[:id]Mahasiswa PBSI Untidar Juarai Lomba Esai Nasional Muswil V IMABSII Jawa-Madura 2017[:en]Students of Indonesian Language and Literature Education Study Program (PBSI) Win National Essay Competition in Java-Madura Region 2017[:]

[:id]

Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia (IMABSII) Wilayah Jawa-Madura mengadakan lomba esai nasional dalam rangka Musyawarah Wilayah V Imabsii dengan tema “Memperkuat Peran Bahasa Indonesia di Era Global”. Lomba tersebut diikuti mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Untidar, Mohamad Dwi Raharjo dan Ridwan Setyo Pambudi.

Lomba esai ini diselenggarakan sebagai rangkaian kegiatan Muswil V Imabsii Jawa-Madura 2017 yang diselenggarakan di Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, pada 6 – 10 Maret 2017. “Kami mewakili himpunan mahasiswa Prodi PBSI mengikuti acara tersebut. Lalu, setiap peserta diwajibkan untuk mengikuti lomba esai dengan anggota maksimal dua mahasiswa,” tutur Muhammad Dwi Raharjo yang juga Ketua Himaprodi PBSI Untidar.

Pada kesempatan tersebut, Dwi Rahajo dan Ridwan menulis esai berjudul “Diskursus Pemertahanan Bahasa Indonesia di Era MEA”. “Kami menulis tentang gagasan untuk mempertahankan bahasa Indonesia melaui usaha pembakuan. Usaha tersebut antara lain: berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang tepat serta kodifikasi bahasa Indonesia menurut situasi pemakaian dan struktur bahasa,” tambah Dwi Raharjo, mahasiswa PBSI Semester IV ini.

Esai tersebut berhasil mengantarkan mereka menjadi juara pertama disusul perwakilan mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Jakarta sebagai juara kedua dan Universitas Negeri Semarang sebagai juara ketiga.

Bertindak sebagai juri pada lomba esai tersebut adalah Dra. Ani Rakhmawati, M.A., Ph.D., Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., dan Dr. Budhi Setiawan, M.Pd., ketiganya adalah Dosen UNS. Sebagai hadiah, panitia akan memberikan uang pembinaan dan sertifikat. Akan tetapi, Dwi Raharjo dan Ridwan mengatakan belum menerima hadiah saat penulis mengonfirmasikan kepada keduanya.

Langkah kedua mahasiswa PBSI Untidar ini sebagai bentuk keterlibatan pada forum mahasiswa tingkat nasional. Selamat Dwi Raharjo dan Ridwan, semoga kalian dapat memotivasi mahasiswa lainnya untuk berprestasi pada forum-forum ilmiah. (WJ)

[:en]

(UNTIDAR-20/03/17) – Students Association of Indonesian Language and Literature (Imabsii) in Jawa-Madura Region held National Essay Competeition in order to Regional Forum V (Muswil) with the theme “Memperkuat Peran Bahasa Indonesia di Era Global”. Mohamad Dwi Raharjo and Ridwan Setyo Pambudi, students of PBSI Tidar University, joinned on that competition.

The Competition was organized by Sebelas Maret University (UNS) as a series actcivity of Muswil V Imabsii in Java-Madura region 2017. It was held in Surakarta, from 6th – 10th March 2017. “We, as the delegation of PBSI, take part in that competition. Every delegation should enroll in Essay Competition,” said Muhammad Dwi Raharjo who is also the chief of Students’ Association of PBSI.

On that occasion, Dwi Rahajo and Ridwan wrote an essay entitled “Diskursus  Pemertahanan Bahasa Indonesia di Era MEA”. “We write about an idea to maintain Bahasa Indonesia through standardization. For examples, we can communicate with Bahasa Indonesia correctly and  Bahasa Indonesia codification based on the use of the language structure,” added Dwi Raharjo.

Their essay drove them into the first winner of the competition, followed by delegation from Universitas Islam Negeri Jakarta as the second winner and Semarang State University as the third winner.

Three lecturers from UNS became  judges for the competition, they were Dra. Ani Rakhmawati, M.A., Ph.D., Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., and Dr. Budhi Setiawan, M.Pd. Some cash and certificate were given to the winners. This glorious achievement is as their active involvement in national students’ forum. Congratulation for Dwi Raharjo and Ridwan!

(WJ –NA)

[:]

[:id]Seluruh Dosen dan Tendik FKIP Ikuti RKA 2018 di Salatiga[:en]FKIP Lecturers and Staffs Joined RKA 2018 in Salatiga[:]

[:id]

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Tidar mengadakan Rapat Kerja Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) 2018 di Hotel Grand Wahid, Salatiga pada 10 – 11 Maret 2017.

Acara ini dibuka oleh Dekan FKIP Untidar, Prof. Dr. Sukarno, M.si., dan diikuti paparan kebijakan keuangan tahun 2017 yang disampaikan secara langsung oleh Drs. Hery Suroso, S.T., M.T., Wakil Rektor II Untidar (Bidang Umum dan Keuangan). “Acara ini merupakan bahan RKU (Rencana Kerja Universitas) sekitar awal April 2018 mendatang. Semua fakultas diharapkan mengadakan acara ini agar menghasilkan Perjanjian Kinerja 2018,” tutur Drs. Hery Suroso, S.T.,M.T.

“Mengingat Acara ini sangat penting, semua dosen serta tenaga kependidikan FKIP wajib hadir. Dosen dan tendik harus mengetahui program kerja 2017 dan ikut merumuskan rencana program kerja dan anggaran 2018,” kata Prof. Dr. Sukarno, M.Si. saat membuka acara.

Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari satu malam ini dipimpin oleh Wakil Dekan II FKIP Untidar (Bidang Umum dan Keuangan), Dr. Dwi Winarsih, M.Pd. Raker ini dibagi menjadi dua sesi utama yaitu Pemantapan Kegiatan FKIP Tahun 2017 dan Rencana Program Kerja serta Anggaran Tahun 2018.

Secara bergantian, Koordinator Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Rangga Asmara, M.Pd., dan Koorprodi Pendidikan Bahasa Inggris, Malik Al Firdaus, M.Pd., mempresentasikan kegiatan tahun 2017 beserta anggraan dananya. “Penghitungan anggaran tiap-tiap prodi berdasarkan jumlah mahasiswa. Oleh karena itu, anggaran dana untuk PBI lebih besar daripada PBSI karena jumlah mahasiswa PBI lebih banyak daripada PBSI,” tutur Dr. Dwi Winarsih, M.Pd., saat memaparkan anggaran dana per kegiatan tahun 2017. Hasil dari kegiatan ini adalah proposal-proposal kegiatan tahun 2017.

Pada malam hari (10/3), acara dilanjutkan Paparan Rencana Kerja dan Anggaran Tahun 2018. “Untuk tahun 2018, Berdasarkan POK (Petunjuk Operasional Kegiatan), anggaran dana FKIP naik 8,9%. Selain itu, FKIP juga mendapatkan BOPTN (Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri) sebesar 20 juta rupiah yang digunakan untuk pengaaan sarana dan prasarana yang sifatnya mendesak,” kata Wadek II FKIP.

Pada akhir acara, Wadek II FKIP Untidar memaparkan rencana Perjanjian Kinerja Tahun 2018. Selain membahas seputar program kerja dan anggaran, acara yang dihadiri full-team FKIP ini juga membahas hal-hal penting perihal akademik maupun non-akademik di FKIP, seperti revitalisasi dosen wali dan pengajuan hibah. Secara garis besar, program kerja di FKIP diarahkan pada pencapaian prestasi mahasiswa. (WJ)

[:en]

Faculty of Education and Teachers Training (FKIP) held work and budget plans (RKA) 2018 in Grand Wahid Hotel, Salatiga on 10-11 March 2017.

This workshop was opened by Prof. Dr. Sukarno, M.Si, as dean of FKIP Untidar. It was followed by 2017 financial policy explanation which delivered by Drs. Hery Suroso, S.T, M.T, Vice Rector of Finance and General Affair. “This workshop is material for University Work Schedule (RKU) for beginning of April 2018. It is hoped that all faculties could produced Perjanjian Kinerja 2018,” said Drs. Hery Surososo, S.T., M.T.

“Since the importance of this workshop, all lecturers and staffs must attend this workshop. They must know 2017 work program and formulate 2018 work and finance program,” said Prof.Dr. Sukarno, M.Si. in opening ceremony.

This workshop was held in two days which is lead by Vice Dean of Finance and General Affair, Dr. Dwi Winarsih, M.Pd. This workshop was divided into two sections; consolidation of 2017 FKIP programs and 2018 work and budget plans.

Rangga Asmara, M.Pd., Coordinator of Indonesia Language and Literature Education Study Program (PBSI), and Moch. Malik Al Firdaus, M.Pd., Coordinator of English Education Study Program (PBI), took turn in presenting programs and finance in 2017. “It is count based on total students in English Education and Indonesian Language and Literature Education Study Program. Therefore, budget plan for PBI is higher than PBSI, since total number of students in PBI is higher than PBSI,” said Dr. Dwi Winarsih, M.Pd in explaining budget plan for each program in 2017. The result of this workshop is proposal of 2017 programs. (GF)

[:]

[:id]Unesa beri Kiat Melaju jadi Universitas Terpandang[:en]Unesa Shared the Trick to be Reputable University[:]

[:id]

Selasa, 14 Maret 2017 Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) dan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Unesa menyambut kedatangan rombongan KKL FKIP Untidar. Hadir dalam acara pembukaan para dekan, wakil dekan, kajur, kaprodi, dan dosen baik dari FKIP Untidar maupun FBS Unesa. Menariknya, saat acara pembukan ada dua dosen secara spontan didapuk membaca puisi, Dr.Tengsoe Tjahjono, M.Pd. dari Unesa yang baru saja pulang dari Hankuk University of Foreign Studies Korea sebagai guru tamu dan Drs. Budiono, M.Pd. dari Untidar yang notabene keduanya adalah seorang sastrawan. Tak mau kalah, mahasiswa Untidar juga mempersembahkan tari gambyong untuk menyemarakkan suasana.

Unesa dipandang sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia yang sudah lebih senior dibandingkan dengan Untidar. Maka dari itu banyak hal yang dapat dipelajari untuk mengejar ketertinggalan Untidar sebagai kampus negeri. Unesa juga dipilih DIKTI untuk mengawal dan mengembangkan budaya literasi serta dijadikan pusat kajian literasi. Dekan FBS Unesa, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. dalam sambutannya menceritakan bahwa Unesa sedang gencar melakukan pembenahan, salah satunya akan melahirkan fakultas baru yakni Fakultas Seni dan Industri Kreatif. Di lain sisi, FBS juga sedang merintis pendirian prodi baru yaitu Pendidikan Bahasa Madura yang pertama di dunia, Prodi Bahasa Arab dengan konsentrasi pengkajian terhadap sastra-sastra lama, Prodi Bahasa Korea, dan Prodi Pendidikan BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) yang akan melahirkan guru BIPA.

