[:id]Dr. Hari Pemilik HAKI “MUTIARA BERISI”[:en]Dr. Hari, The Owner of Intellectual Property Rights (IPR) “MUTIARA CONTAINS”[:]

[:id]

Bertepatan dengan upacara bendera dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2019 di Universitas Tidar, Dr. Hari Wahyono, M.Pd., salah satu dosen inspiratif FKIP,  mendapat penghargaan  atas  prestasi beliau dalam memperoleh HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) dari Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dr. Hari memegang hak cipta atas jenis ciptaan program komputer dengan nama MUTIARA BESARI (Menilai Mutu Berbicara  Berbasis Teknologi Informasi).

 “MUTIARA BERISI merupakan perangkat lunak tentang pengukuran kemampuan berbicara. Latar belakang penciptaan MUTIARA BERISI adalah adanya fenomena penilaian kemampuan berbicara yang masih manual dan perlu adanya penilaian kemampuan berbicara dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yaitu dengan pembuatan program komputer, sehingga penilaian kemampuan berbicara dapat dilakukan dimanapun dengan menggunakan MUTIARA BERISI” ujar Dr. Hari.

Terkait proses pengajuan HAKI MUTIARA BERISI, prosesnya tidak terlalu lama, ada beberapa persyaratan yang perlu dilengkapi dalam pengajuan HAKI secara daring, seperti identitas pencipta, panduan-panduan untuk pengguna, panduan-panduan untuk mengevaluasi produk MUTIARA BERISI, dan lain-lain.

Harapan dengan diperolehnya HAKI MUTIARA BERISI yaitu produk tersebut dapat dimanfaatkan oleh siapapun, akpanpun, dimanapun, untuk kepentingan apapun terutama terkait dengan penilaian kemampuan berbicara dengan seizin pencipta MUTIARA BERISI. “Produk saya MUTIARA BERISI dapat digunakan dalam konteks penilaian pembelajaran ataupun dalam perlombaan berbicara seperti lomba pidato” imbuh Dr.Hari.

Adapun ajakan dari Dr. Hari untuk dosen-dosen FKIP  agar semangat berkarya cipta. “Mari Bapak Ibu, banyak hal dan peluang untuk Bapak Ibu dosen FKIP berkarya cipta dan karya cipta itu bisa dipatenkan dan bermanfaat bagi banyak orang. Tidak sulit untuk medapatkan HAKI kalau ada kemauan dan kemampuan” tambah Dr. Hari. (CA)

[:en]

Coinciding with the flag ceremony in commemoration of the National Education Day on May 2, 2019 at Tidar University, Dr. Hari Wahyono, M.Pd., one of FKIP’s inspirational lecturers, was honoured for his achievements in obtaining IPR (Intellectual Property Rights) from the Ministry of Law and Human Rights. Dr. Hari holds the copyright for a type of computer program created under the name “MUTIARA BERISI” (Assessing Information Technology-Based Speaking Quality).

 “MUTIARA BERISI is a software about measuring speaking skill/speech. The background its  creation is the phenomenon of the assessment of speaking skill which is still manual and the need for the assessment by utilizing information technology advances, namely by making computer programs, so that the assessment of speech can be done anywhere by using MUTIARA BERISI.” Hari said.

The submission process of IPR MUTIARA BERISI, is not too long. There are several requirements that need to be completed in submitting IPR online, such as the identity of the creator, guidelines for users, guidelines for evaluating the product, and others.

The expectation of obtaining the IPR of MUTIARA BERISI is that the product can be used by anyone, anywhere, anytime, for any purpose, especially related to the assessment of the speaking skill with the permission of the creator of MUTIARA BERISI. “My product MUTIARA BERISI” can be used in the context of learning assessment or in speaking competitions such as speech contests, etc.” added Hari.

Dr. Hari motivates FKIP lecturers to be productive with the greatest spirit, “Come on, Colleagues. There are many things and opportunities for FKIP lecturers’ to work on and create works that can be patented and useful for many people. It is not difficult to get IPR if there is a will and ability,’ closed Hari. (AL)

[:]

[:id]Lima Mahasiswa FKIP Rebut Posisi di NUDC dan KDMI Tingkat Universitas[:en]Five FKIP Students Won the NUDC and KDMI at University Level[:]

[:id]

Minggu, 14 April 2019, Universitas Tidar mengadakan seleksi lomba debat bahasa Inggris yaitu NUDC (National University Debate Competition) dan lomba debat bahasa Indonesia KDMI (Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia) di ruang Multimedia UNTIDAR. NUDC yang diikuti oleh 20 tim yang berasal dari masing – masing program studi dan KDMI diikuti oleh 5 tim dari setiap fakultas di Untidar. Seleksi debat tersebut turut mengundang juri dari UNNES, UNDIP, UDINUS, dan POLINES.

