[:id]Kuliah Umum dari Balai Konservasi di Pendidikan Biologi[:en]Public Lecture from Conservation Centre in Biology Education[:]

[:id]

Program studi Pendidikan Biologi Universitas Tidar (UNTIDAR) mengadakan kuliah umum yang menghadirkan narasumber Moh. Habibi dari Borobudur Conservation Office. Kuliah umum yang diadakan pada tanggal 13 September 2019 mengangkat tema “Keanekaragaman Fauna & Flora pada Relief Candi Borobudur”. Kuliah umum Pendidikan Biologi ini diadakan di Ruang A3.B4 Gedung Fakultas Ekonomi (FE) UNTIDAR pada pukul 13.00-15.00.  Kegiatan ini dihadiri oleh jajaran dosen program studi Pendidikan Biologi berserta mahasiswanya.

Menurut Dr. Ericka Darmawan, M.Pd. tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menambah pemahaman mahasiswa Pendidikan Biologi UNTIDAR mengenai keanekaragaman hewan dan tumbuhan yang ada pada relief Candi Borobudur dan  menggali kearifan lokal masyarakat zaman dahulu dalam memanfaatkan tumbuhan. Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kearifan karakter moral yang ada pada relief sehingga dapat dikorelasikan dengan pendidikan karakter untuk masyarakat di masa sekarang.[FR]

[:en]

Biology Education study program, Universitas Tidar (UNTIDAR) held the public lecture which is invited Moh. Habibi from Borobudur Conservation Office. It was held in September 13th, 2019 and themed “Diversity of Fauna & Flora in the Relief of Borobudur Temple”. It was taken place in A3B4, Economic Faculty UNTIDAR at 13.00-5.00 and attended by the lecturers and students of Biology Education.

Dr. Ericka Darmawan, M.Pd. said that the aim of this public lecture is to enlarge the students’ knowledge about the diversity of animals and plants that exist in Borobudur Temple relief and explore the local wisdom of the ancient people in utilizing plants. In addition, this activity aims to determine the wisdom of the moral character that exists in relief so that it can be correlated with character education for the community at the present time. (FR/AW)

[:]

[:id]FKIP Hadirkan Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah dalam Kuliah Umum dengan Tema “Postcolonial Encounters: Colonial and Neocolonial Issues”[:en]FKIP Presents Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah in a Public Lecture with the theme “Postcolonial Encounters: Colonial and Neocolonial Issues”[:]

[:id]

Bertempat di Ruang Multimedia, pada hari Selasa, 10 September 2019, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tidar menyelenggarakan kuliah umum dengan tema ”Postcolonial Encounters: Colonial and Neocolonial Issues.” FKIP UNTIDAR mengundang Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah yang merupakan Associate Professor of English Jamal Mohamed College, Bharatidasan University, Tamil Nadu, India, sebagai narasumber. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka peningkatan kerja sama luar negeri dan penguatan kapasitas akademik serta penandatanganan MoA antara Universitas Tidar dengan Jamal Mohamed College, Bharatidasan University, India. Adapun peserta dari kuliah umum ini adalah pejabat struktural FKIP UNTIDAR, beberapa dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), perwakilan mahasiswa EDSA dan Himaprodi PBSI, serta mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia (program lintas jurusan).

Kuliah umum ini dimulai pada pukul 13.00. Sambutan diberikan oleh Prof. Sukarno, M.Si. selaku Dekan FKIP UNTIDAR dan Dr. Ir. Noor Farid, M.Si. selaku Wakil Rektor I. Dalam kuliah umum ini, Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah meyampaikan bahwa dalam suatu negara yang sangat majemuk dan pernah mengalami post-kolonialisme seperti India dan Indonesia, identitas menjadi sangat majemuk juga (tidak tunggal), misalnya dia tidak bisa menyebut dirinya muslim saja, tetapi dia harus menyebut dirinya Indian muslim. Dia juga tidak bisa menyebut dirinya Indian saja karena orang-orang juga menganggap dia adalah orang Pakistan dari namanya, sehingga dia harus menyebut dirinya Indian muslim.

Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah menuturkan bahwa ada beberapa pertanyaan yang muncul dalam negara-negara post-kolonial, sebagai contoh, mengapa kita mempelajari  budaya-budaya colonizer, misalnya, mengapa yang dipelajari orang India bukan bahasa Tamil atau bahasa Punjab, tetapi justru bahasa Inggris dan kesusastraan Inggris. Bahkan, Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah mencontohkan dengan menyebut dirinya sendiri sebagai English lecturer. Beliau menambahkan bahwa kolonialisasi itu muncul karena adanya rasa superior, yaitu western (Barat) merasa bahwa mereka lebih superior dibandingkan Timur sehingga ketika mereka melakukan kolonialisasi, menurut mereka hal tersebut bukan melakukan kolonialisasi, tetapi mereka sedang mendidik orang-orang Timur.

