[:id]Mahasiswa PBSI FKIP Untidar Gelar Parade Pentas Drama 2018[:en]INDONESIAN LANGUAGE AND LITERATURE EDUCATION STUDY PROGRAM (PBSI) STUDENTS OF FETT UNTIDAR HELD DRAMA PARADE 2018[:]

[:id]

Sepanjang bulan Juli 2018  diatengah-tengah masa ujian akhir smester, mahasiswa  semester 4 PBSI FKIP Untidar berturut-turut menyelengarakan tiga pementasan drama di Gedung Auditorum  Universitas Tidar. Even tahunan ini diselenggarakan dalam rangka memenuhi tugas akhir mata kuliah Pentas Drama yang diampu oleh Imam Baihaqi, S.Pd, M.A. dan Dzikrina Dian Cahyani, M.A.

Pementasan drama perdana digelar pada hari Jumat tanggal  29 Juni 2018. Pementasan ini dipersembahkan oleh Teater Ciduk yaitu tim dari mahasiswa kelas 4C dengan mengangkat naskah  berjudul “Mega-mega” karya Arifin C. Noor.  Pementasan drama yang dimulai pukul 19.00 WIB hingga hampir tengah malam di Auditorium Universitas Tidar ini disutradari oleh Rega Bagoes  dan Ggalih Arohimawati sebagai pimpinan produksi. Selain itu kesuksesan pementasan drama tersebut tentunya juga didukung  para pemain yang penuh talenta dan kekompakan dari crew Teater Ciduk.

Pementasan berikutnya diersembahkan oleh Teateratai pada hari Kamis tanggal 5 juli 2018. Tim dari kelas 4A kali menyuguhkan naskah berjudul “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” karya Arifin C. Noor.  Pementasan malam itu digarap mulus oleh stradara yaitu Leonindra dan dibawah pimpinan produksi yaitu Suwastantru, serta keompakan seluruh pemain dan cruw dari Teateratai. Hampir semua adegan berjalan dengan lancar dan disambut penuh antusias  oleh penonton yang  memenuhi gedung Auditorium.

Persembhan terakhir yaitu pementasan drama Teater Jamur dari tim kelas 4C. Teater Jamur mengusung naskah berjudul “Drama Saling Maling” karya Ryan Herdiyansyah. Naskah ini disutradarai oleh Katrina MT dan dipentaskan dengan sangat apik oleh para pemain. Adegan-adegan yang disuguhkan tidak melulu serius namun juga penuh lelucon  yang menyebabkan gelak tawa penonton sehingga suasana gedung Auditorium Untidar menjadi begitu riuh malam itu.

Dekan FKIP Untidar Prof. Dr. Sukarno, M.Si dalam salah satu sambutannya saat menyaksikan pementasan drama tersebut menyampaikan apresiasi yang tinggi atas keberhasilan mahasiswa dalam menyelnggarakan kegiatan yang cukup besar seperti ini. Beliau menambahkan bahwa kegiatan-kegiatan ini perlu didukung dan ditingkatkan karena  salah satu tujuan  pendidikan adalah  mendorong seseorang mampu penciptaan karya  atau produk.

Selamat dan sukses selalu untuk mahasiswa PBSI angkatan tahun 2016, semoga pementasan drama ini memberikan kenangan termanis untuk kalian semua. Terus mengasah bakat-bakat yang dimiliki dan terus berkarya. DZ

[:en]

In the middle of final exam in July 2018, fourth semester students of PBSI FETT Untidar held three drama performances in Tidar University Auditorium. This event was held in completing final task of Drama Pentas subject that was handled by Imam Baihaqi, S.Pd, M.A. and Dzikrina Dian Cahyani, M.A.

The first drama performance was held on Friday June 29th 2018. This performance was presented by Teater Ciduk, 4C students, who played “Mega-Mega” script by Arifin C. Noor. The drama performance was started at 7 p.m until midnight in Tidar University Auditorium. It was directed by Rega Bagoes and Galih Arohimawati as the head of production. Moreover, the success of drama performance was supported by talented performers and Teater Ciduk crew’s togetherness.

The next showing was performed by Teateratai on Thursday July 5th 2018. The 4A team presented “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” by Arifin C. Noor. The drama performance that was directed by Leonindra, Swastantru as the head of production, support from all the performers and Teateratai crew was going smoothly. All the scenes were well-done and the audiences were so enthusiastic in watching it.

The last performance was Teater Jamur from 4C class drama performance. Teater Jamur displayed “Drama Saling Maling” script by Ryan Herdiyansyah. This drama was directed by Katrina MT and it was well-performed by the performers. The scenes were not only serious scenes but also full of jokes that make audiences laughing, so that the atmosphere in Auditorium Untidar was so clamorous.

Prof. Dr. Sukarno, M.Si as the Dean of FETT Untidar conveyed the high appreciation for the success of students in organizing quite large activities. He added that these activities need support and improvement because one of the education goals was pushing someone created the products.

Congratulations and success always for the 2016 PBSI students, hopefully this drama performance will give you the sweetest memories. Keep sharpening the talents that are owned and keep working. (AG)

[:]

[:id]Dosen PBSI Untidar Jadi Dewan Juri Festival dan Lomba Literasi SD[:en]Lecturers of PBSI Untidar become judges for literacy Festival and competition in elementary school[:]

[:id]

Setiap dosen memiliki kewajiban menyelesaikan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri atas Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat. Oleh karena itu, peran dosen di masyarakat menjadi sangat penting untuk mengaplikasikan keilmuan yang dimiliki. Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional Kabupaten Magelang Tahun 2018, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untidar berkesempatan menjadi Dewan Juri Festival dan Lomba Literasi Nasional SD Tahun 2018 Tingkat Kabupaten Magelang.