Lima mahasiswa FKIP telah menunjukkan kebolehan dan kemampuannya di ajang debat bahasa Inggris dan bahasa Indonesia tingkat universitas. Kelima mahasiswa tersebut adalah Khusnul Wilanten, Nur Rohmah, Novia Indri Susanti, Yusuf Yuliyanto dan Ade Safri Fitria. Khusnul Wilanten dan Nur Rohmah adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) semester 6 yang duduk di posisi kedua pada NUDC tingkat universitas. Adapun Novia Indri Susanti, Yusuf Yuliyanto (PBI semester 6) dan Ade Safri Fitria (PBSI semester 4) berhasil mengalahkan peserta lain dan menjadi juara 1 KDMI tingkat universitas. Selanjutnya, para pemenang debat bahasa Indonesia KDMI akan melaju ke tingkat provinsi sebagai perwakilan Universitas Tidar di jenjang lomba yang lebih bergengsi.

Terus berkarya mahasiswa FKIP! (AG)

[:en]

Sunday, April 14, 2019, Tidar University held a selection of English debate competitions, namely NUDC (National University Debate Competition) and Indonesian language debate competition (KDMI) in the multimedia room of UNTIDAR. 20 teams from all study programs joined the NUDC while the KDMI was participated by 5 teams from each faculty at UNTIDAR. The debate selection also invited juries from UNNES, UNDIP, UDINUS, and POLINES.

Five FKIP students demonstrated their abilities in English and Indonesian Debates at the university level English. The five students were Khusnul Wilanten, Nur Rohmah, Novia Indri Susanti, Yusuf Yuliyanto and Ade Safri Fitria. Khusnul Wilanten and Nur Rohmah are from English Language Education Study Program (PBI) who became the second winners on the university level of NUDC. As for Novia Indri Susanti, Yusuf Yuliyanto (PBI) and Ade Safri Fitria (Indonesian Language and Literature Study Program), they defeated other participants and won the 1st place at university level of KDMI. Furthermore, the winners of the Indonesian language debate (KDMI) will advance to the provincial level as the representatives of UNTIDAR at a more prestigious level of competition.

Keep it up FKIP students! (AL)

[:]

[:id]Mahasiswa Ini Buktikan Prodi PBSI Berhasil Mencetak Profil Lulusan Pendukung sebagai Pewara, Tak Hanya Sukses Jadi Guru[:en]Proof that PBSI’s Student not only can be a Teacher[:]

[:id]

Nirma Melati, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP Untidar, boleh jadi merasa bangga atas pencapaiannya memenangkan Lomba Siar yang dihelat Universitas Muhammadiyah Solo (UMS) melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Rapma Fm. “Senengnya bukan main sih, karena bisa dibilang ini adalah pembalasan dendam kami setelah tahun lalu mengikuti kompetisi yang sama namun belum bisa bawa pulang piala, akhirnya tahun ini bisa (menang),” tutur Nirma sambil menampakkan wajah yang berseri-seri. Dalam kompetisi tersebut dia bersama seorang rekannya Oktiana Zulia, mahasiswa Teknik Sipil semester 7 berhasil menyingkirkan ke 20 pasang pesaingnya di tingkat nasional, hingga menyabet Juara 3.

Mahasiswa semester 7 ini membuktikan adanya korelasi atas matakuliah yang telah didapatkannya di prodi PBSI dengan mengikuti kompetisi ini. Saat menempuh semester awal terdapat mata kuliah Kemampuan Berbicara serta Retorika, matakuliah inilah pemantik semangatnya untuk terjun ke dunia public speaking. “Waktu semester 3 menempuh matakuliah Retorika benar-benar terpesona pada dosen pengampunya, Ibu Theresia Pinaka. Beliau mencontohkan bagaimana menjadi penyiar radio dengan apik, sehingga saya terinspirasi dan tertarik untuk mengikuti jejak beliau.” Sejak saat itu Nirma melangkahkan kakinya mengikuti UKM Radio Kampus Untidar Broad Casting (UBC Radio) untuk memperdalam ilmunya terkait dunia radio dan kepenyiaran.