Berkaitan dengan neokolonialisme, Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah memberikan beberapa contoh neokolonialisme yang terjadi di beberapa negara, misalnya ketika orang India bekerja di Amerika, mereka dibayar berbeda dengan bangsa Eropa lainnya karena merupakan orang India. Selanjutnya, di Kanada semua bangsa bisa bertemu tetapi ada semacam privilege tertentu untuk bangsa tertentu, misalnya bangsa Perancis mendapatkan privilege yang berbeda dengan bangsa yang lainnya. Selain itu, neokolonialisme juga dijumpai di film. Hampir semua cerita-cerita (film) dari daerah Timur, ketika masuk di Hollywood maka film tersebut akan dicitarasakan Barat, dan tidak lagi menjadi milik Timur. Jadi, agar dapat dikonsumsi oleh Timur, maka film tersebut harus dicitarasakan Barat.

Pada sesi diskusi dan tanya jawab, ada peserta yang bertanya terkait apakah kita bisa lepas dari kolonialisme. Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah menjawab bahwa kita tidak akan bisa lepas dari kolonialisme karena dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kebudayaan kolonial. Selain itu, kita juga masih menggunakan produk-produk kolonial. Satu-satunya cara yang membuat kita lepas dari kolonialisme adalah di pikiran bahwa kita harus memerdekakan pikiran kita dari kolonialisme.

Kedatangan Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah ke Indonesia merupakan rangkaian tour beliau untuk memberikan kuliah umum di beberapa universitas di Indonesia, yang dimulai dari tanggal 9 September sampai dengan tanggal 15 September 2019. Adapun kegiatan kuliah umum beliau adalah pada tanggal 9 September di ISI Yogyakarta dengan tema “The Fountain Effect and its Influence on Art and Literary Scenario” dan di UGM bertemakan “Cultural Hegemony and Multiculturalism.” Tanggal 10 September 2019 di UNTIDAR dengan tema “Postcolonial Encounters: Colonial and Neocolonial Issues, sedangkan tanggal 11 September 2019 di UI dengan tema “Post Truth Literature and Trump Era.” Selanjutnya, tanggal 12 September 2019 beliau memberikan kuliah umum di IAIN Surakarta bertemakan “Pop-culture and Desi Ethics” dan tanggal 13 September di IAIN Pekalongan dengan tema “Understanding Post Modern Aesthetics.” Terakhir, tanggal 14 – 15 September dalam The 8th International Conference on English Language Teaching, Literature, and Translation (ELTLT) di UNNES dengan tema “Zeitgeist and Literary Landscapes 4.0.” [YF]

[:en]

Located in the Multimedia Room, on Tuesday, September 10, 2019, Faculty of Education and Teachers Training (FKIP) of Universitas Tidar held a public lecture with the theme “Postcolonial Encounters: Colonial and Neocolonial Issues.” FKIP UNTIDAR invited Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah who is an Associate Professor of English of Jamal Mohamed College, Bharatidasan University, Tamil Nadu, India, as a guest speaker. One of the purposes of conducting this occasion is to enhance overseas cooperation and strengthen academic capacity as there was a session of signing an MoA between Universitas  Tidar and Jamal Mohamed College, Bharatidasan University, India. The participants of this public lecture were FKIP structural officials, lecturers of the English Education Study Program (PBI) and Indonesian Language and Literature Education (PBSI), representatives of EDSA and members of Students Oganization (Himaprodi) of PBSI, and students of the Masters Program in Indonesian Language Education (cross program majors).

In his lecture, Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah said that in countries that are very pluralistic and have experienced post-colonialism such as India and Indonesia, identity is very diverse, for example he cannot call himself a Muslim, but he must call himself an Indian Muslim. He also cannot call himself Indian because people also consider him to be a Pakistani by his name, so he must call himself an Indian Muslim.

“There are some questions that arise in post-colonial countries like, why should we study colonizer cultures like English and English literature instead of Tamil or Punjab?” Added Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah. In fact, he gave an example by calling himself an English lecturer. He explained further that the colonization arose because of a sense of superiority, that was, the Westerns felt that they were superior to the East so that when they colonized, they didn’t regard that as colonialism, instead, according to them, they were educating the Easterners.

Regarding neocolonialism, Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah gave several examples of neocolonialism that occurs in several countries, for example, when Indians work in America, they are paid differently from Europeans because they are Indians. Furthermore, in Canada all nations can meet, but there is a certain kind of privilege for certain nations, for example the French have different privileges from other nations. In addition, neocolonialism is also found in films. Nearly all stories (films) from the East, when enter in Hollywood the films will be perceived by the West, and no longer belong to the East. So, in order to be consumed by the East, the film must be perceived by the West.

In the discussion and question and answer session, there were participants who asked whether we could escape from colonialism. Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah answered that we cannot escape from colonialism because in our daily lives we cannot escape from colonial culture. In addition, we also still use colonial products. The only way to make us free from colonialism is that we must free our minds from colonialism.

Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah came to Indonesia is a series of public lecture tour at several universities in Indonesia and UNTIDAR got the chance to be one of those selected universities. (AL)

[:]

[:id]Kuliah Daring bagi Mahasiswa Milenial, UNTIDAR Perkenalkan ELITA[:]

[:id]

Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr. Ir. Noor Farid, M.Si. baru-baru ini mengedarkan surat perihal pelaksanaan E-learning. Surat dengan Nomor 256/UN57/PK.01.00/2019 tertanggal 10 September 2019 ditujukan pada seluruh Dekan Fakultas UNTIDAR, Kepala UPT TIK UNTIDAR, yang kemudian diteruskan pada seluruh dosen di lingkungan UNTIDAR. Pemberitahuan ini merujuk pada pasal 27 ayat (2) Peraturan Rektor Universitas Tidar Nomor 15/UN57/HK.01/ 2019 tentang Pedoman Akademik Universitas Tidar disampaikan bentuk interaksi antara dosen, mahasiswa, dan sumber belajar berupa bersemuka dan daring (E-learning) yang diatur dalam pedoman tersendiri dan sebagai tindak lanjut kegiatan bimbingan teknis penyusunan konten mata kuliah e-learning Pendidikan Jarak Jauh. Pelaksaanaan proses pembelajaran dengan bentuk daring (E-learning) mulai semester Gasal Tahun Akademik 2019/2020 dengan ketentukan pada tiap semester dilaksanakan 2x sebelum UTS dan 2x sebelum UAS dengan mahasiswa lulus kuis/test minimal dengan nilai B disetiap pertemuan daring sebagai syarat untuk ikut UTS/UAS.

Sebelum edaran tersebut disebar, seluruh dosen di lingkungan Universitas Tidar terlebih dahulu dibekali dengan Workshop Pelatihan Pembelajaran E-Learning Universitas Tidar (ELITA) pada Rabu, 21 Agustus 2019, sehingga pelaksanaan kuliah daring dapat berjalan dengan baik. Asri Wijayanti, Plt Korprodi PBSI menyatakan bahwa kuliah menggunakan ELITA lebih efektif demi mencapai tujuan yang diharapkan dari setiap mata kuliah tanpa takut kekurangan waktu. “Dosen kan punya tuntutan lain selain mengajar, yaitu melakukan penelitian atau pengabdian. Ketika waktu dosen bentrok, harus melaksanakan workshop atau seminar call paper padahal ada jam mengajar, sekarang tidak perlu lagi ganti jam mengajar, tinggal pakai ELITA untuk mengganti tatap muka, sudah beres. Materi terkejar, waktu juga tidak terbuang,” ungkapnya.

ELITA sebagai sistem baru pembelajaran milenial memang masih dipandang menyusahkan, karena dosen harus mulai belajar menguasai dan mengoperasikan berbagai tools yang tersedia pada sistem tersebut. “Wajarlah kalau baru pertama kali ya pasti susah menyesuaikan diri, tapi lama-lama ya jadi gampang dan justru banyak membantu,” papar dosen wanita asal Kudus. Dalam pelaksanaannya ada beberapa masukan yang perlu diperhatikan pihak UPT TIK demi mendukung pembelajaran daring. Akhirnya Asri memungkasi pernyataannya, “Kalau bisa ditingkatkan lagi untuk akses ELITA. Ketika semua dosen dan mahasiswa mengakses ELITA di jam yang bersamaan di seluruh kampus koneksinya kadang lemot dan sering error, ini cukup menghambat juga. Tidak perlu di kampus juga sih mengakses ELITA, kalau di rumah pun juga kadang masih lemot untuk membuka sistem ini, semoga bisa menjadi masukan demi kualitas yang lebih baik.” (TP)

[:]

[:id]Mahasiswa Thailand Program SEA-TEACHER datang ke UNTIDAR[:en]Thai Students from SEA-TEACHER Program Arrival at UNTIDAR[:]

[:id]

Program SEA-TEACHER Batch ke 8 di FKIP Universitas Tidar dilaksanakan pada  tanggal 4 Agustus sampai 1 September 2019. Pada batch ke 8 kali ini, dua mahasiswa dari  Valaya Alongkorn Rajabhat University, Thailand yaitu Prakaiwan Suna dan Thanchanok Rattanaporn yang berkesempatan mengunjungi Universitas Tidar. Kedua mahasiswa ini merupakan mahasiswa jurusan pendidikan Bahasa Inggris yang akan melaksanakan praktik pengalaman lapangan, dalam hal ini adalah mengajar di sekolah.

SEA-TEACHER (Southeast Asian Teacher) merupakan program yang bernaung di bawah SEAMEO (Southeast Asian Ministers of Education) dengan program pertukaran mahasiswa antar negara di Asia Tenggara. SEA-TEACHER ini merupakan program pengalaman praktik mengajar mahasiswa prodi kependidikan ke seluruh Universitas kependidikan di Asia Tenggara. Program ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa di kawasan Asia untuk mendapat pengalaman internasional secara langsung, terutama dalam hal pendidikan dan pengajaran.