“Tahun ini, seperti tahun-tahun yang lalu, kami, Dosen-dosen PBSI FKIP Untidar dipercaya menjadi juri lomba-lomba bidang sastra di Kabupaten maupun kota Magelang. Tahun ini, kami berkesempatan menjadi Dewan Juri Festival dan Lomba Literasi SD Tingkat Kabupaten Magelang. Jenis lomba yang diselenggarakan terdiri atas lomba baca puisi, menulis cerpen, cipta pantun, cipta syair, dan mendongeng,” kata Rangga Asmara, M.Pd., Koordinator Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untidar.

Sebanyak sepuluh dosen terlibat sebagai dewan juri. Mereka adalah Drs. Budiono, M.Pd. dan Dzikrina Dian Cahyani, M.A. sebagai Juri Lomba Baca Puisi; Dr. Yulia Esti Katrini, M.S., dan Drs. Fx. Samingin, M.Hum. sebagai Juri Lomba Menulis Cerpen; Asri Wijayanti, S.Pd., M.A. dan Dra. Mursia Ekawati, M.Hum. sebagai Juri Lomba Cipta Pantun; Imam Baihaqi, M.A. dam Irsyadi Shalima, M.A. sebagai Juri Lomba Cipta Syair; dan Rangga Asmara, M.Pd., serta Ayu Wulandari, M.Pd. sebagai Juri Lomba Mendongeng.

Pelaksaan lomba tahun ini sedikit berbeda dengan tahun kemarin. Tahun ini para siswa diminta untuk mengirimkan karya, mereka tidak tampil secara langsung. “Siswa mengumpulkan rekaman video saat dia mendongeng. Beberapa siswa bahkan tampil natural saat bercerita dengan berlatar kebun atau taman. Ada pula yang berlatar panggung dengan beberapa penonton. Beberapa siswa juga mengenakan busana dan membawa media yang mendukung cerita. Selain itu, para siswa peserta lomba mendongeng juga wajib melampirkan teks cerita yang didongengkan,” tutur Ayu Wulandari, M.Pd. yang menjadi juri lomba mendongeng. Beliau juga menambahkan kriteria penilaian lomba mendonge terdiri atas intonasi, properti, dan orisinalitas cerita.

Peran dosen sebagai juri lomba merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat. Selain menilai, dosen diharapkan memberi masukan terhadap karya siswa yang menjadi juara pertama dan akan dipilih untuk mewakili tingkat Jawa Tengah.(WJ)

[:en]

It is a must for all lecturers to do tri dharma Perguruan tinggi (three pillars of higher education) which is consisted of education, research, and community service. Therefore, lecturers play important role in society to apply their knowledge. In the celebration of 2018 national education day in the Magelang regency, some lecturers of Indonesian Language and Literature study program (PBSI) of FETT Tidar University got opportunity to be judges for National Literacy Festive and Competition for elementary school.

“As usual, the lecturer of PBSI became judges for literature area for around Magelang. This year, we became judges for National Literacy Festive and Competition for elementary school.  The competitions such as poetry reading, short story writing, writing Malayan Poetry, writing story with verse form, and retelling story,” said Rangga Asmara, M.Pd., the coordinator of PBSI FKIP Untidar.

There were ten lecturers who became judges. They are Drs. Budiono, M.Pd. and Dzikrina Dian Cahyani, M.A. as judges for poetry reading competition; Dr. Yulia Esti Katrini, M.S., and Drs. Fx. Samingin, M.Hum. as judges for short story writing competition; Asri Wijayanti, S.Pd., M.A. and Dra. Mursia Ekawati, M.Hum. as judges for writing Malayan poetry competition; Imam Baihaqi, M.A. and Irsyadi Shalima, M.A. as judges for writing story with verse form; and Ayu Wulandari, M.Pd. as judges for retelling story competition.

The competition which is held in this year was little bit different with previous year. This year, students must submit their works first. “Students submit their performance in retelling story in recording version. Some students can perform naturally while retelling story. They used some background, such as park, backyard, and stage with audiences. They also used preparing costume and media to support their story. The students must attach the text of their story,” said Ayu Wulandari, M.Pd, judges of retelling story. She also added the criteria of this competition, such as intonation, property, and originality of the story.

The role of the lecturer as a judge is one of the community services. Besides assessing, the lecturer is expected to give suggestion to students’ work which became winner and to be chosen as the participant in the Central Java. (GF)

[:]

[:id]Dosen PBSI Terbitkan Puisi di Magelang Ekpres[:en]FETT Untidar: The Lecturer of PBSI Publish his Poem in Magelang Ekspress[:]

[:id]

Kabar gembira datang dari salah satu Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tidar, Imam Baihaqi, S.Pd., M.A. Salah satu karya dosen yang memiliki keahlian di bidang sastra ini dimuat di surat kabar harian Magelang Ekspress edisi Sabtu, 30 Juni 2018.