Menjadi mahasiswa di Prodi PBSI memang tak hanya dicetak menjadi seorang Guru, meskipun hal tersebut adalah profil lulusan yang utama, namun mahasiswa juga dibekali keterampilan lain sebagai profil lulusan pendukung, salah satunya yakni menjadi penyiar radio. Nirma sependapat bahwa mata kuliah yang telah ditempuh membekalinya banyak hal diluar kependidikan seperti terampil berbicara di depan umum, kejurnalistikan, dan kewirausahaan. Hal ini dilakukan supaya mahasiswa memiliki keterampilan lain untuk bisa terus mengembangkan diri. Lebih dari itu, saat menjadi guru dengan berbekal skill tersebut menjadikan guru yang lebih professional dan bisa mencari penghasilan tambahan.

Saat ini Nirma berterima kasih atas pengetahuan yang telah didapatkannya melalui UKM Radio Kampus. Dirinya berharap universitas bisa mengelola dan menghidupkan kembali UKM ini karena banyaknya mahasiswa yang memiliki minat tinggi di dunia kepenyiaran. “Awalnya seneng karena bisa siaran di UBC Radio, tapi sekarang sedih soalnya tidak ada lagi yang merawat karena satu dan lain hal. Padahal banyak mahasiswa yang senang berkumpul dan menekuni dunia penyiaran, apalagi kan sudah ada prodi ilmu Komunikasi di sini. Jadi saya berharap radio kampus bisa mengudara lagi sebagai wadah mengembangkan diri dan untuk kesuksesan Untidar di mata Nasional bahkan Internasional,” harapnya.  (TP)

[:en]

Nirma Melati, student of Indonesian Language and Literature Study Program (PBSI) of Faculty of Education and Teachers Training Universitas Tidar, must be proud of her achievement to win broadcast contest which was held by Muhammadiyah Surakarta University (UMS) through their student center (UKM). “I’m really happy, since I couldn’t get anything last year when I joined the same competition, and finally I won this year,” said Nirma with beamed face. In this competition, Nirma and Oktiana Zuliana, the 7th semester of civil engineering students, was succeeded to beat 20 pairs contestant in national level, and won second runner up.

Nirma proved that there is a correlation between subjects she had learnt in class with this competition. In the first semester, students of PBSI study program took Speaking and Rhetoric courses. These courses made Nirma had enthusiasm to public speaking world. “In third semester, when I learnt rhetoric course, I was impressed with the lecturer, Mrs. Theresia Pinaka, who taught how to be good radio announcer, so I was inspired and interested to follow her,” said Nirma. Since then, she joined UBC Radio (Untidar Broadcasting Campus) to deepen her knowledge of radio and broadcasting.

Being students of PBSI is not only become as a teacher, although it is the main graduates, but students are also equipped with other skills such as, public speaking, journalistic, and entrepreneurship.  Nirma hopes that university can continue to manage and revive radio broadcast student center since there are many students who have intersest in broadcasting world. “I hope that UBC can be on air again as a place to develop and for the success of Untidar in national and international, “ she hoped (GF)

[:]

[:id]Gelar Workshop, HIMAPRODI Hadirkan Judhit Chung[:]

[:id]

UNTIDAR (20/11) Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (HMPS PBSI) Universitas Tidar (UNTIDAR) mengadakan Workshop Kepenulisan yang bertempat di Perpustakaan UNTIDAR. Acara ini dimulai pada pukul 09.00 WIB dengan menghadirkan Juditha Maharani Santosa Putri atau kerap dipanggil Judith Chung. Judith Chung merupakan novelis sekaligus songwriter yang sudah banyak menghasilkan karya.  Karyanya yang paling dikenal bertajuk Melagukan Kamu.

Workshop Kepenulisan HMPS PBSI diikuti oleh 120 mahasiswa dari Prodi PBSI dan beberapa dari Prodi lain di UNTIDAR. “Tidak menyangka antusiasnya besar banget saat kita share, meskipun pada saat hari H ada beberapa yang tidak hadir. Seneng juga pematerinya mudah banget diajak komunikas.” Ungkap Candra Dewi, ketua panitia Workshop Kepenulisan.

