkuliahan”.  On that special occassion, he said that research-based learning (RBL) carried by the university has been suitable with the main agenda of universities in Europe and US. It is about improving quality of learning especially its relevance and strategy used. “The approach in RBL emphasizes two things, they are  emphasizing the research as a referred product or the research as a process which should be solved in the learning process, “said the Dean.

This is consistent with the research-based learning concepts mentioned by the Rector of Tidar University. “In the learning activities, lecturers should formulate research-based activities, such as formulating results of data analysis becomes learning materials for students.  Meanwhile, steps in data analysis can be modified into learning strategies, “said Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M. Pd., when delivering his paper entitled “Pendekatan Riset dalam Pendidikan Paradigma Universitas Berbasis Riset”.

Twenty six lecturers of FETT support the research-based learning by involving themselves in the seminar as presenters. Dra. Mursia Ekawati, M.Hum, lecture of Indonesian Language and Literature Education Study Program, delivered a paper entitled “Rancangan dan Peran Institusi pada PBR”. “Substantial matters should be realized soon, such as academic policies, university and faculty research, staffs development especially on research methodology, and also mainstreaming of research-based learning,” explained Dra. Mursia Ekawati, M.Hum. Besides her, there were also some lecturers from FETT delivered their papers related to methods and techniques used in learning process to actualize research-based learning. (WJ-NA)

[:]

[:id]FKIP UNTIDAR: May Willyana, Alumni Camp Epic 3 Lakukan Diseminasi[:en]FETT UNTIDAR: MAY WILLYANA, ALUMNA CAMP EPIC 3 GIVES DISSEMINATION[:]

[:id]

Program Camp EPIC 3 merupakan salah satu program RELO bekerja sama dengan kedutaan besar Amerika Serikat untuk Indonesia, yang diselenggarakan  pada 15-27 Januari 2017 di Batu, Jawa Timur. May Willyana adalah mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris UNTIDAR yang berhasil lolos menjadi pesertanya.

(25/03/2017) Alumni program EPIC Camp 2017, May Willyana, mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNTIDAR, bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) Pendidikan Bahasa Inggris, melaksanakan diseminasi di ruang I.7 Gedung FKIP. Acara tersebut berlangsung mulai 09.00 sampai 15.30 WIB. Tema yang diusung dalam diseminasi tersebut adalah Camp Epic Workshop: Where pre-service English teachers leave empowered, prepared, inspired, and connected.

Pembicara pada kegiatan diseminasi diantaranya adalah Jeanie Cook, English Language Fellow dan May Willyana, alumni Camp Epic 3. Pada kesempatan itu, sejumlah 50 mahasiswa dari semester 2, 4, dan 6 FKIP menjadi partisipan. Partisipan sangat antusias dan segera berpartisipasi pada setiap kegiatan dalam diseminasi. Aktifitas yang dilakukan diantaranya model pengajaran speaking, model pengajaran listening, scavenger hunt,  dan American moment.  Pada aktifitas American moment, partisipan terlibat langsung dalam joget dan dance. Partisipan sangat menikmati dan antusias.

Jeanie Cook menyampaikan rasa senang karena partisipan sangat antusias dan semangat. Sebelumnya dia mengikuti acara diseminasi, tetapi menurutnya, partisipan di FKIP UNTIDAR lebih semangat daripada partisipan pada diseminasi sebelumnya. Jeanie sangat senang akan hal itu.

May Willyana menyampaikan “Acara diseminasi ini sangat mengesankan karena bisa sharing ke adik tingkat dan mereka tertarik untuk ikut Epic Camp tahun depan, walaupun yang semester 2 harus nunggu 2 tahun lagi.” Pada kesempatan yang sama, May juga mengatakan harapannya agar ada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNTIDAR yang lolos pada Camp Epic 4, sehingga tahun depan ada diseminasi lagi. Selain itu, dia juga berharap  setelah mengikuti kegiatan ini, partisipan menjadi terinspirasi dan lebih kreatif dalam mengajar. (ER/CA)

[:en]

Camp EPIC 3 was one of RELO programs that cooperate with  US Embassy for Indonesia, which was held in January 15-27, 2017 in Batu, East Java. May Willyana  is a student of Department of English Education UNTIDAR who became a participant.

 (25/03/2017) The alumna of EPIC Camp 2017, May Willyana, the student of Department of English Education FETT UNTIDAR, collaborated with English Department Student Association, presented dissemination in I.7. room of FETT building. The dissemination was started at 9.00 a.m. to 4.30 p.m. The dissemination theme was Camp Epic Workshop: Where pre-service English teachers leave empowered, prepared, inspired, and connected.

The keynote speakers in dissemination were Jeanie Cook, English Language Fellow and May Willyana, alumna Camp Epic 3.  In that special occasion, 50 students of 2nd, 4th, and 6th semester joined the dissemination as participants. They were so enthusiastic in joining the activities of dissemination. The activities were speaking teaching model, listening teaching model, scavenger hunt, and American moment.  In American moment activity, the participants showed their dancing talent. They were so avid and enjoyed it.

Jeanie Cook felt so happy because the participants were very zealous. She had ever joined dissemination, but she thought that the participants of FETT UNTIDAR were more vigorous than the participants of previous dissemination. Jeanie was so glad about it.