“Sebetulnya ini sudah ketiga kalinya puisi saya dimuat di Magelang Ekspress. Selain itu, salah satu puisi saya juga menjadi Finalis Lomba Seni dan Sastra UGM tahun 2014 dan diterbitkan pada buku kumpulan puisi berjudul Distopia: Antologi Puisi oleh penerbit UGM Press. Beberapa puisi lainnya juga telah dimuat di surat kabar harian Tribun Jogja beberapa waktu yang lalu,” tutur Imam Baihaqi, S.Pd., M.A. di sela-sela kesibukannya sebagai dosen.

Karya terbaru yang dimuat di Magelang Ekspress ini merupakan tiga puisi berjudul Antara Ayodya dan Kiskenda; Kisah Seekor Tikus; dan Etika: untuk Seseorang yang Mengatasnamakannya. Ketiga puisi tersebut dikirimkan ke redaksi Magelang Ekspress melalui surat elektronik redaksimenoreh@gmail.com dan jsuroso@gmail.com. Tidak hanya untuk dosen, Magelang Ekspres juga menerima karya dari mahasiswa, baik berupa puisi, cerpen, esai, catatan budaya, dan resensi. Kolom Menoreh yang memuat karya-karya tersebut merupakan bagian yang disediakan untuk umum sehingga semua orang diperkenankan untuk mengirimkan karya.

“Saya berharap mahasiswa dan dosen-dosen lain dapat mencoba untuk mengirimkan karya di sana sebagai bentuk eksistensi diri. Bagi mahasiswa, khususnya PBSI, sebaiknya mencoba menulis dan mengirimkannya sebagai bukti terlibat langsung di dunia kepenulisan, tidak hanya belajar teori semata,” tambah Imam Baihaqi, S.Pd., M.A.

Ayo, warga FKIP dan fakultas lain di Untidar, semangat menulis. Salam sastra, salam budaya.(WJ)

[:en]

The good news came from one of the lecturers of Indonesian Language and Literature Department (PBSI), Universitas Tidar, Imam Baihaqi, S.Pd., M.A.  The lecturer who is expert in literature published one of his works in Magelang Ekspress on Saturday, 30th June 2018.

 “Actually, this is the third; my poem is published in Magelang Ekspress. In addition, one of my poems is also the finalist of UGM’s Art and Literature Competition in 2014 and it is published in poetry book entitled Distopia: Antologi Puisi. It is published by UGM Press. Other poems had been published in Tribun Jogja some time ago,” said Imam Baihaqi, S.Pd., M.A. during his break time as a lecturer.

The latest works published in Magelang Ekspress is three poems entitled Antara Ayodya dan Kiskenda; Kisah Seekor Tikus; dan Etika: untuk Seseorang yang Mengatasnamakannya. Those three poems were sent to Magelang Ekspress editor through email redaksimenoreh@gmail.com and jsuroso@gmail.com. Not only lecturers’ work, Magelang Ekspress also received the students’ works such as poem, short story, essay, cultural note, and reviews. The Menoreh column containing that works is provided for public so that everyone is allowed to submit the work.

 “I hope the students and other lecturers can try to submit their works as a form of self-existence. It is better for students, especially PBSI, try to write and send it as the prove in authorship world, so they not just leaning the theory,” addedd Imam Baihaqi, S.Pd., M.A.

Come on, the academic community of FETT and other faculties, write! (WJ/AW)

[:]

[:id]Tampung Aspirasi Mahasiswa, Himpro di FKIP Selenggarakan 2 Jam Bersama Prodi[:]

[:id]

Jumat (25/5), himpunan mahasiswa program studi (Himpro) di lingkungan FKIP serentak mengadakan kegiatan rutin setiap akhir semester yang bertajuk “Dua Jam Bersama Prodi”. Acara tersebut menjadi salah satu sarana komunikasi antara dosen dan mahasiswa. Pada acara tersebut, mahasiswa setiap program studi berdiskusi langsung dengan dosen yang mengajar pada prodi tersebut. Tujuan kegiatan ini adalah saling berbagi pikiran, pengalaman, dan masukan bagi FKIP agar menjadi lebih baik. Dalam forum tersebut, mahasiswa dapat menyampaikan kritik, saran, uneg-uneg, atau keluhannya baik tentang pelaksanaan perkuliahan maupun sarana dan prasarana yang ada di lingkungan FKIP. FKIP secara transparan dan bebas memberi ruang bagi mahasiswa untuk tidak perlu takut dalam menyempaikan keluh kesahnya.

FKIP yang memiliki tiga prodi secara bergantian melaksanakan sesi acara dua jam bersama prodi. Sesi pertama adalah dua jam bersama Prodi Pendidikan Bahasa Inggris yang dimulai pukul 07.30 WIB di auditorium Universitas Tidar. Sesi kedua dimulai pukul 10.30 WIB digunakan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sesi terakhir ditutup dengan dua jam bersama Prodi Pendidikan IPA. Acara diikuti oleh seluruh angkatan dari masing-masing prodi. Setiap sesi acara dibuka langsung oleh Dekan FKIP, Prof. Dr. Sukarno, M. Si., dengan bersyukur atas partisipasi pejabat struktural, dosen, dan mahasiswa.