Menurut Judith dalam materi yang disampaikan, kunci menulis adalah niat, menentukan judul, mulai menulis. Selain menerima materi, peserta juga melakukan praktik menulis yang dibimbing langsung oleh Judith selaku pemateri pada Workshop kali ini. Judith juga memberikan motivasi kepada peserta untuk senantiasa menulis dan menghasilkan karya dalam bentuk tulisan.

“Workshop ini sangat bermanfaat, pematerinya juga bagus, bisa mengerti kita yang masih pemula,” menurut Dantik dan Dhinar, peserta Workshop Kepenulisan. Dengan adanya Workshop Kepenulisan ini banyak peserta yang terinspirasi dan memiliki semangat  untuk menulis. Pengalaman yang Judith bagikan kepada peserta Workshop memberikan motivasi tersendiri untuk memulai berkarya.

“Saya suka dengan acara ini, karena dengan acara ini saya dapat menyampaikan apa yang ingin saya sampaikan secara real, tidak hanya lewat karya saya saja,” ungkap Judith. Selain itu Judit juga mengatakan bahwa dia ingin mengajak orang-orang untuk menuliskan pemikirannya sebelum umur habis dan dapat dikenang oleh orang lain.

Panitia berharap dengan adanya Wrokshop Kepenulisan ini dapat memfasilitasi mahasiswa haus akan ilmu kepenulisan yang jarang dijumpai di bangku pendidikan formal. Selain itu, materi yang disampaikna oleh pemateri agar dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peserta Workshop mengenai dunia kepenulisan. [IF]

[:]

[:id]Dua Mahasiswa FKIP Juarai Lomba Esai Nasional di Makassar[:en]Two FETT’s Students were wining National Essay Competition in Makassar[:]

[:id]

Kabar gembira datang dari dua mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untidar. Mereka adalah Ririh Rubus Setyaningrum dan Rahma Adinda. Pada 28 September 2018 lalu, bersama dengan Ari Aprianti, mahasiswa S-1 Teknik Mesin Untidar, mereka dinobatkan sebagai juara 2 lomba esai tingkat nasional melalui acara National Economics Creative Compatition (NECC) yang diadakan Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar.

“Kami menyusun esai berjudul Coconut Fibber Wall: Solusi Meningkatkan Perekonomian Melalui Bahan Peredam Suara dari Komoditas Regional Area Magelang Berupa Serabut Kelapa guna Mendukung SDG-s 2030. Selama ini, hasil pengolahan sabut kelapa hanya digunakan untuk berbagai kebutuhan rumah tangga, seperti tali, sapu, dan keset. Sebetulnya sabut kelapa ini dapat digunakan sebagai bahan peredam suara,” tutur Rahma Adinda. Mahasiswa semester VII ini juga menuturkan coconut fiber wall merupakan inovasi untuk memperbaiki perekonomian warga Magelang yang memiliki komoditas regional berupa pohon kelapa. Selain ramah lingkungan, produk tersebut mudah diproduksi dan bernilai jual tinggi.

Lomba dengan tema mengoptimalkan SDGS-s melalui penguatan kapasitas regional menuju Indonesia berkemajuan ini terdiri atas dua jenis, yaitu esai dan debat. Subtema lomba dapat memilih ekonomi, hukum, sosial, lingkungan, dan teknologi. “Sebelumnya, kami mengirimkan esai pada akhir bulan Agustus 2018. Kami dihubungi lolos seleksi pada 4 September 2018, kemudian kami terbang ke Makassar untuk technical meeting pada 26 September 2018. Lomba dilaksanakan 27-28 September 2018 di UIN Alaudin Makassar,” tutur Ririh Rubus yang dihubungi melalui pesan singkat.

“Lomba ini merupakan pengalaman berharga bagi kami. Kami bertemu dengan beberapa mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia. Puji syukur juga kami berhasil menjadi juara kedua. Juara pertama dan ketiga didapatkan oleh mahasiswa Universitas Negeri Semarang. Kami mendapatkan sertifikat dan uang pembinaan 2 juta rupiah. Namun, yang paling berkesan adalah bertemu dengan teman-teman mahasiswa se-Indonesia,” tutur Ririh Rubus, mengenang pengalamannya berlaga di kompetisi nasional tersebut. WJ

[:en]

Good news came from two students of Indonesian Language and Literature Education of FETT, University of Tidar. They are Ririh Rubus Setyaningrum and Rahma Adinda. With their partner, Ari Aprianti, student of Mechanical Engineering University of Tidar, they were assigned as first runner up of national essay competition in National Economics Creative Competition (NECC) which is held in Univesitas Islam Negeri Alaudin Makassar.