May Willyana contended “This dissemination is so impressive because  I can share my experiences to my junior and they are interested in joining next year EPIC Camp, though the second semester students have to wait until next two years.” May hopes that there will be students of Department of English Education FETT UNTIDAR who join Camp Epic 4, so there will be the dissemination next year. Furthermore, she hopes the participants who join this dissemination will be inspired and be more creative in teaching. (ER/CA)

[:]

[:id]FKIP Ikuti TUDC (Tidar University Debating Championship)[:en]FETT Joins TUDC (Tidar University Debating Championship)[:]

[:id]

FKIP-UNTIDAR (22/3). Debat menjadi salah satu kebutuhan di bidang akademik. Pentingnya debat sebagai bagian dari akademik karena tuntutan kompetensi untuk menguasai pengetahuan secara global. Melalui debat, mahasiswa dapat mengungkapkan gagasannya dan melatih kemampuan berargumentasi dalam skala internasional. Oleh karena itu, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untidar mengikuti ajang Tidar University Debating Championship (TUDC) yang dilaksanakan 18-19 Maret 2017. Acara ini diselenggarakan di ruang multimedia Universitas Tidar.

Kegiatan TUDC yang bertujuan menyeleksi debater yang akan dikirim menuju National University Debating Championship (NUDC) tingkat kopertis VI ini, diikuti oleh 16 tim dari 5 fakultas. FKIP Untidar mengirimkan 4 timnya yang terdiri atas 2 tim dari Prodi PBSI dan 2 tim dari Prodi PBI. Kegiatan TUDC yang diketuai dan dikoordinatori oleh Moch. Malik Al Firdaus ini terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama yang digelar 18 Maret 2017 berupa seminar tentang debat dengan model British Parliamentary dan tips-tips debat yang disampaikan oleh adjudicator tingkat nasional Haikal Muhammad. Sesi kedua pada 19 Maret 2017 yakni debat 3 babak penyisihan sekaligus final.

TUDC ini dimenangi oleh tim dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris A, Yusuf Yulianto dan Novia Indri Susanti. Keduanya merupakan 10 Best Speakers TUDC yang dikarantina di Untidar untuk dipilih kembali dan dikirim ke National University Debating Championship (NUDC). Novia mewakili timnya, menuturkan “Bersyukur serta pastinya senang karena telah berhasil menjuarai kompetisi ini. Namun, yang lebih penting senang karena dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang sangat bermanfaat untuk mengembangkan cara berpikir kritis serta logis.” Novia yang masih semester 2 ini pun menyampaikan kesannya bahwa Untidar yang baru berusia 3 tahun ini dapat bersaing dengan universitas-universitas lainnya baik dalam kompetisi debat maupun bidang lainnya. (WL)

[:en]

FETT-UNTIDAR (22/3). Debate is one of needs in an academic aspect. Debate is important because it is a competition to master global knowledge. In debating, students can share their ideas and practice their skill to deliver their arguments in international level. Therefore, students of Faculty of Education and Teachers Training (FETT) joined Tidar University Debating Championship (TUDC) in March 18-19, 2017. This competition was hosted in multimedia room at Tidar University.

The aim of TUDC was to select debaters who will be joined in National University Debating Championship (NUDC) of KOPERTIS VI. There were 16 teams of 5 faculties that joined TUDC. FETT sent 4 teams which consisted of 2 teams of Department of Indonesian Language and Literature Education and 2 teams of Department of English Education. TUDC was coordinated by Moch. Malik Al Firdaus and it had two sessions of TUDC. The first session in March 18, 2017 talked about a seminar of British Parliamentary debate system and shared about debate tips which were delivered by a national adjudicator named Haikal Muhammad. The second session in March 19, 2017 was preliminary and final round.

The champion in TUDC was team A of Department of English Education, Yusuf Yulianto and Novia Indri Susanti. Moreover, they belong in 10 Best Speakers TUDC that are quarantined at Untidar in which they will be selected again and will be sent to National University Debating Championship (NUDC). Novia as a team representative said “We are so grateful and glad because we win this competition. However, the most important point is that we are totally happy since we can join this useful competition in order to develop our critical thinking.” Novia, a second semester student, views that Untidar in the age of 3 is able to compete with another university in debating competition as well as another aspect. (CA)

[:]

[:id]Acara Motivasi Untuk Makasiswa Bidikmisi Universitas Tidar Oleh Sesdirjen Belmawa Dikti[:en]Inspirational Event for Untidar Bidikmisi Students by Secretary of The Directorate-General for Education and Student Affairs (Belmawa), Directorate General of Higher Education (DGHE) [:]

[:id]

Magelang – Rabu, 15 Maret 2017, Sesdirjen Belmawa Dikti (Sekertaris Direktoral Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan tinggi), Prof. Dr. Sutrisno, M.Pd. berkunjung di Universitas Tidar, kunjungan ini bermaksud untuk memotivasi mahasiswa Bidikmisi Universiitas Tidar.