Selepas sampai di Indonesia tepatnya di Universitas Tidar pada Senin 5 Agustus 2019, Prakaiwan Suna dan Thanchanok Rattanaporn bertemu dengan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Prof. Dr. Sukarno, M.Si  untuk selanjutnya melakukan orientasi di kampus Universiats Tidar. Sekolah yang dijadikan sebagai tempat Praktik mengajar dan Observasi adalah SMP Negeri 1 Magelang. Observasi di sekolah dilaksanakan selama sepekan dari tanggal 6  sampai 10 agustus 2019.

Agenda minggu ke 2 diisi dengan menjadi asisten guru di kelas sekaligus belajar metode pembelajaran yang dipakai di SMP Negeri 1 Magelang. Minggu ketiga dan keempat mahasiswa SEA-TEACHER diberi kesempatan untuk praktik mengajar di kelas yang telah di siapkan oleh guru pamongnya di SMP Negeri 1 Magelang. Jumat, 30 Agustus 2019 diadakan Ferewell Party dan Cultural Exchance untuk Prakaiwan Suna dan Thanchanok Rattanaporn karena program SEA-TEACHER mereka akan berakhir. Prakaiwan Suna dan Thanchanok Rattanaporn resmi meninggalkan Untidar untuk kembali ke Thailand pada 1 September 2019.

“Saya belajar banyak tentang Indonesia, budaya Jawa dan Indonesia, makanan nasional, bahasa Indonesia, bahasa Jawa dan atraksi khususnya Borobudur. Saya sangat senang karena dalam hidup saya baru sekali ini dapat pergi dan melihat langsung ke Borobudur, Kuil yang sangat besar di dunia. Ini merupakan pengalaman pertama saya tentang mengajar di luar negeri. Sungguh momen yang luar biasa dalam hidup saya untuk mempelajari hal-hal baru yang belum pernah saya lihat sebelumnya” ungkap Prakaiwan Suna dan Thanchanok Rattanaporn. [KG]

[:en]

The 8th SEA-TEACHER Batch Program at Faculty of Education and Teachers Training (FKIP)  Universitas Tidar was held on 4 August to 1 September 2019. In this batch, two students from Valaya Alongkorn Rajabhat University, Thailand, Prakaiwan Suna and Thanchanok Rattanaporn, had the opportunity to visit Universitas Tidar. Both of these students are students majoring in English education who carried out practical experience in the field, in this case teaching at school.

SEA-TEACHER (Southeast Asian Teacher) is a program under the auspices of SEAMEO (Southeast Asian Ministers of Education) with student exchange programs between countries in Southeast Asia. SEA-TEACHER is a practical experience program teaching students of educational programs to all educational universities in Southeast Asia. This program aims to provide opportunities for students in the Asian to gain direct international experience, especially in terms of education and teaching.

After arriving in Indonesia at Universitas Tidar on Monday 5 August 2019, Prakaiwan Suna and Thanchanok Rattanaporn met the Dean of FKIP, Prof. Dr. Sukarno, M.Sc. henceforth conducted orientation at the campus. The school which had been choosen as a place for teaching and observation practices was SMP Negeri 1 Magelang. The bservations at the school was held for a week from 6 to 10 August 2019.

Agenda minggu ke 2 diisi dengan menjadi asisten guru di kelas sekaligus belajar metode pembelajaran yang dipakai di SMP Negeri 1 Magelang. Minggu ketiga dan keempat mahasiswa SEA-TEACHER diberi kesempatan untuk praktik mengajar di kelas yang telah di siapkan oleh guru pamongnya di SMP Negeri 1 Magelang. Jumat, 30 Agustus 2019 diadakan Ferewell Party dan Cultural Exchance untuk Prakaiwan Suna dan Thanchanok Rattanaporn karena program SEA-TEACHER mereka akan berakhir. Prakaiwan Suna dan Thanchanok Rattanaporn resmi meninggalkan Untidar untuk kembali ke Thailand pada 1 September 2019.

The second week’s agenda was filled by being a teacher’s assistant in the classroom and learning the methods used in SMP Negeri 1 Magelang. In the third and fourth week, SEA-TEACHER students were given the opportunity to practice teaching in class that had been prepared by their tutor teacher in SMP Negeri 1 Magelang. On Friday, August 30, 2019, the Farewell Party and Cultural Exchange were held for Prakaiwan Suna and Thanchanok Rattanaporn. Prakaiwan Suna and Thanchanok Rattanaporn officially left Universitas Tidar to return to Thailand on September 1, 2019.

“I learned a lot about Indonesia, Javanese and Indonesian culture, national food, Indonesian language, Javanese and attractions especially Borobudur. I am very happy because this is my once in a lifetime experience to go and see directly Borobudur, one of the biggest Buddhist temple in the world. This is my first experience of teaching abroad. It is an extraordinary moment in my life to learn new things that I had never seen before, “said Prakaiwan Suna and Thanchanok Rattanaporn. [KG-NA]

[:]

[:id]PKKMB FKIP UNTIDAR 2019: Ada yang Beda![:en]PKKMB FKIP UNTIDAR 2019: Bring a Difference![:]

[:id]

Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) atau yang lebih dikenal dengan Oritentasi Tidar Muda (OTADAMA) tahun 2019 telah terlaksana. Kegiatan terserbut dimulai tanggal 19 hingga 23 Agustus 2019. Rangkaian PKKMB dimulai dengan Serah Terima Mahasiswa Baru pada hari pertama, PKKMB tingkat universitas pada hari kedua, Kuliah Umum dan Expo UKM pada hari ketiga, dan pada hari terakhir dilaksanakan PKKMB tingkat Fakultas.