“we made an essay entitled Coconut Fibber Wall: solution in improving economic through silencer from Magelang Regional Commodities in the form of coconut fibres to support SDG-s 2030.

During this time, the processing of coconut fiber are only used for a variety of household needs, such as rope, brooms, and mats. “Actually, this coconut fiber can be used as a silencer,” said Rahma Adinda. The eight semester’s student also said coconut fiber wall is an innovation to improve the economy of the Magelang’s people who have regional commodities in the form of coconut trees. Besides being environmentally friendly, the product is easily produced and has high selling value.

The competition which the theme is optimizing SDGS-s through strengthening regional capacity towards Indonesia progressed was consisted of two types, namely essays and debates. As the sub-theme, the participant can choose economic, legal, social, environmental and technological. “Previously, we sent an essay at the end of August 2018. The announcement was on September 4, 2018. Then we flew to Makassar for a technical meeting on September 26, 2018. The competition was held September 27-28 2018 at UIN Alaudin Makassar,” said Ririh Rubus who contacted via short message.

“This competition is a valuable experience for us. We met with several students from various campuses in Indonesia. We managed to become first runner up. The first and third winners were obtained by Semarang State University students. We get a certificate and 2 million rupiah as coaching money. However, the most memorable was meeting friends from all over Indonesia, “said Ririh Rubus, recalling her experience in the national competition. GF

[:]

[:id]Lagi dan Lagi…Mahasiswa FKIP Harumkan Nama Universitas Tidar[:]

[:id]

Tampaknya slogan FKIP is the best menjadi doa tersendiri bagi civitas akademika di FKIP. Hal ini bisa dilihat dari prestasi yang selalu diukir oleh civitas akademika. Prestasi terbaru diraih oleh Wilda Ulfiyanti (PBI) dan Rahma Adinda (PBSI)  pada 20 September 2018. Prestasi tersebut sebagai juara kedua Parade Cinta Tanah Air (PCTA) tingkat pusat yang dilaksanakan di Bandung. Sebuah lomba yang bertujuan untuk memfasilitasi warga negara untuk berkontribusi dalam inovasi secara nyata sebagai wujud cinta tanah air.

Kedua mahasiswa ini berawal dari coba-coba mengikuti seleksi tingkat Fakultas sampai akhirnya lolos dan melenggang ke seleksi tingkat universitas dan wilayah. Keduanya terinspirasi dari Magelang (Jawa Tengah) yang menjadi tempat mereka kuliah merupakan sumber pangan nasional. Oleh sebab itu kedua mahasiswa ini mengangkat tema tentang masalah pangan dengan menciptakan inovasi alat ASEM DONG (alat semprot dorong). Inovasi alat ini ditujukan untuk memudahkan para petani untuk memberantas hama agar lebih mudah, ringan, dan efektif.

Proses seleksi di tingkat nasional meliputi presentasi dan uji oral esai. Keduanya sudah mempersiapkan materi sangat baik dengan bantuan bimbingan dari beberapa dosen pembimbing. Persiapan yang matang membuahkan hasil yang cukup memuaskan, sehingga memperoleh juara kedua. “Kami sangat senang karena Kami diberi kesempatan membawa Universitas Tidar dan Jawa Tengah bertemu dengan peserta dari 33 provinsi lainnya” ungkap Wilda Ulfiyanti. Keduanya berbagi saran dengan teman-teman mahasiswa yang berminat untuk mengikuti ajang lomba PCTA tahun berikutnya dan lomba-lomba lainnya agar selalu yakin dan percaya dengan kemampuannya dan tim. Disamping itu usaha harus selalu diiringi dengan doa. ET

[:]

[:id]Pecah Kendi, Simbolik Pembukaan Pemantapan 2018[:]

[:id]

Himaprodi PBSI (Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) mengadakan Pemantapan (Penelusuran Minat Bakat dan Penalaran) pada 22 September 2018. Acara ini dimulai pada pukul 07.00 WIB dan berakhir pada Minggu (23/09) pukul 10.00. Pemecahan kendi yang berisi beras kuning oleh Koorprodi PBSI, Rangga Asmara dilakukan sebagai simbol telah dimulainya acara Pemantapan PBSI 2018.Filosofi dari kendi yang berisi beras kunng adalah beras kuning melambangkan siswa yang beralih menjadi mahasiswa beralmamater kuning, kendi yang melambangkan dinding pembatas pemikiran dan pergerakan / bentuk dari kurungan dunia persekolahan, dan kendi dipecahkan berarti pembebasan pemikiran mahasiswa baru yang lepas dari kurungan pembatas pemikiran dan pergerakan.