Acara utama dari masing-masing prodi yakni kesempatan yang diberikan pada mahasiswa untuk menyampaikan keluh kesah dan kesan-kesannya selama satu semester. Persoalan yang mereka kemukakan sangat bervariasi, mulai dari persoalan tugas-tugas yang diberikan dosen, hingga sarana dan prasarana ruang perkuliahan. Di antara persoalan yang dirasa penting untuk mendapat tanggapan atau penjelasan, saat itu juga mendapat klarifikasi dari Prof. Dr. Sukarno, M. Si., diantaranya mengenai pengajuan laboratorium untuk mahasiswa Prodi Pendidikan IPA yang sudah diajukan dan masih menunggu proses persetujuan.

Acara ini mendapat tanggapan sangat positif, khususnya oleh mahasiswa. Mahasiswa sangat berterimakasih pada fakultas yang telah mengadakan program ini. Acara yang memberi ruang untuk menyampaikan keluh kesahnya demi perbaikan perkuliahan dan sistem perkuliahan. Menutup acara dua jam bersama prodi, Prof. Dr. Sukarno, M. Si. menyampaikan bahwa semua masukan akan ditindaklanjuti dengan serius dan secepatnya. ET

[:]

[:id]Atif Sholehuddin, Mahasiswa PBSI Juarai Lomba Esai Nasional[:]

[:id]

Kabar gembira datang dari salah satu mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar, Atif Sholehuddin. Mahasiswa semester VI ini dinobatkan menjadi Juara I Lomba Esai yang diadakan PCINU (Pimpinan Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) Sudan dalam rangka Hari Lahir NU ke-92.

Melalui esai berjudul Pengukuhan Sinergi Lingkungan Pesantren dan Nilai-nilai Kebangsaan sebagai Tonggak Penanaman Sikap Toleransi Generasi Muda di Indonesia, Atif berhasil menjadi juara pertama dengan hadiah sertifikat dan uang pembinaan senilai satu juta rupiah.

“Lomba ini diselenggarkaan secara online, naskah dikirimkan melalui email. Pengumuman lomba juga disebarkan melalui media sosial. Saya mendapatkan informasi lomba ini dari akun instagram @nu_online yang saya ikuti. Kemudian, saya mencari ketentuan lombanya. Ternyata, lomba tersebut untuk pelajar atau mahasiswa. Tema yang diberikan adalah Aspirasi Pilar Persatuan Umat,” tutur Atif menceritakan prosesnya mengikuti lomba esai dengan penuh semangat.

Atif juga menambahkan dirinya memang suka menulis. “Karya ini sebetulnya sudah saya tulis sekitar setahun lalu. Akan tetapi, belum pernah saya publikasikan. Kebetulan lomba ini pas dengan karya tersebut. Setelah direvisi dengan beberapa penyesuaian agar tidak jauh dari tema, saya kirimkan esai ini,” kata Atif.

Esai tersebut berisi tentang penguatan kembali peran pesantren sebagai pencetak generasi muda yang tidak hanya menguasai ilmu keagamaan, namun juga menanamkan jiwa nasionalisme. Lomba ini dinilai oleh juri-juri dari tokoh NU yang cukup mumpuni. Mereka adalah K.H. Muhmammad Cholil Nafis, Lc., M.A., Ph.D (ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Pusat), Dr. (HC). Ir. H. A. Helmy Faishal Zaini (Sekretaris Jenderal PBNU), dan Dr. H. Muhammad Afifullah Rifa’i, M.A. (Mustasyar PCINU Sudan). Selain mendapatkan sertifikat dan uang pembinaan, esai tersebut juga akan dimuat dalam e-book Lomba Tulis Essay PCINU Sudan.

Selamat Atif, semoga makin berprestasi. Kemenangan ini diharapkan dapat menginspirasi mahasiswa FKIP lainnya untuk aktif mengikuti lomba-lomba lainnya. Selain untuk menambah prestasi, lomba-lomba tersebut juga dapat meningkatkan aktualisasi diri mahasiswa di forum ilmiah, khususnya di luar kampus. FKIP is the best! (WJ)

[:]

[:id]HIMAPRODI PBSI FKIP Mempersembahkan Gelar Sastra Bertajuk “Lini Masa Sastra”[:en]FETT: The Student Association of PBSI Presents Literary Performance entitled “Literature Timeline”[:]

[:id]

FKIP-UNTIDAR (26/4). Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untidar mengadakan gelar sastra bertajuk “Lini Masa Sastra” Senin, 23 April 2018. Gelar sastra ini merupakan acara rutin yang diselenggarakan setiap tahun sekali. Acara yang dilaksanakan pada pukul 19.00 WIB di Gedung Auditorium Untidar ini dibuka oleh Rangga Asmara, M.Pd. selaku Koordinator Prodi PBSI.

Gelar sastra ini menampilkan berbagai penampilan dari pembacaan puisi tunggal, puisi berantai, musikalisasi puisi, monolog, akustik, dan stand up comedy. Mahasiswa baik dari prodi PBSI maupun dari prodi lainnya turut memeriahkan acara ini, di antaranya, Nia Desnata Hati, Kristia, dan Frida mahasiswa PBSI Semester 2 yang menampilkan puisi bearntai. Musikalisasi puisi yang ditampilkan oleh Raffi dan Veren dari FISIP Untidar juga Jauhar dari Prodi Teknik Elektro yang membawakan stand up comedy.