Khusus untuk FKIP, PKKMB tahun ini mengambil tema besar, yaitu “Mewujudkan Mahasiswa Keguruan yang Berkarakter, Inovatif dan Kompetitif”. Meski masih berstatus “mahasiswa baru” diharapkan setelah kegiatan tersebut mereka memiliki karakter sebagai pembelajar yang siap untuk berinovasi dan berkompetisi dalam berbagai ajang dan kesempatan. PKKMB FKIP sendiri diikuti oleh 600 mahasiswa baru sebagai peserta. Hadir dalam acara tersebut seluruh pejabat struktural tingkat fakultas, jurusan, prodi, hingga perwakilan dari berbagai organisasi mahasiswa tingkat fakultas.

Ada hal yang berbeda pada PKKMB FKIP Universitas Tidar tahun ini jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini mahasiswa tidak hanya dioritentasikan untuk mengenali lingkungan kampus dengan segala struktur dan fasilitasnya, tetapi juga dilaksanakan program bakti sosial kepada masyarakat di sekitar Unviersitas Tidar dan program Pemetaan Minat dan Bakat. Program-program tersebut merupakan upaya untuk menanamkan sejak awal tentang sikap, khususnya kepedulian sosial yang hari-hari ini mulai terkisis pada diri generasi muda, dan upaya untuk pengembangan potensi diri pada masing-masing mahasiwa. [MR]

[:en]

The introduction to college life (PKKMB) for new students at Universitas Tidar or better known as OTADAMA in 2019 had been carried out. The activities began on August 19-23, 2019. The PKKMB series began with the Handover of New Students on the first day, PKKMB at the university level was held on the second day, Public Lecture and UKM Expo were held on the third day, and on the last day the PKKMB was held at the Faculty level (FETT). .

Specifically for FKIP (Faculty of Education and Teachers Training), PKKMB this year brought a big theme, “Creating Students with Character, Innovative and Competitive”. Although they are still the status of “new students”, it is hoped that after these activities they will have a character as learners who are ready to innovate and compete in various events and opportunities. In FKIP, PKKMB itself was attended by 600 new students as participants. All structural officials at the faculty, department, study program level, to representatives of various faculty level student organizations were also attending the activity.

There is something different brought to FKIP PKKMB this year comparing to previous years. For this year, the students were not only authenticated to recognize the campus environment with all its structures and facilities, but also to carry out social service programs for the community around Univesrsitas Tidar and also the Interest and Talent Mapping program. These programs are an effort to embed the students from earlier about attitudes, especially social awareness which is starting to be analyzed in the young generation, and efforts to develop the potential of each student. [MR – NA].

[:]

[:id]Dosen FKIP Menangi Lomba Menghias Tumpeng[:en]FETT’S Lecturers Won Tumpeng Decoration Contest[:]

[:id]

Kamis (15/08/2019) bertempat di Lantai 3 Gedung Fakultas Ekonomi, Dharma Wanita Persatuan Universitas Tidar (DWP UNTIDAR) menggelar lomba menghias tumpeng dan lomba berdandan tanpa cermin. Kegiatan lomba yang mengusung tema “Wanita Indonesia Unggul Indonesia Maju di Era Industri 4.0” diselenggarakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 74.

Kegiatan perlombaan diikuti oleh perwakilan dosen dari seluruh Fakultas dan Unit di lingkungan Universitas Tidar. Tidak terkecuali FKIP pun mengirimkan perwakilannya dalam lomba menghias tumpeng yaitu Ayu Wulandari, M. Pd. dan Molas Warsi Nugraheni, M. Pd.. Sementara itu, Winasti Rahma Diani, M.Hum mewakili FKIP dalam lomba berdandan tanpa cermin. Serangkaian lomba berlangsung sangat meriah. Antusias peserta dan penonton menambah riuh lomba yang berlangsung. Dalam kegiatan

lomba tersebut, Ayu Wulandari, M. Pd. dan Molas Warsi Nugraheni, M. Pd. berhasil menjadi juara tiga lomba menghias tumpeng.

“Dalam lomba merias tumpeng kami mengusung tema keanekaragam dalam kesatuan yang hakikiki.  Syukur Alhamdulillah dengan dukungan dan semangat dari FKIP kami dapat memperoleh juara III. Semoga lomba–lomba berikutnya bisa lebih baik dan bisa memboyong juara I” kata Molas Warsi Nugraheni, M. Pd. pada saat diwawancarai. (RI)

[:en]

Thursday, August 15, 2019, located at Third Floor Economics Faculty Building, Dharma Wanita Persatuan Universitas Tidar (DWP UNTIDAR) held a contest to decorate the Tumpeng and a make-up competition without mirrors. The competition that carries the theme “Wanita Indonesia Unggul Indonesia Maju di Era Industri 4.0” was held to commemorate 74th Independence Day Republic of Indonesia.