Pukul 9.30 acara motivasi ini dibuka dengan sambutan Rektor Universitas Tidar dan dilanjutkan acara inti yaitu movasi untuk mahasiswa bidikmisi yang disampaikan langsung oleh Prof. Dr. Sutrisno. Beliau membuka dengan sedikit cerita perjalanannya ke Universitas Tidar ini. “Tadi malam saya di Jakarta sempat takut jikalau  saya telat datang ke sini. Dan Alhamdulillah saya sampai disini pukul 9.00” ceritanya. Setelah itu beliau memutarkan video kisah beberapa mahasiswa bidikmisi yang menginspirasi dan dilanjutkan penyampaian informasi penting  yang dapat membangkitkan motivasi mahasiswa bidikmisi, seperti halnya indek prestasi mahasiswa seluruh Indonesia, beasiswa pascasarjana yang bisa diikuti oleh mahasiswa bidikmisi setelah lulus gelar sarjana, pentingnya keseimbangan antara kegiatan akademik dan ormawa dan yang paling membuat gembira para mahasiswa bidikmisi adalah informasi mengenai kenaikan tunjangan uang saku.

Antusias mahasiwa bidikmisi sangatlah besar terhadap acara ini sehingga sekitar  pukul 8.30 mahasiswa sudah mulai memadati aula tempat diselenggarakan acara motivasi ini. Mereka mengaku acara ini sangatlah penting untuk mahasiswa bidikmisi dikarenakan dapat membangkitkan motivasi mereka. “Acara ini dapat membangkitkan motivasi saya yang sempat hilang” ujar Niken, mahasiswi bidikmisi semester 2 Pendidikan Bahasa Inggris. “Acara ini dapat meningkatkan kembali tanggung jawab sebagai mahasiswa bidikmisi” tambah Ratna Dwiyaning Raharjanti. “Jadi motivasi dari Prof.Dr.Sutrisno sangatlah penting dan berguna karena mahasiswa bidik misi punya tanggung jawab yang banyak seperti IP, harus mengikuti ormawa. Kalau tidak ada motivasi pastinya mahasiswa akan susah untuk mencapai semua itu” tutur Zaqy Mubaroq, mahasiswa bidikmisi semester 4 Pendidikan Bahasa Inggris.

Mengingat dampak dari acara ini yang sangat besar untuk mahasiswi bidikmisi, diharapkan acara ini menjadi agenda rutin yang harus dilaksanakan untuk menjaga motivasi para mahasiswa bidikmisi agar tidak luntur, seperti yang dikatakan Nuriyanto salah satu mahasiswa bidikmisi semester 2 pendidikan bahasa Indonesia . “Acara ini membukakan wawasan mahasiswa tentang bagaimana bidikmisi diluar untidar, sehingga dapat memberikan motivasi lebih untuk saya sebagai mahasiswa bidikmisi. Jadi kegiatan seperti ini diharapkan dapat menjadi agenda rutin agar menjadikan mahasiwa bidikmisi yang benar-benar memiliki motivasi yang tinggi”

[:en]

Magelang – Wednesday, March 15, 2017, Sesdirjen Belmawa Higher Education (Secretary of the Directorate General of Education and Student Affairs Ministry for Research, Technology and Higher Education), Prof. Dr. Sutrisno, M.Pd. visited Tidar University, aiming at motivating Untidar Bidikmisi students.

This motivational event was ceremonially opened by Rector of Tidar University at 9.30 and it was continued to the core events i.e. the inspirational speech by Prof. Dr. Sutrisno. He opened his speech by telling a story of his flight to the university. Last night, when I was in Jakarta, I was afraid of coming late, and thanks God I got here at 9.00.” told him. After that, he played video about inspiring Bidikmisi Students stories. The event was continued by delivering important information which will motivate Bidikmisi students such as having good GPA, graduate scholarship, the importance of academic activity and student organization and the most appealing information about student’s allowance.

The Bidikmisi student enthusiasm for the event was big. Around at 8.30, the students had started to crowd the hall. Most of the students have similar opinion that the event was important for them. “The event successfully motivated me which had gone.” Said Niken S, one of second semester students at Department of English Education. Another point of view was done by Ratna Dwiyaning Raharjanti. “It builds my responsibility as a Bidikmisi student.” said her. Zaqy Mubarok, another participants from Department of English added that motivation given by Prof. Dr. Sutrisno was really important and useful for Bidikmisi student. It makes me to be responsible in any aspects such as having good GPA, join students’ organization. If there is such proper motivation, students will have low motivation to achieve everything.” Nuriyanto, one of second semester students at Department of Indonesian Language and Literature Education said, “We need to maintain our motivation and we need extrinsic motivation as much as possible.”

Due to the importance of the event for Bidikmisi students, it is hoped that the event will be a routine agenda. It opens student knowledge and insight toward the attitude of being good Bidikmisi students from other Bidikmisi students from different university (WR).

[:]

[:id]Mahasiswa PBSI Untidar Juarai Lomba Esai Nasional Muswil V IMABSII Jawa-Madura 2017[:en]Students of Indonesian Language and Literature Education Study Program (PBSI) Win National Essay Competition in Java-Madura Region 2017[:]

[:id]

Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia (IMABSII) Wilayah Jawa-Madura mengadakan lomba esai nasional dalam rangka Musyawarah Wilayah V Imabsii dengan tema “Memperkuat Peran Bahasa Indonesia di Era Global”. Lomba tersebut diikuti mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Untidar, Mohamad Dwi Raharjo dan Ridwan Setyo Pambudi.