Selain mahasiswa, dosen Prodi PBSI pun turut hadir dan memeriahkan gelar sastra tahun ini, yakni Imam Baihaqi, M.A. dan Dzikrina Dian Cahyani, M.A. yang membacakan puisi. Menurut salah satu mahasiswa Prodi PBSI Semester 6 M. Yaskur menuturkan bahwa “Gelar sastra tahun ini antusias dari penonton lebih besar dari gelar sastra tahun lalu. Dari segi penampilan, lebih bagus dan meriah.” Setyo Herbi Bawono mahasiswa PBSI Semester 6 juga menuturkan “Gelar sastra tahun ini lebih ramai, kemudian dihadiri oleh Kelompok Sastra Temanggung dan Sastrawan Magelamg Mas Gepeng dan PS Wibowo.” Dia juga menyampaikan harapannya “ Semoga mahasiswa PBSI lebih antusias untuk memeriahkan gelar sastra tahun-tahun berikutnya dan mereka bisa tampil di panggung gelar sastra yang diadakan oleh Himaprodi PBSI.” (WL)

[:en]

FETT-UNTIDAR (26/4). The Student Association of Indonesian Language and Literature Education department (PBSI) held literary performance entitled “Literature Timeline” on Monday, April 23, 2018. This literary is the annual event. This event was officially opened by Rangga Asmara, M.Pd. as the coordinator of PBSI department.

This performance showed the various performances such as reciting a poem, reciting a chain poem, poetry musicalization, monolog, accoustics, and stand up comedy. The students from PBSI and also form another departments enlivened this events, for instance, Nia Desnata Hati, Kristia, and Frida the freshmen of PBSI who recited a chain poem. Beside that, Raffi and Veren from Faculty of Social and Political Science (FISIP) performed poetry musicalization. Then, Jauhar from electrical enginiring department performed stand up comedy.

In addition, the lecturers of PBSI, Imam Baihaqi, M.A. and Dzikrina Dian Cahyani, M.A. also attended this event. Both of them recited the poem to cheer thie event. Yaskur, the junior year of student said that “the audiences’ enthusiastic of this literary performance is greater. The performance is also good and rousing.” Setyo Herbi Bawono stated that “This literary performance is more bustling. This event was also attended by Mas Gepeng and PS wibowo from Temanggung and Magelang literary group.” Then, He expected that PBSI students will be more enthusiasts to enliven the next literary performance and they are able to perform well in literary performance held by students association. (WL/AW)

[:]

[:id]Seminar Nasional Himaprodi PBSI dalam Rangkaian Peringatan Hari Sastra 2018[:en]Himaprodi PBSI held a national seminar to comemorate FETT Literary Day 2018[:]

[:id]

Senin (23/4), Himaprodi PBSI mengadakan seminar nasional bagi mahasiswa. Seminar yang merupakan rangkaian kegiatan untuk memperingati hari sastra 2018 ini mendahului kegiatan gelar sastra dan lomba baca sajak. Seminar yang mengusung tema esensi kebudayaan dalam sastra sebagai penguat moral bangsa ini menghadirkan dua pembicara yaitu Prof. Dr. Setya Yuwana Sudikan, M. A. Dan Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M. Pd. Kedua pembicara tersebut mengkaji sastra dalam kontribusinya pada penguatan moral bangsa.

Prof. Dr. Setya Yuwana Sudikan, M. A. membeberkan sulitnya membedakan antara berita hoax atau tidak pada era post truth saat ini. Terlebih lagi adanya keinginan manusia untuk hidup serba instan akan sangat berhubungan dengan moral. Sastra sebagai rumah budaya selalu menanamkan nilai-nilai moral yang dapat memberikan pembelajaran moral. Dalam kesempatan tersebut, guru besar Universitas Negeri Surabaya ini membahas beberapa karya sastra, diantaranya puisi berjudul “Malu Aku jadi Orang Indonesia” karya Taufik Ismail. Puisi tersebut menggambarkan mental orang Indonesia saat ini. Puisi “Indonesia Tanah Sajadah” karya D. Zawawi Imron yang menggambarkan anak bangsa yang tetap mencintai tanah air dan mempunyai jiwa nasionalisme. Puisi terakhir yang dibahas dalam seminar tersebut berjudul “Ketika Agama Kehilangan Tuhan” karya KH A. Mustofa Bisri (Gus Mus). Puisi yang menggambarkan nilai moral bangsa Indonesia yang sudah memperjualbelikan agama.

Pembicara kedua yaitu Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M. Pd. Mengkaji sebuah cerpen yang berjudul ”Tidurlah, Nalea, Esok Kita Abadi” karya Sungging Raga. Puisi yang sarat dengan nilai-nilai moral tersebut dikupas tuntas oleh guru besar FKIP Universitas Tidar tersebut. Kedua pembicara mengakhiri seminar dengan berpesan untuk selalu mengupayakan meningkatkan minat baca sastra baik untuk diri sendiri maupun orang di sekitar sehingga dapat memperkuat moral orang Indonesia. (ET)

[:en]

Monday (23/4), Himaprodi PBSI held a national seminar for students. The seminar, part of a series of activities to commemorate the literary day 2018 precedes the activities of gelar sastra ( literary performance) and poetry reading contest. The seminar carrying the theme of cultural essence in literature as the moral of the nation presents two speakers, namely Prof. Dr. Setya Yuwana Sudikan, M. A. And Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M. Pd. Both speakers reviewed literature in its contribution to the moral strengthening of the nation.