Pada kesempatan ini Bambang sangat mengapresiasi program KKL, “Kunjungan seperti ini bagus ya. Kita kedatangan lawan tanding sekaligus untuk menguji kekuatan akademis, tidak melulu hanya menjadi jago kandang saja.” Dirinya juga menyampaikan bahwa FBS Unesa khususnya prodi PBSI kerap menerima kunjungan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Tingginya minat untuk berkunjung tersebut diprediksi dari sumber daya dosen yang bagus, bahwa prodi PBSI terdiri dari 67% doktor. Dari 33 jumlah dosen, ada 5 profesor, 21 doktor, dan sisanya adalah dosen baru, meskipun magister masih berstatus asisten dosen. “Sekarang ini kan eranya keteraturan, jadi semua kerja harus jelas arahnya. Perlu perencanaan yang baik dan terstruktur. Introspeksi juga perlu dilakukan dengan melihat kemampuan serta kebutuhan pasar. Sudah jelas harus inovatif dan bisa memunculkan sesuatu yang berbeda. Di samping itu, kerja harus ada prosedur yang standar, sesuai dengan SOP,” nasihatnya supaya Untidar bisa melaju menjadi universitas terkemuka di Indonesia.

Sebagai oleh-oleh, Unesa menghadiahkan buku rangkuman kegiatan yang sudah terlaksana baik pada bidang akademik, kemahasiswaan alumni, dan keuangan sarana prasarana. Harapannya untuk bisa dipelajari sebagai bahan pengembangan. Acara kunjungan ditutup dengan pertunjukan teater dari masing-masing universitas dan penyerahan cindera mata. Mahasiswa Untidar kemudian berpamitan untuk meneruskan perjalanan menuju Pulau Dewata dengan tak lupa mengucapkan terimakasih atas penyambutan yang baik. (TP)

[:en]

Tuesday, March 14, 2017, Indonesian Language and English Department of Faculty of Languages and Arts (FBS), State University of Surabaya (Unesa) welcomed the field work of FKIP, Tidar University. The dean, vice deans, chair of departments, coordinator of study programs, and lecturers from FBS Unesa and FKIP UNTIDAR attended that event. There was an interesting part in the opening ceremony. Two lecturers spontaneously were asked to recite poems. They were Dr.Tengsoe Tjahjono, M.Pd. from Unesa who had just returned from Hankuk University of Foreign Studies, Korea as guest lecturer and Drs. Budiono, M.Pd. from UNTIDAR. Both of them are authors. Besides, the students of Tidar University performed Javanese traditional dance “gambyong” to give color of this event.

Unesa is regarded as one of the best universities in Indonesia which is more senior than UNTIDAR. As a result, there are a lot of things which can be learned from this university so that UNTIDAR can catch up as a state university. Unesa is also chosen by higher education (DIKTI) to precede and develop literacy and it is also used as a center of study of literacy. The dean of FBS Unesa, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. told thatUnesa was unceasingly revamping. One of the revamps was establishing new faculty namely the Faculty of Arts and Creative Industry. Furthermore, FBS was also pioneering the first new study program in the world namely Maduranese Language Education. FBS was also establishing Arabic Language Education with concentration of old literature study, Korean Language Education, and Indonesian for Foreign Speakers (BIPA) Education.

On this occasion, Bambang greatly appreciated Fieldwork program, “This program is very good. We have got sparring partner which can test our academic strength, so we do not become a champion only in our university.” Bambang also said that FBS especially PBSI study program often received the visit from several universities in Indonesia. This high interest in visiting PBSI study program was predicted from the great resources of lecturers. 67% of lecturers of PBSI are doctorate. From 33 lecturers, there are 5 professors, 21 doctorates, and the rests are new lecturers with magister degree. This new lecturers are still positioned as lecture assistants. “Because of the orderliness era, we should have a clear direction and well planning in every activity. The introspection was needed by seeing the market ability and needed. In addition, the activity should be based on SOP,” advised Bambang so that UNTIDAR can be reputable university in Indonesia.

As a gift, UNESA gave a summary book of academic activity which had been done.  It was hoped that this book can be a reference as material development. This visit was closed by theater performance from each universities and gift handover. Then, after leave-taking and expressed the gratitude, the students of Tidar University continued their trip to Bali. (TP/AW)

[:]

[:id]Mahasiswa FKIP Ikuti ELT Workshop Sharing Practices: Extensive Reading in Vietnamese Context[:en]FETT Students Participate at ELT Workshop Sharing Practices: Extensive Reading in Vietnamese Context[:]

[:id]

FKIP-Untidar (13/3). Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar, Sabtu 11 Maret 2017 mengikuti Workshop Extensive Reading in Vietnamese Context yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Universitas Ahmad Dahlan. Sembilan mahasiswa tersebut adalah mahasiswa semester 4 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Mereka yang mengikuti workshop ini di antaranya Zaqy Mubarok, Axel Alessandro Satriawan, Muhammad Ridwan, Ananta Dewi Sugiarto, Lidya Ayu Mutiarani, Eka Kusuma Adianingrum, Esti Rahmawati, Nurul Isnaeni, dan Yasman. Kegiatan ini berlangsung selama 2 jam setengah, dari pukul 9.30 hingga 12.00 WIB.