Lomba esai ini diselenggarakan sebagai rangkaian kegiatan Muswil V Imabsii Jawa-Madura 2017 yang diselenggarakan di Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, pada 6 – 10 Maret 2017. “Kami mewakili himpunan mahasiswa Prodi PBSI mengikuti acara tersebut. Lalu, setiap peserta diwajibkan untuk mengikuti lomba esai dengan anggota maksimal dua mahasiswa,” tutur Muhammad Dwi Raharjo yang juga Ketua Himaprodi PBSI Untidar.

Pada kesempatan tersebut, Dwi Rahajo dan Ridwan menulis esai berjudul “Diskursus Pemertahanan Bahasa Indonesia di Era MEA”. “Kami menulis tentang gagasan untuk mempertahankan bahasa Indonesia melaui usaha pembakuan. Usaha tersebut antara lain: berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang tepat serta kodifikasi bahasa Indonesia menurut situasi pemakaian dan struktur bahasa,” tambah Dwi Raharjo, mahasiswa PBSI Semester IV ini.

Esai tersebut berhasil mengantarkan mereka menjadi juara pertama disusul perwakilan mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Jakarta sebagai juara kedua dan Universitas Negeri Semarang sebagai juara ketiga.

Bertindak sebagai juri pada lomba esai tersebut adalah Dra. Ani Rakhmawati, M.A., Ph.D., Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., dan Dr. Budhi Setiawan, M.Pd., ketiganya adalah Dosen UNS. Sebagai hadiah, panitia akan memberikan uang pembinaan dan sertifikat. Akan tetapi, Dwi Raharjo dan Ridwan mengatakan belum menerima hadiah saat penulis mengonfirmasikan kepada keduanya.

Langkah kedua mahasiswa PBSI Untidar ini sebagai bentuk keterlibatan pada forum mahasiswa tingkat nasional. Selamat Dwi Raharjo dan Ridwan, semoga kalian dapat memotivasi mahasiswa lainnya untuk berprestasi pada forum-forum ilmiah. (WJ)

[:en]

(UNTIDAR-20/03/17) – Students Association of Indonesian Language and Literature (Imabsii) in Jawa-Madura Region held National Essay Competeition in order to Regional Forum V (Muswil) with the theme “Memperkuat Peran Bahasa Indonesia di Era Global”. Mohamad Dwi Raharjo and Ridwan Setyo Pambudi, students of PBSI Tidar University, joinned on that competition.

The Competition was organized by Sebelas Maret University (UNS) as a series actcivity of Muswil V Imabsii in Java-Madura region 2017. It was held in Surakarta, from 6th – 10th March 2017. “We, as the delegation of PBSI, take part in that competition. Every delegation should enroll in Essay Competition,” said Muhammad Dwi Raharjo who is also the chief of Students’ Association of PBSI.

On that occasion, Dwi Rahajo and Ridwan wrote an essay entitled “Diskursus  Pemertahanan Bahasa Indonesia di Era MEA”. “We write about an idea to maintain Bahasa Indonesia through standardization. For examples, we can communicate with Bahasa Indonesia correctly and  Bahasa Indonesia codification based on the use of the language structure,” added Dwi Raharjo.

Their essay drove them into the first winner of the competition, followed by delegation from Universitas Islam Negeri Jakarta as the second winner and Semarang State University as the third winner.

Three lecturers from UNS became  judges for the competition, they were Dra. Ani Rakhmawati, M.A., Ph.D., Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., and Dr. Budhi Setiawan, M.Pd. Some cash and certificate were given to the winners. This glorious achievement is as their active involvement in national students’ forum. Congratulation for Dwi Raharjo and Ridwan!

(WJ –NA)

[:]

[:id]Seluruh Dosen dan Tendik FKIP Ikuti RKA 2018 di Salatiga[:en]FKIP Lecturers and Staffs Joined RKA 2018 in Salatiga[:]

[:id]

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Tidar mengadakan Rapat Kerja Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) 2018 di Hotel Grand Wahid, Salatiga pada 10 – 11 Maret 2017.

Acara ini dibuka oleh Dekan FKIP Untidar, Prof. Dr. Sukarno, M.si., dan diikuti paparan kebijakan keuangan tahun 2017 yang disampaikan secara langsung oleh Drs. Hery Suroso, S.T., M.T., Wakil Rektor II Untidar (Bidang Umum dan Keuangan). “Acara ini merupakan bahan RKU (Rencana Kerja Universitas) sekitar awal April 2018 mendatang. Semua fakultas diharapkan mengadakan acara ini agar menghasilkan Perjanjian Kinerja 2018,” tutur Drs. Hery Suroso, S.T.,M.T.

“Mengingat Acara ini sangat penting, semua dosen serta tenaga kependidikan FKIP wajib hadir. Dosen dan tendik harus mengetahui program kerja 2017 dan ikut merumuskan rencana program kerja dan anggaran 2018,” kata Prof. Dr. Sukarno, M.Si. saat membuka acara.

Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari satu malam ini dipimpin oleh Wakil Dekan II FKIP Untidar (Bidang Umum dan Keuangan), Dr. Dwi Winarsih, M.Pd. Raker ini dibagi menjadi dua sesi utama yaitu Pemantapan Kegiatan FKIP Tahun 2017 dan Rencana Program Kerja serta Anggaran Tahun 2018.