Acara yang diadakan di gedung teknik ruang E.02.3.06 diikuti oleh kurang lebih 107 mahasiswa baru prodi PBSI. Pemantapan kali ini mengusung tema Memantapkan Generasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang Aktif dan Berprestasi.

Berlangsung dengan lancar, acara Pemantapan menghadirkan empat pemateri baik dari dalam maupun luar civitas akademika Universitas Tidar. Materi pertama adalah sosialisasi duta wisata, duta bahasa, dan mahasiswa berprestasi yang disampaikan oleh Rangga Asmara., S.Pd. M.Pd., koorprodi PBSI. Dilanjutkan dengan materi kedua yakni sosialisasi IMABSII (Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia) oleh Muhammad Hamid Nur Rahman, korda IMABSII Jawa Tengah. Materi ketiga disampaikan oleh Yoga Adityatama dari Universitas Negeri Semarang yang menyampaikan tentang Public Speaking. Dan materi tekahir terkait tentang keormawaan yang disampaikan oleh Amalia Sasanti, aktivis yang saat ini sedang menjadi pengurus aktif BEM KM Univeristas Tidar.

Antusias mahasiswa sangat terlihat luar biasa dapat terlihat dari aktifnya mahasiswa pada saat materi berlangsung. Setelah materi selesai di sampaikan, panitia memfasilitasi peserta Pemantapan untuk mempraktikan ilmu menganai public speaking melalui debat, serta duta wisata dan duta bahasa.

Persiapan yang cukup matang, menghadirkan acara Pemantapan berjalan dengan lancar. Pada malam PBSI Mencari Bintang, tak disangka terdapat beberapa mahasiswa berbakat yang menampilkan kebolehannya baik dalam hal menyanyi, menari, melukis, hingga membaca puisi. Juri yang hadir kala itu pun tampak puas dan kagum kepada beberapa penampil dari mahasiswa PBSI 2018. Persiapan yang teramat singkat tak lagi menyurutkan mereka untuk menampilkan yang terbaik.

“Saya berharap agar mahasiswa baru nantinya mampu berprestasi dan lebih peka soial. Dengan begitu mereka dapat menyelaraskan hati serta pikiranagar nantinya dengan mudah menyerap nilai-nilai yang akan mereka aplikasikan pada kehidupan sehari-hari dan pada saat mereka menjadi guru kelak.” Ucap Leanita, Bupati Himaporidi PBSI 2018. “Semoga Pemantapan 2018 dapat meningkatkan prestasi akademik dan non-akademik mahasiswa serta dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan di lingkungan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.” Tambah Galih Arrohimawati, Ketua Panitia Pemantapan 2018. Harapan dari panitia, output dari pemantapan kali ini, mahasiswa menjadi pribadi yang aktif, berprestasi, amanah, kritis, bermental, berideologi, dan mampu menjadi kader-kader unggulan. (IF)

[:]

[:id]PBSI Kembali Menyelenggarakan Program PKL Jurnalistik dan Kepewaraan[:]

[:id] 

FKIP Untidar – Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Tidar kembali menyelenggarakan program Praktik Kerja Lapangan Jurnalistik dan Kepewaraan. Program yang diikuti oleh mahasiswa semester 5 tersebut berlangsung mulai 24 Juli sampai 3 September 2018.

PKL Jurnalistik dan Kepewaraan merupakan program magang di bidang jurnalistik dan kepewaraan untuk mendukung kriteria lulusan mahasiswa PBSI. Mahasiswa diperbolehkan untuk memilih instansi di bidang jurnalistik dan kepewaraan yang mereka inginkan. Seluruhnya terdapat 22 kelompok yang magang di 13 instansi di Magelang.