Ryan Thompson, M.A. dari CELRMIT International University Vietnam didapuk sebagai pembicara dalam workshop ini. Thompson mengatakan beberapa permasalahan tentang membaca dan pengalaman mendalamnya saat mengajar extensive reading di RMIT Vietnam. Selain itu, Thompson juga menyampaikan tentang budaya membaca yang terjadi saat ini. “Dalam membaca, kuncinya adalah menikmati apa yang kita baca,” tuturnya.

Pemaparan dari Thompson tersebut telah menggugah kesan mendalam bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris yang mengikuti workshop ini. Zaqy menuturkan apa yang disampaikan oleh Thompson menambah wawasannya tentang apa itu extensive reading. Di lain sisi, Excel menambahkan bahwa “Sistem mengajar extensive reading yang diajarakan di Vietnam berbeda sekali dengan yang diajarkan di Indonesia.”

Zaqy pun tak segan menanyakan kepada Thompson tentang apa pendapatnya mengenai perkuliahan extensive reading yang hanya menganalisis ide pokok dari sebuah teks yang dimuat dari jurnal internasional. Thompson menanggapi bahwa “Perkuliahan extensive reading sebenarnya dapat dilakukan dengan diskusi, mahasiswa pun dapat meringkas dari jurnal atau membuat peta konsep dari apa yang dia baca.” Workshop ini semakin berkesan bagi mahasiswa karena semua peserta yang hadir adalah mahasiswa S2 dan dosen, sedangkan peserta dari mahasiswa S1 hanya mereka (WL).

[:en]

FKIP-Untidar (13/3). Students of Faculty of Education and Teacher Training, Tidar University attended Workshop Extensive Reading in Vietnamese Context, which was organized by Language Center of Ahmad Dahlan University, on Saturday, March 11 2017. The participants from Tidar University were nine fourth semester students of English Education Study Program. They were Zaqy Mubarok, Axel Alessandro Satriawan, Muhammad Ridwan, Ananta Dewi Sugiarto, Lidya Mutiarani Ayu Eka Kusuma Adianingrum, Esti Rahmawati, Nurul Isnaeni, and Yasman. This activity lasted for two hours and a half, started from 9:30 to 12:00 pm.

Ryan Thompson, M.A. from CELRMIT International University Vietnam was the keynote speakers at this workshop. Thompson delivered his speech in which some problems dealt with reading skill and his experience in teaching extensive reading at RMIT Vietnam. Continuously, he emphasizes in his argument about today’s reading culture. “In reading a text, the key is to enjoy what we read,” he said.

Thompson’s explanation has awakened a deep impression on these students. Zaqi argued that what Thompson said has widened his knowledge on extensive reading value. His classmate Axel told, “Extensive reading teaching method in Vietnam is totally different with teaching method used in Indonesia.”

Zaqy asked Thompson’s thought about an extensive reading lecture, which only focuses on analyzing the main idea of an international journal article. Thompson responded, “The class can be done by discussing it, students may summarize the article or drawing mind map from the text.” For them, this workshop gives good memory since most participants were graduate students and lecturers, while those were from Tidar University were undergraduate students. (WL/WR).

[:]

[:id]Antusiasme Mahasiswa FKIP Ikuti KKL[:en]Students’ enthusiasm in Joining Fieldwork of FETT[:]

[:id]

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar melaksanakan Program Kuliah Kerja Lapangan (KKL) atau studi banding ke Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Program ini wajib diikuti bagi mahasiswa semester 6, baik prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) maupun Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI). KKL yang berlangsung pada 13-17 Maret 2017 ini tidak hanya berkunjung ke Unnesa saja, tetapi juga akan berekreasi ke pulai Bali. Ketua panitia program KKL, Muhammad Aziz menyampaikan “Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun, tujuannya untuk mengenalkan universitas lain kepada mahasiswa Untidar sebagai bahan evaluasi diri untuk lebih baik lagi.”

Unesa dipilih menjadi tujuan program studi banding karena dinilai merupakan salah satu universitas terpandang di Indonesia yang juga memiliki prodi PBI dan PBSI sehingga bisa dijadikan acuan FKIP Untidar. Selain itu akreditasi Unesa yg mendapatkan nilai B untuk prodi PBI dan PBSI juga merupakan landasan kuat pemilihan tujuan studi banding. Aziz menambahkan, “Program ini wajib diikuti seluruh mahasiswa semester 6, jika tidak bisa mengikuti tahun ini bisa ikut di tahun berikutnya, karena setelah mengikuti KKL akan mendapat sertifikat yang digunakan sebagai syarat pendaftaran wisuda.”

Dalam pelepasan mahasiswa KKL Senin (13/3/2017) pagi, Dekan FKIP Prof. Dr. Sukarno, M.Si. memberikan apresiasi atas partisipasi dan semangat kerja panitia dan peserta. Beliau juga memberikan nasihat supaya mahasiswa dapat konsentrasi penuh pada acara inti yakni seminar dan diskusi di Unesa. “Terkadang ketika mahasiswa berkegiatan dalam suasana yang santai, lupa untuk menjaga dan membawa diri. Maka saya berpesan untuk tetap dapat menjaga ketertiban dan keamanan. Selalu berkelompok dan tepat waktu saat berwisata,” pungkasnya. Khusus di tahun ini Fakultas juga memberikan bantuan uang transport senilai Rp 100.000,00 bagi masing-masing mahasiswa. (TP)

[:en]

Faculty of English Education and Teacher Training of Tidar University (FETT UNTIDAR) held Fieldwork Program (KKL) in State University of Surabaya (UNESA). Fieldwork is an obligatory program for sixth semester students of English and Indonesian department. This Fieldwork which was took place on March, 13-17 2017 not only visited UNESA but also tripped to Bali. The chief of Fieldwork program, Ahmad Abdul Aziz said “Fieldwork is annually program in order to familiarize other universities to students of Tidar University as self-evaluation”.