The competition was attended by all the members of DWP UNTIDAR. This competition is also attended by FETT’s lecturers. Furthermore, the representative of FETT who join the Tumpeng decoration competition were Ayu Wulandari, M. Pd. and Molas Warsi Nugraheni, M. Pd.. Moreover, Winasti Rahma Diani, M.Hum. represents FETT in the make-up (without mirror) competition.

Finally, Ayu Wulandari, M. Pd. and Molas Warsi Nugraheni, M. Pd. won the Third Winners of the Tumpeng decoration competition. According to the interview conducted with Molas Warsi, M.Pd., the FETT team carries a theme “The unity in diversity.” She mentions, “Alhamdulillah, we can win this competition because of the support of the FETT family.” (ER)

[:]

[:id]Mahasiswa PBI (a.n Putri Lita) menang di Pemilihan Duta Wisata Magelang 2019[:en]The student of English Education (Putri Lita) won the Election of Magelang Tourism Ambassador 2019[:]

[:id]

Malam Penobatan Pemilihan Duta Wisata Kota Magelang telah terlaksanakan pada hari Jumat, 7 Agustus 2019 di Hotel Atria. Ajang Pemilihan Duta Wisata ini merupakan agenda rutin yang diselenggarakan oleh Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Kota Magelang. Tujuan diadakannya Pemilihan Duta Wisata ini adalah untuk memberikan ruang kepada para remaja atau pemuda yang memiliki potensi, bakat, dan kompetensi untuk bersama sama membangun dunia kepariwisataan di kota Magelang atas dasar nilai nilai budaya dan kearifan lokal yang dimiliki.

Drs. Joko Budiyono, MM selaku Sekretaris Daerah Kota Magelang menyerahkan penghargaan kepada para Juara. Penerima Juara Kepribadian kelompok Putri dalam Duta Wisata Kota Magelang adalah Putri Lita Anggara yang merupakan mahasiwa aktif Universitas Tidar dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Putri Lita Anggara yang mendapatkan nomor undi 04 telah mengikuti semua tahapan seleksi. Mulai dari seleksi administrasi  yang dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2019 dengan kriteria penilaian sebagai berikut : tinggi badan, berat badan, public speaking, dan performance. Setelah lolos tahap seleksi administrasi, Lita melanjutkan ke seleksi wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2019. Tahapan selanjutnya adalah tes tertulis dengan kriteria penilaian tentang Pembangunan Daerah, Pengetahuan Umum Kepariwisataan, Public Speaking dan Character Building, Kebudayaan, Psikologi, serta Kepribadian. Penilaian terakhir adalah penilaian penampilan panggung yang diselenggarakan pada malam Akrab di hari Rabu, 7 Agustus 2019.

Jarwadi, M.Pd selaku Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata  Kota Magelang mengemukakan bahwa kegiatan ini untuk memilih putra-putri terbaik Kota Magelang dalam rangka mempromosikan pariwisata dan Budaya. Beliau juga mengungkapkan penilaian seleksi benar benar objektif dengan melibatkan dewan juri yang benar benar berkompeten berasal dari budayawan, Bappeda Kota Magelang, Kepariwisataan, Psikologi maupun bidang lainnya. [KG]

[:en]

The Coronation Night of Magelang City Tourism Ambassador Election was held on Friday, August 7, 2019 at the Atria Hotel. The Tourism Ambassador Election event is a routine agenda organized by the Department of Youth and Tourism of Magelang City. The purpose of this Tourism Ambassador Election is to provide the chance for young people who have the potential, talents, and competencies to jointly develop the tourism world in Magelang City on the basis of their cultural values and local wisdom.

Drs. Joko Budiyono, MM as the Regional Secretary of Magelang City handed awards to the Champions. The recipient of the Personality Champion of this election was Putri Lita Anggara who is an active student of Universitas Tidar from English Education Study Program. Putri Lita Anggara, the finalist number 04, had participated in all stages of the selection starting from the administrative selection conducted on July 29, 2019 with the following evaluation criteria: height, weight, public speaking, and performance. After passing the administrative selection, Lita went on to interview selection conducted on August 5, 2019. The next stage was a written test with assessment criteria on Regional Development, General Knowledge in Tourism, Public Speaking and Character Building, Culture, Psychology, and Personality. The final result was the stage performance evaluation held on the familiar night of Wednesday, August 7, 2019.