Secara bergantian, Koordinator Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Rangga Asmara, M.Pd., dan Koorprodi Pendidikan Bahasa Inggris, Malik Al Firdaus, M.Pd., mempresentasikan kegiatan tahun 2017 beserta anggraan dananya. “Penghitungan anggaran tiap-tiap prodi berdasarkan jumlah mahasiswa. Oleh karena itu, anggaran dana untuk PBI lebih besar daripada PBSI karena jumlah mahasiswa PBI lebih banyak daripada PBSI,” tutur Dr. Dwi Winarsih, M.Pd., saat memaparkan anggaran dana per kegiatan tahun 2017. Hasil dari kegiatan ini adalah proposal-proposal kegiatan tahun 2017.

Pada malam hari (10/3), acara dilanjutkan Paparan Rencana Kerja dan Anggaran Tahun 2018. “Untuk tahun 2018, Berdasarkan POK (Petunjuk Operasional Kegiatan), anggaran dana FKIP naik 8,9%. Selain itu, FKIP juga mendapatkan BOPTN (Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri) sebesar 20 juta rupiah yang digunakan untuk pengaaan sarana dan prasarana yang sifatnya mendesak,” kata Wadek II FKIP.

Pada akhir acara, Wadek II FKIP Untidar memaparkan rencana Perjanjian Kinerja Tahun 2018. Selain membahas seputar program kerja dan anggaran, acara yang dihadiri full-team FKIP ini juga membahas hal-hal penting perihal akademik maupun non-akademik di FKIP, seperti revitalisasi dosen wali dan pengajuan hibah. Secara garis besar, program kerja di FKIP diarahkan pada pencapaian prestasi mahasiswa. (WJ)

[:en]

Faculty of Education and Teachers Training (FKIP) held work and budget plans (RKA) 2018 in Grand Wahid Hotel, Salatiga on 10-11 March 2017.

This workshop was opened by Prof. Dr. Sukarno, M.Si, as dean of FKIP Untidar. It was followed by 2017 financial policy explanation which delivered by Drs. Hery Suroso, S.T, M.T, Vice Rector of Finance and General Affair. “This workshop is material for University Work Schedule (RKU) for beginning of April 2018. It is hoped that all faculties could produced Perjanjian Kinerja 2018,” said Drs. Hery Surososo, S.T., M.T.

“Since the importance of this workshop, all lecturers and staffs must attend this workshop. They must know 2017 work program and formulate 2018 work and finance program,” said Prof.Dr. Sukarno, M.Si. in opening ceremony.

This workshop was held in two days which is lead by Vice Dean of Finance and General Affair, Dr. Dwi Winarsih, M.Pd. This workshop was divided into two sections; consolidation of 2017 FKIP programs and 2018 work and budget plans.

Rangga Asmara, M.Pd., Coordinator of Indonesia Language and Literature Education Study Program (PBSI), and Moch. Malik Al Firdaus, M.Pd., Coordinator of English Education Study Program (PBI), took turn in presenting programs and finance in 2017. “It is count based on total students in English Education and Indonesian Language and Literature Education Study Program. Therefore, budget plan for PBI is higher than PBSI, since total number of students in PBI is higher than PBSI,” said Dr. Dwi Winarsih, M.Pd in explaining budget plan for each program in 2017. The result of this workshop is proposal of 2017 programs. (GF)

[:]

[:id]Unesa beri Kiat Melaju jadi Universitas Terpandang[:en]Unesa Shared the Trick to be Reputable University[:]

[:id]

Selasa, 14 Maret 2017 Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) dan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Unesa menyambut kedatangan rombongan KKL FKIP Untidar. Hadir dalam acara pembukaan para dekan, wakil dekan, kajur, kaprodi, dan dosen baik dari FKIP Untidar maupun FBS Unesa. Menariknya, saat acara pembukan ada dua dosen secara spontan didapuk membaca puisi, Dr.Tengsoe Tjahjono, M.Pd. dari Unesa yang baru saja pulang dari Hankuk University of Foreign Studies Korea sebagai guru tamu dan Drs. Budiono, M.Pd. dari Untidar yang notabene keduanya adalah seorang sastrawan. Tak mau kalah, mahasiswa Untidar juga mempersembahkan tari gambyong untuk menyemarakkan suasana.

Unesa dipandang sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia yang sudah lebih senior dibandingkan dengan Untidar. Maka dari itu banyak hal yang dapat dipelajari untuk mengejar ketertinggalan Untidar sebagai kampus negeri. Unesa juga dipilih DIKTI untuk mengawal dan mengembangkan budaya literasi serta dijadikan pusat kajian literasi. Dekan FBS Unesa, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. dalam sambutannya menceritakan bahwa Unesa sedang gencar melakukan pembenahan, salah satunya akan melahirkan fakultas baru yakni Fakultas Seni dan Industri Kreatif. Di lain sisi, FBS juga sedang merintis pendirian prodi baru yaitu Pendidikan Bahasa Madura yang pertama di dunia, Prodi Bahasa Arab dengan konsentrasi pengkajian terhadap sastra-sastra lama, Prodi Bahasa Korea, dan Prodi Pendidikan BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) yang akan melahirkan guru BIPA.