Berbeda dengan tahun lalu, PKL tahun ini diselenggarakan pada masa libur kuliah sehingga mahasiswa dapat fokus mengikuti PKL tanpa terganggu oleh jadwal kuliah. Penyelenggaraan kegiatan PKL di masa libur ini merupakan hasil evaluasi atas penyelengaraan sebelumnya yang dinilai tidak efektif karena mahasiswa harus menyesuaikan jadwal magang dengan jadwal kuliah mereka.

Program PKL Jurnalistik dan Kepewaraan ini mendapat sambutan baik dari mahasiswa. Mahasiswa bernama Candra Dewi mengatakan bahwa ia dapat memiliki banyak pengalaman yang tidak diperoleh di kelas. Ia senang dapat bekerja sama dengan orang lain dalam tim. Ia juga berharap, dengan adanya program ini, ia dapat menerapkan ilmunya di lapangan.

“Banyak pengalaman yang tidak bisa didapat di dalam kelas. Terus juga bisa buat belajar untuk bekerja sama dengan orang lain. Selain itu, juga karena PKL ini berkelompok jadi harus banyak komunikasi antaranggota tim biar tidak ada salah paham. Harapannya, semoga ilmu saya bisa saya gunakan terus-menerus. Ke depannya, saya berharap pelaksanaan PKL dapat lebih maksimal lagi,” ujar Candra di sela-sela magang di Gemilang FM pada Rabu (08/08/2018). (IS)

[:]

[:id]Mahasiswa FKIP Juara Satu Lomba PCTA Tingkat Jawa Tengah[:]

[:id]

FKIP Untidar – Dua mahasiswa FKIP Untidar berhasil menjuarai lomba Parade Cinta Tanah Air (PCTA) tingkat Jawa Tengah yang digelar oleh Kemenhan RI perwakilan Jawa Tengah di Wisma Pemda Jawa Tengah pada Rabu dan Kamis (25-26/07/2018). Kedua mahasiswa itu adalah Adinda Rahma, mahasiswa PBSI, dan Wilda Ulfiyanti, mahasiswa PBI.

Mereka berhasil mengungguli wakil Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang yang menduduki juara kedua dan wakil Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang yang menduduki juara ketiga. Berkat keberhasilan tersebut, mereka berhak mewakili Jawa Tengah dalam final lomba PCTA tingkat nasional kategori perguruan tinggi di Bandung pada September 2018 mendatang.

Dalam sambutan penutupannya, Kepala Kantor Kemenhan RI Jawa Tengah, Marsekal Pertama TNI Latif Ainul Yakin, S.E., M.M. mengatakan, sesungguhnya semua peserta memiliki semangat dan kemampuan yang tinggi.

“Pada diri mereka sudah tertanam rasa cinta tanah air dan bela negara sehingga begitu mudah mengikuti kegiatan apa saja yang diselenggarakan semua pihak, termasuk Parade Cinta Tanah Air ini,” ujar Latif.

Latif menambahkan, Pemerintah telah memiliki rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk membina para peserta agar memiliki rasa nasionalisme tinggi dan makin cinta tanah air serta memiliki semangat bela negara yang tangguh sehingga dapat memberikan pengaruh yang sama bagi generasi muda lain.

“Kita sudah punya rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk mereka sehingga mereka nanti akan kita bina dan jaga agar rasa nasionalisme, cinta tanah air, dan bela negaranya tidak luntur, melainkan bisa ditularkan kepada lingkungannya dan generasinya,” ungkapnya.

Di tengah krisis rasa nasionalisme dewasa ini penting bagi Pemerintah untuk membina kembali rasa nasionalisme, cinta tanah air, dan semangat bela negara di kalangan generasi muda. Semoga lomba PCTA ini dapat menggugah generasi muda agar semakin cinta pada NKRI. (IS)

[:]

[:id]Mahasiswa PBSI FKIP Untidar Gelar Parade Pentas Drama 2018[:en]INDONESIAN LANGUAGE AND LITERATURE EDUCATION STUDY PROGRAM (PBSI) STUDENTS OF FETT UNTIDAR HELD DRAMA PARADE 2018[:]

[:id]

Sepanjang bulan Juli 2018  diatengah-tengah masa ujian akhir smester, mahasiswa  semester 4 PBSI FKIP Untidar berturut-turut menyelengarakan tiga pementasan drama di Gedung Auditorum  Universitas Tidar. Even tahunan ini diselenggarakan dalam rangka memenuhi tugas akhir mata kuliah Pentas Drama yang diampu oleh Imam Baihaqi, S.Pd, M.A. dan Dzikrina Dian Cahyani, M.A.