UNESA was chosen as the fieldwork destination because it is one of the reputable universities in Indonesia. UNESA also has English Education (PBI) and Indonesian Language and Literature Education (PBSI) study program which can be used as the reference for FETT UNTIDAR. In addition, the B accreditation of PBI and PBSI had been a strong reason of choosing UNESA as the destination of fieldwork. Aziz added, “Fieldwork program must be followed by sixth semester students, if they could not join this year, they had an opportunity to follow this program next year. The certificate which becomes one of the requirements for graduation would be given to the students after joined this program”.

In discharging the fieldwork’s students on Monday (13/3/2017), the dean of FETT, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. appreciated the work and participation of committees and participants. He also advised the students to concentrate in their main activities (seminar and discussion) in UNESA. “Sometimes when students held an activity in relaxed atmosphere, they forgot to maintain their good behavior. I then advised the students to keep the order and security.” Sukarno added. He also warned the students to be on time and always in a group when they traveled. This year, faculty provides Rp.100.000 as transport allowance for each student.  (TP/AW)

[:]

[:id]Mahasiswa FKIP menjadi instruktur di English Camp[:en]FETT Students Become English Camp’s Tutor[:]

[:id]

Libur antar semester menjadi waktu yang tepat bagi mahasiswa untuk melakukan hal yang disukai. Waktu jeda yang terbilang lumayan lama juga dimanfaatkan oleh beberapa mahasiswa untuk mengasah kemampuan mengajar sekaligus belajar mengajar Bahasa Inggris. Rianita Dwi mahasiswa yang saat ini tercatat berada di semester 6 FKIP dan beberapa mahasiswa semester yang sama menggunakan masa libur semester ganjil 2016/2017 dengan menjadi instruktur speaking untuk English Camp.

English Camp, selanjutnya disingkat EC merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan selama satu minggu yang intinya adalah mengajak peserta yang berasal dari usia SMP maupun SMA untuk mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris setelah mengikuti kegiatan tersebut. Menurut Bapak Nur pengampu Instructional Design di PBI,  sekaligus merupakan Direktur EC kegiatan mengajar semacam ini sangat positif dalam membantu mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya, utamanya di Instructional Design. Sebelum beberapa mahasiswa diajak untuk terlibat dalam kegiatan sebagai instruktur, mereka dibekali dengan pembekalan secukupnya untuk paket program yang disajikan kepada peserta didik.

Rianita mengaku cukup berdebar pada awalnya karena ini adalah pengalaman pertama sebagai instruktur, meski telah berkali-kali menjadi tutor privat untuk siswa SMP dan SMA. Ia menceritakan bahwa ketika ditawari menjadi salah satu instruktur dirinya sempat tidak yakin dengan kemampuan mengajarnya. Namun demikian Rianita merasa optimis mampu menyelesaikan tugasnya. “Kemarin siswa peserta EC yang saya ajar berasal dari kelas 7 SMPN 2 Sleman, Yogyakarta sebanyak 22 siswa dan dari SMPN 1 Ngaglik sebanyak 12 siswa. Senang karena saya bertemu dengan banyak peserta yang bersemangat untuk belajar bahasa Inggris, Khususnya skill speaking. Apalagi ketika sesi mempraktikkan teori speaking yang kami berikan di dunia nyata pada turis yang berkunjung ke Borobudur. Ini menjadi pengalaman indah yang akan terus saya jadikan pelajaran untuk mengembangkan diri ke depan ketika saya benar-benar harus mengajar di depan kelas” tutupnya. (WD/GF)

[:en]

Time off between semesters is the right time for students to do their leisure time. It is also the right time for students to improve their ability in teaching while learn English. Rianita Dwi, 6th semester student of Faculty of Education and Teacher Training (FETT), and some other students were having their time off to be instructor for speaking in English Camp.

English Camp, later will be called as EC, is an activity which is done in a week to make participants which is in junior high school (SMP) and high school (SMA) age able to communicate by using English. Ahmad Nur T., M.Hum, Instructional Design’s lecturer in English Education Study Program (PBI) and EC’s Director, said that teaching activity has positive impact for helping student in applying their knowledge, especially Instructional Design. Before they began to teach as instructor, they were being well prepared with program which is delivered to participants.

Rianita said that firstly she was nervous since it was her first time to be an instructor, although she had been a private tutor for SMP and SMA’s students. She said that when she was being asked to be an instructor, she was unsure with her teaching ability. However she was optimistic to finish her job. “The participants whom I taught were 22 students from grade 7th of SMPN 2 Sleman, Yogyakarta and 12 students from SMPN 1 Ngaglik. I was so happy to meet enthusiast participants in learning English, especially Speaking, moreover, when we practiced speaking theory in having conversation with foreign tourist who visited Borobudur Temple. It was great experience for me to develop my skill when I must steach in real class,” said Rianita.