Pada kesempatan ini Bambang sangat mengapresiasi program KKL, “Kunjungan seperti ini bagus ya. Kita kedatangan lawan tanding sekaligus untuk menguji kekuatan akademis, tidak melulu hanya menjadi jago kandang saja.” Dirinya juga menyampaikan bahwa FBS Unesa khususnya prodi PBSI kerap menerima kunjungan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Tingginya minat untuk berkunjung tersebut diprediksi dari sumber daya dosen yang bagus, bahwa prodi PBSI terdiri dari 67% doktor. Dari 33 jumlah dosen, ada 5 profesor, 21 doktor, dan sisanya adalah dosen baru, meskipun magister masih berstatus asisten dosen. “Sekarang ini kan eranya keteraturan, jadi semua kerja harus jelas arahnya. Perlu perencanaan yang baik dan terstruktur. Introspeksi juga perlu dilakukan dengan melihat kemampuan serta kebutuhan pasar. Sudah jelas harus inovatif dan bisa memunculkan sesuatu yang berbeda. Di samping itu, kerja harus ada prosedur yang standar, sesuai dengan SOP,” nasihatnya supaya Untidar bisa melaju menjadi universitas terkemuka di Indonesia.

Sebagai oleh-oleh, Unesa menghadiahkan buku rangkuman kegiatan yang sudah terlaksana baik pada bidang akademik, kemahasiswaan alumni, dan keuangan sarana prasarana. Harapannya untuk bisa dipelajari sebagai bahan pengembangan. Acara kunjungan ditutup dengan pertunjukan teater dari masing-masing universitas dan penyerahan cindera mata. Mahasiswa Untidar kemudian berpamitan untuk meneruskan perjalanan menuju Pulau Dewata dengan tak lupa mengucapkan terimakasih atas penyambutan yang baik. (TP)

[:en]

Tuesday, March 14, 2017, Indonesian Language and English Department of Faculty of Languages and Arts (FBS), State University of Surabaya (Unesa) welcomed the field work of FKIP, Tidar University. The dean, vice deans, chair of departments, coordinator of study programs, and lecturers from FBS Unesa and FKIP UNTIDAR attended that event. There was an interesting part in the opening ceremony. Two lecturers spontaneously were asked to recite poems. They were Dr.Tengsoe Tjahjono, M.Pd. from Unesa who had just returned from Hankuk University of Foreign Studies, Korea as guest lecturer and Drs. Budiono, M.Pd. from UNTIDAR. Both of them are authors. Besides, the students of Tidar University performed Javanese traditional dance “gambyong” to give color of this event.

Unesa is regarded as one of the best universities in Indonesia which is more senior than UNTIDAR. As a result, there are a lot of things which can be learned from this university so that UNTIDAR can catch up as a state university. Unesa is also chosen by higher education (DIKTI) to precede and develop literacy and it is also used as a center of study of literacy. The dean of FBS Unesa, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. told thatUnesa was unceasingly revamping. One of the revamps was establishing new faculty namely the Faculty of Arts and Creative Industry. Furthermore, FBS was also pioneering the first new study program in the world namely Maduranese Language Education. FBS was also establishing Arabic Language Education with concentration of old literature study, Korean Language Education, and Indonesian for Foreign Speakers (BIPA) Education.

On this occasion, Bambang greatly appreciated Fieldwork program, “This program is very good. We have got sparring partner which can test our academic strength, so we do not become a champion only in our university.” Bambang also said that FBS especially PBSI study program often received the visit from several universities in Indonesia. This high interest in visiting PBSI study program was predicted from the great resources of lecturers. 67% of lecturers of PBSI are doctorate. From 33 lecturers, there are 5 professors, 21 doctorates, and the rests are new lecturers with magister degree. This new lecturers are still positioned as lecture assistants. “Because of the orderliness era, we should have a clear direction and well planning in every activity. The introspection was needed by seeing the market ability and needed. In addition, the activity should be based on SOP,” advised Bambang so that UNTIDAR can be reputable university in Indonesia.

As a gift, UNESA gave a summary book of academic activity which had been done.  It was hoped that this book can be a reference as material development. This visit was closed by theater performance from each universities and gift handover. Then, after leave-taking and expressed the gratitude, the students of Tidar University continued their trip to Bali. (TP/AW)

[:]

[:id]Mahasiswa FKIP Ikuti ELT Workshop Sharing Practices: Extensive Reading in Vietnamese Context[:en]FETT Students Participate at ELT Workshop Sharing Practices: Extensive Reading in Vietnamese Context[:]

[:id]

FKIP-Untidar (13/3). Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar, Sabtu 11 Maret 2017 mengikuti Workshop Extensive Reading in Vietnamese Context yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Universitas Ahmad Dahlan. Sembilan mahasiswa tersebut adalah mahasiswa semester 4 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Mereka yang mengikuti workshop ini di antaranya Zaqy Mubarok, Axel Alessandro Satriawan, Muhammad Ridwan, Ananta Dewi Sugiarto, Lidya Ayu Mutiarani, Eka Kusuma Adianingrum, Esti Rahmawati, Nurul Isnaeni, dan Yasman. Kegiatan ini berlangsung selama 2 jam setengah, dari pukul 9.30 hingga 12.00 WIB.

