[:id]Mahasiswa FKIP Lolos INSENTIF PKMGT 2019[:]

[:id]

Satu lagi, seorang mahasiswa FKIP menambah deretan prestasi di tahun 2019. Dia lahir dan dibesarkan di kabupaten Blora. Saat ini tengah aktif menempuh pendidikan di Program Studi Sarjana Pendidikan IPA, semester V. Dialah mahasiswa dengan nama lengkap Dewi Inda Musni (Inda) yang pada tanggal 2 Oktober 2019 lalu mendapatkan informasi keberhasilan atas lolosnya dalam proses kompetisi nasional untuk mendapatkan insentif Program Kerativitas Mahasiswa skema Gagasan Tertulis (PKM-GT) yang diselenggarakan oleh Dirjen Belmawa Ristekdikti.

“Saya merasa kaget sekali, tidak menyangka kalau lolos, awalnya tidak berharap apa-apa, yang penting serius mengerjakan”, tutur Indah yang berperan sebagai ketua tim pengusul saat mengungkapkan perasaanya setelah mendapatkan informasi kelolosanya tersebut dalam sebuah sesi wawancara.

Sebelumnya, Indah bersama 2 rekan anggotanya Nur Alifatun Hanna (Teknik Sipil) dan Muhammad Abdan Syakura (Pendidikan IPA) yang didampingi oleh seorang pembimbing, Bapak Eko Julianto, M.Pd (Dosen P.IPA) telah menyusun gagasan tertulis yang berhasil menarik hati para dewan juri nasional dengan mengangkat judul “Desain Future Farm House Untuk Menuju Ketahanan Pangan Indonesia Berkelanjutan”. Gagasan tersebut muncul karena dilatarbelakangi atas munculnya fakta bahwa lahan perkotaan di Indonesia telah semakin sempit untuk dijadikan sebagai area pertanian. [MR]

[:]

[:id]Pelaksanaan Program PDS dan SPADA[:en]FKIP Receives two Grants of PDS and SPADA Programs[:]

[:id]

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNTIDAR tahun ini mendapatkan hibah Program Penugasan Dosen di Sekolah (PDS) dan Sistem Pembelajaran Daring Indonesia (SPADA). Kedua hibah program ini melibatkan semua program studi di FKIP UNTIDAR.

Hibah program PDS merupakan penugasan kepada dosen di sekolah untuk membina sekolah supaya terdapat keselarasan antara sekolah dan universitas. Menurut Widya Ratna Kusumaningrum, S.Pd., M.Pd., M.Ed., salah satu latar belakang program PDS ini adalah karena adanya gap yang cukup besar antara sekolah dan universitas. Program PDS menjadi salah satu sarana kolaborasi antara sekolah dan universitas dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Sementara itu pelaksanaan SPADA terbagi menjadi beberapa program, yaitu blended learning, pembelajaran daring (online), dan pembelajaran terbuka. Beberapa mata kuliah yang menggunakan  pembelajaran blended learning  adalah Public Speaking, Quantitative Research Methods in Language Education, dan Perkembangan Peserta Didik. Mata kuliah yang menggunakan daring  adalah Pengantar Pendidikan dan Profesi Kependidikan. Mata kuliah yang menggunakan pembelajaran terbuka adalah Educational Statistics, Psikologi Pendidikan, Kewirausahaan, dan Qualitative Research Methods. Menanggapi hal ini Dr.Ericka Darmawan, M.Pd. menjelaskan bahwa pelaksanaan program SPADA di UNTIDAR telah diintegrasikan dengan sistem pembelajaran daring dari UNTIDAR yaitu ELITA. (FR)

[:en]

Faculty of Teachers Training and Education (FKIP) Universitas Tidar received grants from the government in “Program Penugasan Dosen di Sekolah (PDS)” and “Development of Online Learning System (SPADA). Both grant programs involved all study programs in FKIP Universitas Tidar.

PDS itself is a program which assigned lecturers in schools to foster schools so there is harmony between schools and universities. According to Widya Ratna Kusumaningrum, S.Pd., M.Pd., M.Ed., one background of the PDS program is that there is a large gap between schools and universities. The PDS program is a means of collaboration between schools and universities in improving the quality of education in Indonesia.

Meanwhile, the implementation of SPADA is divided into several programs, namely blended learning, online learning, and open learning. Some courses that use blended learning are Public Speaking, Quantitative Research Methods in Language Education, and Student Development. Furthermore, courses which are online courses are Introduction to Education and the Education Profession. Courses that use open learning are Educational Statistics, Educational Psychology, Entrepreneurship, and Qualitative Research Methods. Responding to the program Dr.Ericka Darmawan, M.Pd. explained that the implementation of the SPADA program at Universitas TIdar had been integrated with the online learning system from UNTIDAR namely ELITA. (FR-NA)

[:]

[:id]Menabung Prestasi Dari Ajang Duta Wisata Kabupaten Magelang[:en]Achievements of FKIP students in Tourism Ambassador in Magelang Regency[:]

[:id]

Duta Wisata sebagai salah satu ajang yang menarik dan bergengsi, mulai digemari oleh kalangan anak muda di seluruh Indonesia. Pemuda pemudi yang dapat berpartisipasi setidaknya berumur 17 tahun ke atas. Acara yang diadakan setiap tahun ini, juga banyak diminati oleh anak muda di kabupaten maupun kota Magelang. Sebutan populernya adalah Mas dan Mbak Duta Wisata Kabupaten/Kota Magelang.