[:]

[:id]Kuliah Perdana di FKIP: Kontrak Kuliah antara Dosen dan Mahasiswa[:en]First Day of Even Semester in FETT: Lecture Contract between Lecturers and Students[:]

[:id]Senin, 13 Februari 2017 lapangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan terlihat dipadati kendaraan. Sekitar pukul 07.00 WIB, mahasiswa-mahasiswa FKIP sudah memasuki ruang kelas. Bukan hanya FKIP, seluruh mahasiswa dan dosen Universitas Tidar juga sudah mulai aktivitas mengajar pada hari itu.

Kuliah perdana Universitas Tidar dimulai Senin, 13 Februari 2017. Berdasarkan Kalender Akademik 2016/2017, Jadwal Semester Genap dimulai dengan perkuliahan paruh I 13 Februari sampai dengan 8 April 2017, UTS 10 – 22 April 2017, perkuliahan paruh II 24 April – 17 Juni 2017, dan Ujian Akhir Semester 3 – 15 Juli 2017.

Beberapa mahasiswa menyambut antusias kuliah perdana ini. “Saya sangat bersemangat semester ini karena akan menghadapi matakuliah-matakuliah baru dengan dosen-dosen yang juga baru mengajar saya di semester ini. Semester kemarin nilai matakuliah saya lumayan, jadi semester ini saya akan meningkatkan lagi usaha saya agar lebih baik lagi,” kata Ilmi Qonaah, mahasiswa PBSI saat ditemui usia mengikuti kuliah. Senada dengan Ilmi, Yusuf Yulianto, mahasiswa PBI, mengaku senang dan semangat bisa kembali kuliah.

Perkuliahan perdana di FKIP diisi dengan penjelasan kontrak kuliah, silabus, bahan ajar kuliah, tugas-tugas, tata tertib kuliah, dan sistem penilaian. “Dosen-dosen menjelaskan kontrak kuliah pada pertemuan perdana hari ini. Kami membuat kesepakatan-kesepakatan dengan dosen, misalnya toleransi keterlambatan, materi pembelajaran, sistem pengumpulan tugas, dan penilaian,” ujar Nuryanto, salah satu ketua kelas Semester II PBSI.

“Bagi kami, kontrak kuliah itu bukan hanya untuk mendisiplinkan mahasiswa, tetapi juga kami, para dosen. Materi perkuliahan juga lebih terarah. Selain itu, dengan adanya kontrak kuliah ketika kami harus menegur mahasiswa yang terlambat, baik itu datang kuliah atau mengumpulkan tugas, kami punya dasar. Mahasiswa pun berhak menegur kami saat kami terlambat tanpa pemberitahuan. Tata tertib dalam kontrak bukan hanya untuk mahasiswa, tetapi juga dosen,” ujar Arum Nisama Wulanjani, M.Pd., Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP.

Meskipun sudah mulai kuliah, beberapa mahasiswa belum sepenuhnya selesai perihal pengurusan jadwal kuliah. Krisna Adi Prasetya, misalnya, mahasiwa PBSI Semester II ini memiliki 4 matakuliah dengan jadwal bersamaan. “Persoalan jadwal kuliah yang belum beres, dapat diselesaikan saat Periode Batal Tambah Kartu Rencana Studi pada 13 – 15 Februari 2017,” kata Drs. Hari Wahyono, M.Pd., via WhatsApp yang dikirimkan kepada seluruh dosen FKIP agar memberitahukan informasi tersebut kepada seluruh mahasiswa.

WJ

[:en] 

Monday, February 13, 2017, many vehicles congested the field of Faculty of Education and Teacher Training (FETT). The students of FETT had entered their classroom at 7 a.m. Not only FETT students, but also all students and lecturers of Tidar University had started the lecturing activity on that day.

The lecturing activity at Tidar University was started on Monday, February 13, 2017. According to academic calendar 2016/2017, the schedule of Even Semester is February 13 – April 8, 2017 for the first part and April 24 – June 17, 2017 for the second part.  The midterm exam is held on April 10 – 22, 2017, while the final exam is held on July 3 – 15, 2017.

Some students welcomed the first day on this semester enthusiastically. “I am really enthusiastic this semester because I will face new subjects and lecturers. On the odd semester, my mark was pretty good, so this semester I will increase my mark and study harder,” said Ilmi Qonaah, the student of Indonesian Language and Literature Education (PBSI) after joining the lecture. In line with Ilmi, Yusuf Yulianto, the student of English Education, admitted that he had a new spirit facing the new semester.

The lecturing on the first day was about the explanation of lecture contract, syllabus, material, assignments, class regulation, and assessment system. “Lecturers explain lecture contract on this first day. We make the agreements such as lateness tolerance, material, assignments submitting system, and assessments,” explained Nuryanto, one of the second semester leaders in PBSI.

“Lecture contract is not only to discipline the students but also to discipline us as lecturers. It will make the material more focus too. Furthermore, the lecture contract will be our guidance in class so we can admonish the students who are late in class or in submitting the assignments. The students also have a right to warn us if we come late without information. In short, the regulation in lecture contract is not for students only but also for lecturers,” added Arum Nisma Wulanjani, M.Pd., the lecturer of English Education.

Although the class had begun, some students still had a problem with the lecturing schedule. Krisna Adi Prasetya, the second semester student of PBSI, had four subjects at the same time. “The schedule problem can be completed in add/drop period of Study Card on February 13 – 15, 2017,” Drs. Hari Wahyono, M.Pd. informed via WhatsApp which was sent to the lecturers of FETT to be informed to the students.