Ryan Thompson, M.A. dari CELRMIT International University Vietnam didapuk sebagai pembicara dalam workshop ini. Thompson mengatakan beberapa permasalahan tentang membaca dan pengalaman mendalamnya saat mengajar extensive reading di RMIT Vietnam. Selain itu, Thompson juga menyampaikan tentang budaya membaca yang terjadi saat ini. “Dalam membaca, kuncinya adalah menikmati apa yang kita baca,” tuturnya.

Pemaparan dari Thompson tersebut telah menggugah kesan mendalam bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris yang mengikuti workshop ini. Zaqy menuturkan apa yang disampaikan oleh Thompson menambah wawasannya tentang apa itu extensive reading. Di lain sisi, Excel menambahkan bahwa “Sistem mengajar extensive reading yang diajarakan di Vietnam berbeda sekali dengan yang diajarkan di Indonesia.”

Zaqy pun tak segan menanyakan kepada Thompson tentang apa pendapatnya mengenai perkuliahan extensive reading yang hanya menganalisis ide pokok dari sebuah teks yang dimuat dari jurnal internasional. Thompson menanggapi bahwa “Perkuliahan extensive reading sebenarnya dapat dilakukan dengan diskusi, mahasiswa pun dapat meringkas dari jurnal atau membuat peta konsep dari apa yang dia baca.” Workshop ini semakin berkesan bagi mahasiswa karena semua peserta yang hadir adalah mahasiswa S2 dan dosen, sedangkan peserta dari mahasiswa S1 hanya mereka (WL).

[:en]

FKIP-Untidar (13/3). Students of Faculty of Education and Teacher Training, Tidar University attended Workshop Extensive Reading in Vietnamese Context, which was organized by Language Center of Ahmad Dahlan University, on Saturday, March 11 2017. The participants from Tidar University were nine fourth semester students of English Education Study Program. They were Zaqy Mubarok, Axel Alessandro Satriawan, Muhammad Ridwan, Ananta Dewi Sugiarto, Lidya Mutiarani Ayu Eka Kusuma Adianingrum, Esti Rahmawati, Nurul Isnaeni, and Yasman. This activity lasted for two hours and a half, started from 9:30 to 12:00 pm.

Ryan Thompson, M.A. from CELRMIT International University Vietnam was the keynote speakers at this workshop. Thompson delivered his speech in which some problems dealt with reading skill and his experience in teaching extensive reading at RMIT Vietnam. Continuously, he emphasizes in his argument about today’s reading culture. “In reading a text, the key is to enjoy what we read,” he said.

Thompson’s explanation has awakened a deep impression on these students. Zaqi argued that what Thompson said has widened his knowledge on extensive reading value. His classmate Axel told, “Extensive reading teaching method in Vietnam is totally different with teaching method used in Indonesia.”

Zaqy asked Thompson’s thought about an extensive reading lecture, which only focuses on analyzing the main idea of an international journal article. Thompson responded, “The class can be done by discussing it, students may summarize the article or drawing mind map from the text.” For them, this workshop gives good memory since most participants were graduate students and lecturers, while those were from Tidar University were undergraduate students. (WL/WR).

[:]

[:id]Antusiasme Mahasiswa FKIP Ikuti KKL[:en]Students’ enthusiasm in Joining Fieldwork of FETT[:]

[:id]

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar melaksanakan Program Kuliah Kerja Lapangan (KKL) atau studi banding ke Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Program ini wajib diikuti bagi mahasiswa semester 6, baik prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) maupun Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI). KKL yang berlangsung pada 13-17 Maret 2017 ini tidak hanya berkunjung ke Unnesa saja, tetapi juga akan berekreasi ke pulai Bali. Ketua panitia program KKL, Muhammad Aziz menyampaikan “Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun, tujuannya untuk mengenalkan universitas lain kepada mahasiswa Untidar sebagai bahan evaluasi diri untuk lebih baik lagi.”

Unesa dipilih menjadi tujuan program studi banding karena dinilai merupakan salah satu universitas terpandang di Indonesia yang juga memiliki prodi PBI dan PBSI sehingga bisa dijadikan acuan FKIP Untidar. Selain itu akreditasi Unesa yg mendapatkan nilai B untuk prodi PBI dan PBSI juga merupakan landasan kuat pemilihan tujuan studi banding. Aziz menambahkan, “Program ini wajib diikuti seluruh mahasiswa semester 6, jika tidak bisa mengikuti tahun ini bisa ikut di tahun berikutnya, karena setelah mengikuti KKL akan mendapat sertifikat yang digunakan sebagai syarat pendaftaran wisuda.”

Dalam pelepasan mahasiswa KKL Senin (13/3/2017) pagi, Dekan FKIP Prof. Dr. Sukarno, M.Si. memberikan apresiasi atas partisipasi dan semangat kerja panitia dan peserta. Beliau juga memberikan nasihat supaya mahasiswa dapat konsentrasi penuh pada acara inti yakni seminar dan diskusi di Unesa. “Terkadang ketika mahasiswa berkegiatan dalam suasana yang santai, lupa untuk menjaga dan membawa diri. Maka saya berpesan untuk tetap dapat menjaga ketertiban dan keamanan. Selalu berkelompok dan tepat waktu saat berwisata,” pungkasnya. Khusus di tahun ini Fakultas juga memberikan bantuan uang transport senilai Rp 100.000,00 bagi masing-masing mahasiswa. (TP)

[:en]

Faculty of English Education and Teacher Training of Tidar University (FETT UNTIDAR) held Fieldwork Program (KKL) in State University of Surabaya (UNESA). Fieldwork is an obligatory program for sixth semester students of English and Indonesian department. This Fieldwork which was took place on March, 13-17 2017 not only visited UNESA but also tripped to Bali. The chief of Fieldwork program, Ahmad Abdul Aziz said “Fieldwork is annually program in order to familiarize other universities to students of Tidar University as self-evaluation”.