Jarwadi, M.Pd as Head of the Youth, Sports and Tourism Office of Magelang City stated that this activity was to choose the best youths of Magelang City to promote tourism and culture. He also revealed that the selection assessment was truly objective by involving a truly competent jury coming from cultural practitioner, Bappeda Kota Magelang, Tourism, Psychology and other fields. (KG/AW)

[:]

[:id]Raih Intensive Buku Ajar Ristekdikti, Widya Ratna: Ingin Lakukan Self Efficacy[:]

[:id]

Menjadi seorang dosen haruslah pintar melihat peluang untuk bisa meningkatkan kompetensi dirinya di bidang pendidikan. Kewajiban untuk melaksanakan tugas pengajaran, penelitian, dan pengabdian atau Tri Dharma perguruan tinggi haruslah dibarengi dengan aksi nyata pengembangan kompetensi. Termasuk Widya Ratna Kusumaningrum, M.Pd., M.Ed. dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP UNTIDAR yang baru saja memenangi kompetisi hibah dana buku ajar dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. “Sering-sering aja buka laman simlitabmas ristekdikti, di sana banyak celah untuk mendapatkan hibah-hibah untuk meningkatkan kualitas diri sebagai seorang dosen,” ucap dosen satu anak ini.

Buku ajar yang dibuatnya ini terinspirasi dari Skema PDP (Penelitian Dosen Pemula) yang juga didanai oleh Ristekdikti sebelumnya, saat itu ia melakukan penelitian berjudul “Pengembangan Model Instrumen Tes Diagnostik Berbasis Dynamic Assessment dalam Mengidentifikasi Level Perkembangan Potensi Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris“. Tak berhenti di situ ia mengembangkan buku ajar dan dikompetisikan dalam skema Intensive Buku Ajar Ristekdikti. “Sebenarnya juga ingin mengukur kemampuan diri, bisa gak nih tembus program-programnya Dikti. Jadi lebih ke arah self efficacy itu sejauh apa,” tutur dosen yang mengenyam pendidikan S2 di Amerika Serikat.

Buku Ajar yang berjudul “Dynamic Approach to Oral Diagnostic Test” mendapat dana intensif senilai 17.5 juta rupiah, saat ini masih terbatas untuk internal, namun diharapkan buku ini bisa go public dan digunakan untuk melengkapi proses pembelajaran di tanah air. “Buku ajar harus memenuhi aturan sebuah buku seperti ada teori, ada soal evaluasi, dan yang paling penting harus autentik. Apalagi pemerintah sangat ketat dengan isu plagiarisme sehingga harus diusahakan plagiarisme-nya 0%. Nah kalau butuh kutipan maka wajib di parafrase-kan,” demikian tips yang diberikan bagi rekan-rekan lain yang ingin mencoba hibah ini. (TP)

[:]

[:id]2 Prodi FKIP Berhasil Meraih Akreditasi B[:en]Two Study Programs In FETT Successfully Get B Accrediation[:]

[:id]

Seluruh civitas akademika Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Tidar menyambut gembira atas hasil akreditasi 2 prodi barunya yaitu Program studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PIPA) dan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Magister. Program studi pendidikan Ilmu pengetahuan alam yang dipimpin oleh koorprodi Eko Juliyanto, M.Pd. memulai proses penyusunan borang pada bulan Maret hingga selesai pada kegiatan visitasi yang berlangsung pada 14-16 Juli 2019. Tim asesor yang terdiri atas dua ahli pendidikan IPA yaitu Dr. Ida Karniawati, M.Si.  dari Universitas Pendidikan Indonesia dengan cermat memeriksa dan menilai kelengkapan standar yang diusulkan. Begitu pula dengan asesor kedua yaitu Dr. Retno Widowati, M.Si. dari Universitas Nasional juga menilai dengan jeli sehingga didapatkan kompilasi nilai yang signifikan. Kerja keras dan usaha maksimal tim akreditasi membuahkan hasil yang gemilang yaitu diperolehnya nilai akreditasi B. Dengan hasil akreditasi tersebut diharapkan prodi PIPA dapat terus meningkatkan kualitas, baik dari segi pembelajarannya maupun dari produktifitasnya ungkap  Dekan FKIP Prof.Dr. Sukarno, M.Si. saat penutupan kegiatan visitasi yang berlangsung Selasa petang 16 Juli 2019.

Tidak terpaut lama, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Magister  juga memperoleh hasil yang memuaskan dalam kegiatan visitasi akreditasi yang berlangsung selama 2 hari Kamis-Jumat 18-19 Juli 2019. Tim asesor yang terdiri atas 2 ahli bahasa dan kependidikan yaitu Dr.Pujihartono, M.Hum dan Dr. Kastam Syamsi, M.Ed. memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi kemajuan dan kelangsungan program studi PBI tersebut. Nilai yang dicapai dalam akreditasi Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Magister  yaitu B gemuk. Kedua prodi baru yang telah terakreditasi ini semakin menguatkan kualitas FKIP sehingga tetap berkibar sebagai FKIP is the best di universitas Tidar. (MW)

Proses penyusunan borang hingga tahap visitasi berlangsung selama 2 bulan dengan melibatkan dosen , tenaga pendidikan, hingga pejabat struktural FKIP.