WJ/AW

[:]

[:id]Ekspos Borang Akreditas[:en]Indonesian Language and Literature Education Study Program Exposes Accreditation Form[:]

[:id]

Magelang – Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) mengadakan rapat ekspos borang akreditasi di ruang lab microteaching (10/02/2017). Rapat yang dipimpin Rangga Asmara, M.Pd. selaku Koordinator Prodi (Korprodi) PBSI itu membahas borang akreditasi yang segera diserahkan ke DIKTI.

“Borang ini hasil kerja keras tim yang akan segera kami bawa ke Jakarta minggu depan,” kata Rangga saat membuka rapat. Rapat dihadiri 14 dosen PBSI dan pejabat struktural Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untidar.

Batas waktu penyerahan borang akreditasi adalah 19 Februari 2017. Diagendakan pada 14 Februari 2017 borang akreditasi tersebut sudah dibawa ke Jakarta.

Borang akreditasi PBSI dikerjakan oleh tim yang terdiri atas dosen-dosen PBSI. Proses pengerjaan borang sudah dimulai sejak Agustus 2016. Dengan kerja keras tim, akhirnya borang dapat diselesaikan. Marilah kita berdoa agar PBSI memperoleh akreditasi A. (IS)

[:en]

FETT Untidar (16/02/2017) – On Friday, 10th February 2017, Indonesian Language and Literature Education Study Program (PBSI) held a meeting for exposing accreditation form. Held in Microteaching Laboratory, the meeting was lead by Rangga Asmara, M. Pd as the Coordinator of PBSI. The meeting itself focused on the accreditaion form which should be handed soon to Ministry of Science

“We will hand this accreditation form in to the Ministry next week,” said Rangga Asmara, M. Pd in the opening of the meeting. The meeting was attended by 14 lecturers of PBSI and also several structural officials from Faculty of Education and Teacher Training.

Lecturers of PBSI has worked hard as the accreditation team. The accreditation form had been done since August 2016 by the team. The accrediation form has The deadline for the form submission is on 19th February 2017. The team of the accreditation scheduled to submit the form to the Ministry on 14th February 2017.

By doing tremendous effort, the team finally could complete the accreditation borang. Let’s hope for the best result, for PBSI getting score A for the accreditation.  (IS-NA)

[:]

[:id]Asyiknya Isi KRS di FKIP[:en]FETT: WOW! IT IS FUN FOR HAVING ON LINE KRS[:]

[:id]

FKIP Untidar (10/02). Antusiasme mahasiswa FKIP dalam proses pengisian Kartu Rancangan Studi (KRS) terlihat dengan ramainya proses pembimbingan yang dilakukan oleh Pembimbing Akademik (PA). Sebelum melakukan pengisian KRS online mahasiswa FKIP diwajibkan untuk melakukan proses pembimbingan dengan PA pada tanggal 6 – 10 Februari 2017 untuk memastikan tidak adanya kesalahan pengambilan mata kuliah. Pada hari pertama pengisian KRS tanggal 6 Febuari yang lalu, mahasiswa datang lebih awal agar mendapatkan pelayanan terlebih dahulu dari PA. Ratri Prafitrasari, salah seorang mahasiswa PBI semester 2 mengatakan, “Saya datang pada pukul 8 pagi supaya saya dapat sesegera mungkin melakukan pengisian KRS.” Dia menambahkan, “Untuk pertama kalinya merasakan serunya rebutan jadwal dimana kami bisa merencanakan hari kuliah kami sendiri”.

Antusiasme lain disampaikan oleh Amalia Desniati mahasiswa PBI semester 2, “Pada semester kali ini, ada beberapa mata kuliah yang tidak sekelas dengan teman-teman saya. Namun, sisi positifnya, saya bisa mengenal teman baru dan memperluas pertemanan saya.”

Sebagai Pembimbing Akademik, Moch. Malik Al Firdaus, M.Pd. menyampaikan bahwa masih banyak mahasiswa merasakan kesukaran untuk memilah jadwal mata kuliah agar antara jadwal kelas satu dengan kelas yang lain tidak saling bertubrukan. Maka peran PA sangatlah penting di sini.”

Pada pengisian KRS kali ini, mahasiswa mengharapkan adanya perbedaaan antara pembimbingan KRS dengan pengisian KRS sehingga mahasiswa mampu mengisi KRS lebih awal. Seperti yang diutarakan Regian, mahasiswa PBI Semester 6, dimana dia menyampaikan “Paling tidak satu minggu sebelum pengisian KRS, pelayanan pembimbingan pengisian KRS bisa dilakukan, sehingga kami lebih leluasa melakukan pengisian KRS.” (WR)

[:en]

FETT Untidar (10/02). The students’ enthusiasm of FETT Untidar in the process of filling the Study Plan Card (KRS) can be seen from the coaching process performed by Academic Advisors. Before doing on line KRS, the FETT students are required to do the coaching process with the Academic Advisors on February 6-10, 2017 to ensure no mistakes in taking classes. On the first day of the KRS filling, February 6, the students arrived early in order to get service in advance from the Academic Advisors. Ratri Prafitrasari, one of the English Education students said, I had come at 8 a.m. so that I could do KRS as soon as possible. She added, for the first time, I could feel the excitement of planning of our schedule.

Other enthusiasm conveyed by Amalia Desniati, second semester English Education student, this semester, there are some subjects that I take which are not in the same class with my friends. However, the positive thing, I can get new friends and have new friendship.

Moch. Malik Al Firdaus, M.Pd., one of the Academic Advisors, said that many students still faced difficulty in sorting out the schedules. Then, the Academic Advisorss role is very important.