Prof. Dr. Setya Yuwana Sudikan, M. A. disclosed the difficulty of distinguishing between hoax news or not in this post truth era nowadays. Moreover, the human desire to live instantaneously will be closely related to the discussion of moral. Literature as the home for culture implies moral values ​​which provide moral learning. On the occasion, the professor of the State University of Surabaya discussed several works of literature, including the poetry entitled “Malu Aku jadi Orang Indonesia” (Ashamed of Being Indonesian) by Taufik Ismail. The poetry describes the mentality of Indonesians today. Poetry “Indonesia Tanah Sajadah” by D. Zawawi Imron describes the nation’s children who love the homeland and embrace the spirit of nationalism. The last poetry discussed in the seminar was entitled “When Religion of Lost Its God” by KH A. Mustofa Bisri (Gus Mus). Poetry depicting the moral values ​​of the Indonesian nation that has traded religion.

The second speaker, Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M. Pd. assessed a short story entitled “Tidur, Nalea, Esok Kita Abadi” (Sleep, Nalea, Tomorrow We’re Eternal)  by Sungging Raga. The short story loaded with moral values ​​is discussed thoroughly by the professor of FKIP Universitas Tidar. Both speakers ended the seminar with a message to all of the audiences to always seek to increase the literacy and gain more interest in literature both for themselves and those around so as to strengthen the morale of Indonesian people. (WD)

[:]

[:id]Himaprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Selenggarakan Seminar Nasional dan Rakorda I Jateng IMABSII Jawa-Madura[:en]HIMPRODI PBSI Holds Nasional Seminar and Rakorda I Central Java of IMABSII Java-Madura[:]

[:id]

Sabtu (10/3) Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Himaprodi PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas menyelenggarakan seminar nasional berjudul Representasi Kepekaan Sosial melalui Bahasa dan Sastra Indonesia. Acara tersebut dihadiri oleh Triman Laksana (Sastrawan Nasional) dan Setia Naka Andrian (Dosen Sastra Universitas PGRI Semarang) sebagai pembicara. Semnas ini menjadi pembuka Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) I Jawa Tengah Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia (IMABSII) Jawa-Madura.

“Seminar Nasional ini merupakan salah satu agenda Himaprodi PBSI tahun 2018 ini. Tahun ini juga bertepatan dengan Rakorda 1 Jateng IMABSII Jawa-Madura. Kebetulan kami juga sebagai tuan rumah rakorda tersebut,” tutur Leanita Fitri Agustin, Ketua Himaprodi PBSI di sela-sela acara.

Acara yang diadadakan di Auditorium Untidar ini makin semarak karena dihadiri oleh 353 peserta. Peserta tersebut terdiri atas Mahasiswa Untidar dan mahasiswa kampus lainnya yang mengikuti rakorda.

Pada kesempatan tersebut Setia Naka Adrian memaparkan kearifan lokal pada sastra Indonesia yang diwujudkan dalam bahasa. “Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di kampus-kampus dapat dijadikan komunitas sastra. Satra dapat digunakan sebagai sarana untuk menumbuhkan kepekaan sosial,” tambah dosen sekaligus sastrawan dari Semarang ini.

Triman Laksana juga memaparkan perodisasi sastra di Indonesia dengan detail. Pada akhirnya, dengan bahasa dan sastra nilai-nilai sosial dapat ditawarkan. “Posisi yang diambil oleh sastrawan berperan penting terhadap keberadaan karya sastra dan kata-kata sakti yang ditawarkan ke arena sosial. Sastra tidak hanya persoalan nilai bahasa semata, tetapi juga nilai sosial,” kata Trima Laksana sebagai penutup paparannya.

Rakorda Jateng Pertama

Setelah semnas selesai, acara dilanjutkan dengan Rakorda Jateng pertama IMABSII Jawa-Madura. Himaprodi PBSI menjadi tuan rumah rakorda yang dihadiri 63 mahasiswa sebagai perwakilan dari anggota IMABSII Jawa Tengah ini.

“Rakorda tersebut membahas kontribusi himpunan terhadap kinerja IMABSII dan manfaat IMABSII terhadap himpunan,” kata Leanita sebelum rakorda dimulai. Rapat tersebut dipimpin oleh Koordinator Daerah (Korda) Jateng M. Hamid, Mahasiswa Universitas PGRI Semarang.

Semnas ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang sastra. Di sisi yang lain, dengan adanya rakorda, Himaprodi PBSI makin menunjukkan eksistensi dan kebermanafaataannya untuk semua kalangan, termasuk untuk mahasiswa dan almamater. WJ

[:en]

Himprodi PBSI (Students’ Association of  Indonesian Language and Literature Study Program) FETT tidar University, held Nasional Seminar with the topic Representasi Kepekaan Sosial melalui Bahasa dan Sastra Indonesia. The seminar was attended by Triman Laksana (Nasional Writer) and Setia Naka Andrian (Lecturer of Literature at  University PGRI Semarang.   ) as the speakers. This event became the opening of Regional Coordination Meeting (Rakorda) I Central Java of  Indonesian Language and Literature Student Association (IMABSII) Java-Madura.

“This National Seminar is one of the agenda of PBSI in 2018. This year also coincides with Rakorda I Central Java of IMABSII Java-Madura. Incidentally, we also become the host of Rakorda i Central Java,” said Leanita Fitri Agustin as the chief of Himprodi PBSI.