[:en]

The academic society of Faculty of Education and Teachers Training, Universitas Tidar, welcomed the results of the accreditation of two new study programs i.e. the Natural Sciences Education Study Program (PIPA) and the magister program of Indonesian Language Education Study Program. The Natural Sciences Education Study Program (PIPA) which is led by the coordination of study program, Eko Juliyanto, M.Pd., started the arrangement of accreditation forms in March until the visitation on July 14th – 16th, 2019. The assessor team consisted of two science education experts, Dr. Ida Karniawati, M.Sc. from Universitas Pendidikan Indonesia and Dr. Retno Widowati, M.Si. from Universitas Nasional examined and assessed the completeness of the proposed standards carefully. The hard work was paid off and got B accreditation. With that result, it was hoped that the Natural Sciences Education study program can improve its quality both in learning and productivity. It was stated by the dean of FETT, Prof.Dr. Sukarno, M.Si. at the closing of the visitation on Tuesday evening, July 16, 2019.

After that, the magister program of Indonesian Language Education Study Program also got the satisfying result in accreditation visitation which was lasted for two days on Thursday and Friday, July 18th – 19th, 2019. The assessor teams consisting of 2 linguists and education experts namely Dr. Pujihartono, M. Hum and Dr. Kastam Syamsi, M.Ed. provided useful input for the progress and continuity of the study program. The result of the accreditation is B. The two new study programs which have been accredited have strengthened FETT. (MW/AW)

[:]

[:id]Mahasiswa Prodi Pendididkan Bahasa Inggris FKIP UNTIDAR Meluncurkan Buku Baru[:en]English Education of FETT’s Students Launch New Books[:]

[:id]

Sebagai institusi yang melahirkan calon pendidik, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) FKIP UNTIDAR membekali mahasiswa agar dapat menghadapi kemajuan teknologi. Para mahasiswa telah dipersiapkan sejak awal untuk menjadi guru bagi generasi milenial. Salah satunya melalui mata kuliah keterampilan (skill) Technology Enhanced Language Learning (TELL). TELL merupakan mata kuliah skills pada semester 2. Di akhir kegiatan perkuliahan, mahasiswa telah menggelar pameran TELL di selasar FKIP UNTIDAR pada hari Rabu-Kamis tanggal 26-27 Juni 2019.

Pada kegiatan tersebut juga diluncurkan 4 buku karya mahasiswa yang berjudul Artificial Assistant for Digital Learners, The Further How Technology Changes The Way You Learn, Virtual Teachers for Digital Generation, Digital Technology for Autonomous English Learners: Enhanced Your English Skills with Technology. Buku-buku tersebut berisi deskripsi aplikasi teknologi yang membantu pembaca untuk belajar bahasa Inggris meliputi keterampilan reading, listening, writing, speaking, grammar, dan vocabulary. Selain itu banner hasil karya mahasiswa berisi aplikasi teknologi belajar bahasa Inggris juga dipamerkan. Dua belas banner terbaik akan dipilih dimana 6 terbaik pertama akan dipamerkan dalam acara International Conference on Language and Language Teaching (ICLLT) 12 Oktober 2019 dan 6 terbaik berikutnya akan dipamerkan pada acara Conference of English Language and Literature 29 Juni 2019.

“TELL merupakan mata kuliah yang memperkenalkan teknologi kepada mahasiswa untuk tertarik belajar bahasa Inggris. Pameran TELL bersamaan dengan launching buku ini mengajarkan kepada mahasiswa untuk berbagi ilmu serta sebagai upaya aktualisasi menggunakan bahasa Inggris dalam menulis”  kata salah satu dosen pengampu mata kuliah TELL, Lilia Indriani, M. Pd.

“Semua buku dan banner ditulis dan didesain oleh mahasiswa. Melalui kegiatan pameran TELL ini saya merasa senang dan bangga karena karya mahasiswa dapat terapresiasi” kata salah satu mahasiswa prodi PBI semester 2, Chanifatus Sa’adah. (RI)

[:en]

As an institution that create educators, English Education Study Program of FETT UNTIDAR equips students to face technological advancements. The students have been prepared from the beginning to become teachers for the millennial generation. One of those preparations is learning skill course, such as TELL (Technology to Enhanced Language Learning) which is being taught in second semester. At the end of the course, students held a TELL exhibition in FETT’s hallway on Wednesday-Thursday June 26th-27th, 2019.

In this activity, 4 books made by students were launched, which entitled Artificial Assistant for Digital Learners, The Further How Technology Changes The Way You Learn, Virtual Teachers for Digital Generation, Digital Technology for Autonomous English Learners: Enhanced Your English Skills with Technology. The books contains descriptions of technological applications that help readers to learn English include reading, listening, writing, speaking, grammar, and vocabulary skills. In addition, a banner made by students which is containing the application of English language learning was also exhibited. Twelve best banners are choosen to be exhibited in conferences held by FETT, such as International Conference on Language and Language Teaching (ICLLT) on October 12, 2019 and Conference of English Language and Literature on June 29, 2019.

“TELL is a course that introduces technologies to students who are interested in learning English. TELL exhibition and book launching taught students to share knowledge and as an effort to actualize using English in writing “said one of the TELL lecturers, Lilia Indriani, M. Pd.

“All books and banner are written and designed by students. Through this TELL exhibition, I felt happy and proud because the work of students can be appreciated, “said one of second semester students of English Department, Chanifatus Sa’adah. GF

[:]