Pementasan drama perdana digelar pada hari Jumat tanggal  29 Juni 2018. Pementasan ini dipersembahkan oleh Teater Ciduk yaitu tim dari mahasiswa kelas 4C dengan mengangkat naskah  berjudul “Mega-mega” karya Arifin C. Noor.  Pementasan drama yang dimulai pukul 19.00 WIB hingga hampir tengah malam di Auditorium Universitas Tidar ini disutradari oleh Rega Bagoes  dan Ggalih Arohimawati sebagai pimpinan produksi. Selain itu kesuksesan pementasan drama tersebut tentunya juga didukung  para pemain yang penuh talenta dan kekompakan dari crew Teater Ciduk.

Pementasan berikutnya diersembahkan oleh Teateratai pada hari Kamis tanggal 5 juli 2018. Tim dari kelas 4A kali menyuguhkan naskah berjudul “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” karya Arifin C. Noor.  Pementasan malam itu digarap mulus oleh stradara yaitu Leonindra dan dibawah pimpinan produksi yaitu Suwastantru, serta keompakan seluruh pemain dan cruw dari Teateratai. Hampir semua adegan berjalan dengan lancar dan disambut penuh antusias  oleh penonton yang  memenuhi gedung Auditorium.

Persembhan terakhir yaitu pementasan drama Teater Jamur dari tim kelas 4C. Teater Jamur mengusung naskah berjudul “Drama Saling Maling” karya Ryan Herdiyansyah. Naskah ini disutradarai oleh Katrina MT dan dipentaskan dengan sangat apik oleh para pemain. Adegan-adegan yang disuguhkan tidak melulu serius namun juga penuh lelucon  yang menyebabkan gelak tawa penonton sehingga suasana gedung Auditorium Untidar menjadi begitu riuh malam itu.

Dekan FKIP Untidar Prof. Dr. Sukarno, M.Si dalam salah satu sambutannya saat menyaksikan pementasan drama tersebut menyampaikan apresiasi yang tinggi atas keberhasilan mahasiswa dalam menyelnggarakan kegiatan yang cukup besar seperti ini. Beliau menambahkan bahwa kegiatan-kegiatan ini perlu didukung dan ditingkatkan karena  salah satu tujuan  pendidikan adalah  mendorong seseorang mampu penciptaan karya  atau produk.

Selamat dan sukses selalu untuk mahasiswa PBSI angkatan tahun 2016, semoga pementasan drama ini memberikan kenangan termanis untuk kalian semua. Terus mengasah bakat-bakat yang dimiliki dan terus berkarya. DZ

[:en]

In the middle of final exam in July 2018, fourth semester students of PBSI FETT Untidar held three drama performances in Tidar University Auditorium. This event was held in completing final task of Drama Pentas subject that was handled by Imam Baihaqi, S.Pd, M.A. and Dzikrina Dian Cahyani, M.A.

The first drama performance was held on Friday June 29th 2018. This performance was presented by Teater Ciduk, 4C students, who played “Mega-Mega” script by Arifin C. Noor. The drama performance was started at 7 p.m until midnight in Tidar University Auditorium. It was directed by Rega Bagoes and Galih Arohimawati as the head of production. Moreover, the success of drama performance was supported by talented performers and Teater Ciduk crew’s togetherness.

The next showing was performed by Teateratai on Thursday July 5th 2018. The 4A team presented “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” by Arifin C. Noor. The drama performance that was directed by Leonindra, Swastantru as the head of production, support from all the performers and Teateratai crew was going smoothly. All the scenes were well-done and the audiences were so enthusiastic in watching it.

The last performance was Teater Jamur from 4C class drama performance. Teater Jamur displayed “Drama Saling Maling” script by Ryan Herdiyansyah. This drama was directed by Katrina MT and it was well-performed by the performers. The scenes were not only serious scenes but also full of jokes that make audiences laughing, so that the atmosphere in Auditorium Untidar was so clamorous.

Prof. Dr. Sukarno, M.Si as the Dean of FETT Untidar conveyed the high appreciation for the success of students in organizing quite large activities. He added that these activities need support and improvement because one of the education goals was pushing someone created the products.

Congratulations and success always for the 2016 PBSI students, hopefully this drama performance will give you the sweetest memories. Keep sharpening the talents that are owned and keep working. (AG)

[:]