The event, which was held in Auditorium of Tidar University, was attended by 353 participants. The participants were not only from Tidar University, but also from other Universities who joined Rakorda I Central Java.

On that special occasion, Setia Naka Adrian explained about local wisdom on Indonesian literature embodied in the language. “Student Activity Unit (UKM) on campus can be used as a literary community. Literature can be used as a means to emerge social sensitivity, ” he added. In the other hand, Triman Laksana explained the literary periods in Indonesia in detail. In the end, social values ​​can be offered trough language and literature.
“The position taken by the literary plays an important role on the existence of literary works and magic words offered to the social arena. Literature is not only a matter of language values, but also of social values, added Trima Laksana as the closing.

The First Rakorda I of Central Java

After the seminar finished, the event was continued with the first Rakorda I Central Java of IMABSII Java-Madura. Himpro PBSI became the host of Rakorda I Central Java which was attended by 63 students as the representatives of IMABSII for Central Java. “The meeting discusses about the contribution of the performance of IMABSII and the benefits of IMABSII to the association, “ said Leanita Fitri Agustin. The meeting was led by Regional Coordinator if Central Java, M. Hamid, the student of University PGRI Semarang.
This seminar is expected to improve students’ understanding of literature. On the other hand, with the rakorda, Himaprodi PBSI increasingly shows its existence and its manifestation for all circles, including for students and alma mater. (WJ – NA)

[:]

[:id]Bernyanyi Lagu Nusantara untuk Buktikan Kekerabatan Bahasa[:en]Singing Folk Song to Prove the Language Family[:]

[:id]

Pagi itu (Jumat, 19/1) Auditorium Universitas Tidar ramai oleh mahasiswa yang berpenampilan dengan busana bercorak nusantara. Mereka adalah mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar. Semua mahasiswa tampak mengenakan kain seragam yang dikreasikan menyerupai pakaian adat di Indonesia.

Rupanya, mereka semua akan tampil menyanyikan lagu daerah dalam acara “Lantunan Nada Nusantara”. Acara tersebut merupakan pagelaran untuk menutup Ujian Akhir Semester (UAS) Gasal 2017/2018. Pagelaran tersebut juga bagian dari UAS matakuliah Ilmu Perbandingan Bahasa Nusantara (IPBN).

“Kami harap, seluruh mahasiswa bersuka cita pada hari ini karena UAS telah selesai. Sebelumnya, para mahasiswa telah menyelesaikan makalah perbandingan bahasa dengan sumber data lirik lagu nusantara dan kosakata dasar Swadesh. Hari ini, mereka akan menyanyikan lagu tersebut,” kata Dr. Yulia Esti Katrini, M.S., dosen matakuliah IPBN, saat membuka acara.

“Acara ini diikuti oleh 116 mahasiswa yang mayoritas semester 5 PBSI Untidar yang terbagi atas 3 kelas. Kami menyiapkan dua lagu setiap kelas dan dua lagu untuk dinyanyikan bersama satu angkatan,” kata Arief Setiawan, ketua panitia.

Acara tersebut dibuka oleh 3 pembawa acara yang mewakili tiap-tiap kelas. Selanjutnya, seluruh mahasiswa peserta matakuliah IPBN menyanyikan lagu Mudiak Arau dari Sumatera Barat. Berikutnya, mahasiswa kelas B menyanyikan lagu Mana Lolo Banda dari Nusa Tenggara Timur dan Huhate dari Maluku. Mereka tampak mengenakan kain slempang untuk menambah kesan budaya nusantara.

Selanjutnya, kelas A menyanyikan lagu Bungong Jeumpa dari Aceh dan Manuk Dadali dari Sunda. Lagu Bungong Jeumpa makin menarik dengan persembahan Tari Saman yang disajikan seluruh mahasiswa kelas A sambil bernyanyi. Kelas ketiga menyanyikan lagu Si Patokaan dari Sulawesi Utara dan Rambadia dari Sumatera Utara. Persembahan tersebut makin menarik dengan seragam kain jarit bermotif batik yang dikenakan mahasiswa kelas A.

“Kami mempersiapkan acara ini selama kurang lebih 2 bulan. Akan tetapi, sebulan terakhir kami mempersiapkan lebih intensif, mulai dari penyelarasan lagu, kostum, dan koreografi,” kata Ainun Dyan Desiana, koordinator Kelas A.

Acara ditutup dengan menyanyi bersama-sama lagu Maumere dari NTT. Tidak hanya mahasiswa, bahkan seluruh dosen PBSI yang hadir dan penonton ikut menyanyi dan menari bersama. Lagu-lagu tersebut digunakan untuk membuktikan kekerabatan bahasa nusantara seperti tujuan matakuliah IPBN. Dari situ, para mahasiswa juga akan lebih mengenal budaya nusantara melalui bahasa yang digunakan. (WJ)

[:en]

Friday (19/1), Aula of Universitas Tidar was full of students who wears archipelago patterned fashion. They were the students of Indonesian language and literature education (PBSI) of the faculty of education and teachers training Universitas Tidar All students wore the uniform that is created like Indonesian custom.

They will perform and sing the folk song in the event entitled “Lantunan Nada Nusantara” (The tone of Archipelago) on that day. This event was the performance to close the final test of odd semester in academic year 2017/2018. The performance was also the part of the final test of Comparative Studies of ​Nusantara Language Subject (IPBN).