On the KRS filling process, the student expects the differences between KRS coaching  and KRS filling so that the students are able to fill KRS early. As stated by Regian, sixth semester English Education student, who said ‘The KRS  coaching services can be done at least one week before, so we will have free time to do KRS filling.’ (ER)

[:]

[:id]HUMAS DAN PRESS RELEASE[:en]PUBLIC AFFAIRS AND PRESS RELEASE[:]

[:id]

Magelang – Humas berperan penting dalam sebuah lembaga/perusahaan sebagai penghubung antara lembaga/perusahaan dan publik. Humas bertanggung jawab menjaga citra positif lembaga. Salah satu tugas penting humas adalah membuat press release. Persoalannya, menurut Shinta Ardhany, banyak humas tidak mampu membuat press release efektif.

Agar humas mampu membuat press release efektif, Jawa Pos Radar Kedu bekerja sama dengan Bank Magelang mengadakan workshop bertema “Workshop Media Relations dan Penulisan Press Release” di Bank Magelang (Senin, 30/01/2017,). Workshop yang berlangsung pukul 08.30—13.30 WIB itu dihadiri peserta dari berbagai perusahaan dan lembaga, seperti SMP Muhammadiyah, Universitas Tidar, dan Armada Group.

Workshop tersebut menghadirkan tiga pemateri, yaitu Shinta Ardhany, Mukhtar Lutfi, dan Sumali Ibnu Chamid. Shinta Ardhany merupakan praktisi media. Mukhtar Lutfi dan Sumali Ibnu Chamid merupakan wartawan Jawa Pos Radar Kedu.

Shinta Ardhany, pemateri pertama, menekankan bahwa humas perlu menjaga hubungan baik dengan media dan masyarakat. Salah satu caranya dengan mengadakan kegiatan rutin yang melibatkan keduanya. Dengan demikian, hubungan antara lembaga/perusahaan dan publik akan terjaga dengan baik.

“Humas dapat mengadakan kegiatan rutin dengan media dan masyarakat,” ujar Shinta.

Pemateri kedua, Mukhtar Lutfi, menjelaskan teknik penulisan berita efektif. Menurutnya, banyak humas tidak mampu menulis berita dengan baik tentang lembaga/perusahaan mereka karena tidak memerhatikan unsur 5 W + 1 H, yaitu what, where, when, who, why dan how.

“Banyak press release ditulis dengan bahasa yang tidak tepat. Kadang-kadang tidak memenuhi 5 W + 1 H,” ujar Mukhtar.

Selain teknik penulisan, unsur penting lain dalam press release adalah foto. Oleh karena itu, pemateri ketiga, Sumali Ibnu Chamid, memberi materi tentang foto jurnalistik. Menurut Sumali, foto dalam press release harus memiliki nilai berita. Oleh karena itu, Humas tidak boleh asal mencantumkan foto dalam press release mereka.

“Foto yang baik punya nilai berita,” ujar Sumali.

Ia melanjutkan, sebagaimana dalam penulisan berita, sebuah foto jurnalistik juga harus mengandung unsur 5 W + 1 H. Dengan demikian, pembaca berita dapat memperoleh banyak informasi dari foto yang tercantumkan dalam press release.

Workshop pun diakhiri dengan sesi foto bersama yang dilanjutkan dengan ramah tamah. Usai ramah tamah, peserta pun meninggalkan ruang workshop termasuk perwakilan FKIP Untidar, Irsyadi Shalima, M.A. (IS)

[:en]

Magelang- Public Affairs take an important role in institutions/companies as a link between institutions/companies and public. Public Affairs are responsible to keep a positive image of the institution. One important task of public affairs is to create press release. However, Shinta says that many public affairs cannot make an effective press release.

Jawa Pos Radar Kedu and Bank Magelang held an workshop “Workshop Media Relations and Press Release Writing” in  Bank Magelang (Monday, 30/1/2017) at 08.30-1.30 p.m.. The purpose of the workshop is to help the public affairs in making the effective press release. The participants of the workshop are from some companies and institutions, such as SMP Muhammadiyah, Tidar University, and Armada Group.

Moreover, the speakers of the workshop are Shinta Ardhany, Mukhtar Lutfi, and Sumali Ibnu Chamid. Shinta Ardhany is a media practitioner. Mukhtar Lutfi and Sumali Ibnu Chamid are the reporters of Jawa Pos Radar Kedu.

Shinta Ardhany, the first speaker, contends that public affairs need to maintain a good relationship between media and society. One of the ways is by conducting routine activities that involve media and society. Therefore, there will be a good relationship between the companies/institutions and public.

“Public Affairs can conduct routine events with the media and society,” Shinta stated.

The second speaker, Mukhtar Lutfi, explains about the effective news writing. He says that many public affairs cannot write the good news about their institutions/companies because they do not pay attention to 5W + 1H aspects (what, where, when, who, why and how).

“Many press releases are written in inappropriate language in which they do not include 5W+1H,” Mukhtar asserted.

Besides the writing techniques, another important aspect of press release is photography. The third speaker, Sumali Ibnu Chamid, gives the material about journalistic photography. He notes that press release photography must have news values. Furthermore, Public Affairs need to include photos in their press release.

“Good photos have news values” Sumali said.

He adds that a journalistic photo must cover 5W + 1H in writing the news. Therefore, the readers get information by looking at the press release photos.

The last part of workshop is photo session and courteous gathering. After the gathering, the participants included Irsyadi Shalima (the representative of Faculty of Education and Teacher’s Training-Untidar) leave the workshop room. (CA)

 

[:]