UNESA was chosen as the fieldwork destination because it is one of the reputable universities in Indonesia. UNESA also has English Education (PBI) and Indonesian Language and Literature Education (PBSI) study program which can be used as the reference for FETT UNTIDAR. In addition, the B accreditation of PBI and PBSI had been a strong reason of choosing UNESA as the destination of fieldwork. Aziz added, “Fieldwork program must be followed by sixth semester students, if they could not join this year, they had an opportunity to follow this program next year. The certificate which becomes one of the requirements for graduation would be given to the students after joined this program”.

In discharging the fieldwork’s students on Monday (13/3/2017), the dean of FETT, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. appreciated the work and participation of committees and participants. He also advised the students to concentrate in their main activities (seminar and discussion) in UNESA. “Sometimes when students held an activity in relaxed atmosphere, they forgot to maintain their good behavior. I then advised the students to keep the order and security.” Sukarno added. He also warned the students to be on time and always in a group when they traveled. This year, faculty provides Rp.100.000 as transport allowance for each student.  (TP/AW)

[:]

[:id]Mahasiswa FKIP menjadi instruktur di English Camp[:en]FETT Students Become English Camp’s Tutor[:]

[:id]

Libur antar semester menjadi waktu yang tepat bagi mahasiswa untuk melakukan hal yang disukai. Waktu jeda yang terbilang lumayan lama juga dimanfaatkan oleh beberapa mahasiswa untuk mengasah kemampuan mengajar sekaligus belajar mengajar Bahasa Inggris. Rianita Dwi mahasiswa yang saat ini tercatat berada di semester 6 FKIP dan beberapa mahasiswa semester yang sama menggunakan masa libur semester ganjil 2016/2017 dengan menjadi instruktur speaking untuk English Camp.

English Camp, selanjutnya disingkat EC merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan selama satu minggu yang intinya adalah mengajak peserta yang berasal dari usia SMP maupun SMA untuk mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris setelah mengikuti kegiatan tersebut. Menurut Bapak Nur pengampu Instructional Design di PBI,  sekaligus merupakan Direktur EC kegiatan mengajar semacam ini sangat positif dalam membantu mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya, utamanya di Instructional Design. Sebelum beberapa mahasiswa diajak untuk terlibat dalam kegiatan sebagai instruktur, mereka dibekali dengan pembekalan secukupnya untuk paket program yang disajikan kepada peserta didik.

Rianita mengaku cukup berdebar pada awalnya karena ini adalah pengalaman pertama sebagai instruktur, meski telah berkali-kali menjadi tutor privat untuk siswa SMP dan SMA. Ia menceritakan bahwa ketika ditawari menjadi salah satu instruktur dirinya sempat tidak yakin dengan kemampuan mengajarnya. Namun demikian Rianita merasa optimis mampu menyelesaikan tugasnya. “Kemarin siswa peserta EC yang saya ajar berasal dari kelas 7 SMPN 2 Sleman, Yogyakarta sebanyak 22 siswa dan dari SMPN 1 Ngaglik sebanyak 12 siswa. Senang karena saya bertemu dengan banyak peserta yang bersemangat untuk belajar bahasa Inggris, Khususnya skill speaking. Apalagi ketika sesi mempraktikkan teori speaking yang kami berikan di dunia nyata pada turis yang berkunjung ke Borobudur. Ini menjadi pengalaman indah yang akan terus saya jadikan pelajaran untuk mengembangkan diri ke depan ketika saya benar-benar harus mengajar di depan kelas” tutupnya. (WD/GF)

[:en]

Time off between semesters is the right time for students to do their leisure time. It is also the right time for students to improve their ability in teaching while learn English. Rianita Dwi, 6th semester student of Faculty of Education and Teacher Training (FETT), and some other students were having their time off to be instructor for speaking in English Camp.

English Camp, later will be called as EC, is an activity which is done in a week to make participants which is in junior high school (SMP) and high school (SMA) age able to communicate by using English. Ahmad Nur T., M.Hum, Instructional Design’s lecturer in English Education Study Program (PBI) and EC’s Director, said that teaching activity has positive impact for helping student in applying their knowledge, especially Instructional Design. Before they began to teach as instructor, they were being well prepared with program which is delivered to participants.

Rianita said that firstly she was nervous since it was her first time to be an instructor, although she had been a private tutor for SMP and SMA’s students. She said that when she was being asked to be an instructor, she was unsure with her teaching ability. However she was optimistic to finish her job. “The participants whom I taught were 22 students from grade 7th of SMPN 2 Sleman, Yogyakarta and 12 students from SMPN 1 Ngaglik. I was so happy to meet enthusiast participants in learning English, especially Speaking, moreover, when we practiced speaking theory in having conversation with foreign tourist who visited Borobudur Temple. It was great experience for me to develop my skill when I must steach in real class,” said Rianita.

[:]