“We do hope all students are rejoicing today since the final exam has finished. Prior to this, the students have finished their paper with the theme of language comparison by using folk song lyric and the basic vocabulary of Swadesh. Today, they will sing the song.” Dr. Yulia Esti Katrini, M.S., the lecture of Comparative Studies of ​Nusantara Language Subject, delivered her opening speech.

“This event was followed by 116 students of the fifth semester which is divided into 3 classess. We prepare two songs each classess and two songs that we sing together.” Arif Setiawan, the chief of committee explained.

This event was opened by 3 master of ceremonies from each classess. The, all students who joined Comparative Studies of ​Nusantara Language Subject sang Mudiak Arau from West Sumatra. After that, the students of class B sang Mana Lolo Banda from East Nusa Tenggara and Huhate from Molucass. They appeared to wear a sling to add the culture of the archipelago ambiance.

Next, the students of class A sang Bungong Jeumpa from Aceh and Manuk Dadali from West Java. Bungong Jeumpa was more interesting since the students performed Saman dance while they were singing. On the other hand, the tird class sang Si Patokaan from North Sulawesi and Rambadia from North Sumatra. Those performance was more remarkable since the students wore scarf with batik motif.

“We prepare this event for two months. However, the last month we are preparing more intensively, starting from the alignment of songs, costumes, and choreography,” explained Ainun Dyan Desiana, the coordinator of class A.

This event was closed by Maumere from East Nusa Tenggara which is sang together. Not only students but also all PBSI lecturers who come tp this event sang and dance together. The songs in this performance was used to prove the family of Nusantara Language as it the purpose of Comparative Studies of ​Nusantara Language Subject. The students will more familiar with Nusantara cultures through language. (WJ/AW)

[:]

[:id]Mahasiswa PBSI Luncurkan Buku “Kreasi Senin Pagi”[:]

[:id]

Setelah berhasil menerbitkan kumpulan buku drama berjudul Bahan Ajar Drama Goresan Tinta Bocah Sastra, kini Imam Baihaqi, M.A.  bersama kawan-kawan mahasiswa semeter III akatan taun 2017 mampu melahirkan kembali buku kumpulan drama berjudul “Kreasi Senin Pagi”. Setelah melalui proses yang cukup lama akhirnya buku kumpulan drama tersebut diluncurkan pada hari Selasa tanggal 9 Januari 2018 pukul 11.00 WIB di FKIP Untidar. Meskipun di tengah-tengah suasana UAS, tetapi hampir seluruh pengarang yaitu mahasiswa semester III B tetap bersemangat menyaksikan acara tersebut.

Imam Baihaqi selaku dosen pengampu mata kuliah drama menyampaikan bahwa buku tersebut merupakan sebuah produk hasil pembelajaran makul teori drama. Genre sastra drama memang berbeda dengan genre sastra lainnya. Drama membutuhkan keterampilan dalam pementasan juga penguasaan naskahnya. Dalam proses penggarapan buku kumpulan naskah drama kali ini dilakukan dengan lebih matang dari sebelumnya. Sehingga meskipun mengusung tema yang hampir sama dengan yang sebelumnya, tapi dari sisi cerita hal-hal yang diangkat lebih serius.

Pada kesempatan wawancara beberapa mahasiswa menyampaikan kesan dan pesan terhadap buku tersebut dengan penuh semangat. Mereka menyambut gembira atas keberhasilannya membuat buku kumpulan drama untuk pertama kalinya.

“Kesan saya dengan adanya pembuatan buku kumpulan naskah drama ini pastinya sangat senang sekaligus bangga karena pada akhirnya kita mahasiswa mempunyai buku yang didalamnya ada hasil karya kita sendiri dan bukunya ber-ISBN pula. Itu adalah kebanggaan tersendiri karna tidak semua mahasiswa berkesempatan seperti kita. Selain itu terbitnya buku ini juga menggugah semanggat untuk lebih banyak dan lebih produktif berkarya agar terbit buku buku lain. Pesannya semoga tidak hanya berhenti di sini. Semogga masih bisa lebih menghasilkan buku lain yang pastinya lebih berkualitas entah di bidang sastra bahasa ataupun bidang lain. Semoga ini bisa menjadi bekal kita untuk lebih berprestasi lagi. Terimakasih Pak Imam..”kata ketua kelas, Nuryanto dengan penuh semangat.

“Mata kuliah Teori Drama memang terbaik, bisa memberi output sebuah karya sastra yang benar-benar bisa dinikmati khalayak karna diabadikan dalam bentuk buku. Pastinya, saya merasa hagiaan yang tak terhingga karna tertera sebagai penulis di buku ber-ISBN. Sungguh bangga tak terkira. Semoga buku ini bisa bermanfaat dan menginspirasi pembaca agar bisa terus berkarya. Semoga generasi sastra ke depannya bisa lebih kreatif dan inovatif dalam menuangkan idenya,” Kata Rizqi Mutiara Ningrum yang akrab disapa Kikik.

“Bukunya bagus, mampu menginspirasi mahasiswa untuk terus berkarya dan melestarikan sastra.  Naskah-naskah yang dimuat di dalam buku tersebut menarik  dan sangat membantu dalam pembelajaran sastra. Semoga untuk kedepannya bisa membuat naskah-naskah yang lebih baik dan lebih kreatif. Jangan berhenti berkarya untuk melestarikan sastra,” kata Dwi Astuti penuh percaya diri.

[:]