Senin, 9 September 2019 adalah hari yang bersejarah bagi dua mahasiswa FKIP UNTIDAR, yaitu Nidaul Husna (PBI/Semester 5) dan Muhammad Fajar A. (PBI/Semester 3) yang  lolos serangkaian tes untuk masuk menjadi finalis Mas dan Mbak Duta Wisata Kabupaten Magelang. Mereka lolos mengalahkan 110 orang dan masuk menjadi finalis 15 besar putra / putri Duta Wisata.

Sederet kegiatan dilakukan para finalis selama dua minggu. Adapun kegiatannya yaitu beauty shoot di Ketep Pass, pembekalan, kelas koreo, outbound, audiensi bupati (makrab), dan grand final. Sebelum grand final, para finalis juga harus mendapatkan like sebanyak – banyaknya melalui Instagram dengan cara mengklik foto mereka.

Grand Final yang dilakukan pada 20 September 2019 di Grand Artos Magelang membawa Nidaul Husna menjadi Juara 2 Mbak Duta Wisata Kabupaten Magelang. Meski Muhammad Fajar belum berhasil di ajang ini, dia mengaku sangat senang karena mendapat pengalaman tentang Public Speaking dan praktik kepariwisataan secara langsung. Hal ini membuat dirinya tak berputus asa dan ingin mencoba kembali ajang bergengsi ini tahun depan. (AG)

[:en]

Tourism Ambassador as one of the interesting and prestigious events, began to be favored by young people throughout Indonesia. Those who can participate in the event must be at least 17 years and over. This event, which is held every year, is also much sought after by young people in the districts and cities of Magelang. The popular name is Mas and Mbak Magelang.

On Monday, 9 September 2019 was a historic day for two students of Faculty of Education and Teachers Training (FKIP) namely Nidaul Husna and Muhammad Fajar A., both are from Englsih Education Study program, who passed a series of tests to become finalists in Mas and Mbak Magelang in Magelang Regency . They succeeded to beat 110 people and entered into the finalists of the top 15 Tourism Ambassador.

A series of activities carried out by the finalists for two weeks. The activities were beauty shoot at Ketep Pass, briefing, choreography class, outbound, audience with the regent and grand final. Before the grand final, the finalists had to get as many likes through Instagram by clicking on their photos.

The Grand Final which was held on September 20, 2019 at the Grand Artos Magelang brought Nidaul Husna to become the final champion of the Mba Magelang District. Although Muhammad Fajar has not succeeded in this event, he claimed to be very happy because he gained experience about Public Speaking and the practice of tourism directly. This makes him more excited and wants to try again this prestigious event next year. (AG-NA)

[:]

[:id]Menjadi Presenter Di Seminar Internasional? Siapa Takut?[:en]Being A Presenter at An International Conference? No Need to Worry![:]

[:id]

Sabtu, 14 September 2019 tiga mahasiswa FKIP PBI UNTIDAR mengikuti seminar internasional ELTLT 19 (English Language Teaching, Literature, and Translation) sebagai presenter di Hotel Grasia Semarang. Mereka adalah, Farid Romadhon, Ikrar Genidal Riadil, dan Ayutya Khoirul Mar’ah mahasiswa PBI Semester 5. Seminar internasional  ke-delapan yang diadakan oleh UNNES ini, mengundang empat keynote speakers, diantaranya Prof. Jayne C. Lammers, Dr. Hasuria Che Omar, Dr. Abdul Mohammad Ali Jinnah, dan Prof. Dr. Abdurrahman Faridi, M.Pd.

Acara yang berlangsung selama dua hari ini mengangkat tema “The Current Issues and Challenges of English Language Teaching, Literature, and Translation in the Disruption Era”. Adapun judul penelitian yang disuguhkan oleh ketiga mahasiswa Untidar ini adalah ‘Inserts Used by Ariana Grande of Interview in Jimmy Fallon Talk Show”. Mereka merasa bangga dan senang dapat menjadi presenter di seminar Internasional, seperti kata salah satu mahasiswa, Ikrar Genidal Riadil, “Seruuu dan challenging banget! Lebih suka dan lebih keren juga di international conference. Ini kedua kalinya saya presentasi di international conference, saya merasa mendapatkan lebih banyak experiences, banyak ilmu juga karena banyak experts dari luar negeri jadi bisa nambah relasi buat sharing.” (AG)

[:en]

Saturday, September 14, 2019 three English Education Study Program (PBI) of FKIP UNTIDAR students attended the English Language Teaching, Literature, and Translation (ELTLT) 19, as presenters at Grasia Hotel Semarang. They were Farid Romadhon, Ikrar Genidal Riadil, and Ayutya Khoirul Mar’ah, all of which are currently in fifth semester. It was the eighth international seminar organized by English Language and Literature Department of UNNES which invited four keynote speakers. Among the sepakers are; Prof. Jayne C. Lammers, Dr. Hasuria Che Omar, Dr. Abdul Mohammad Ali Jinnah, and Prof. Dr. Abdurrahman Faridi, M.Pd.

This year, the annual event raised “The Current Issues and Challenges of English Language Teaching, Literature, and Translation in the Disruption Era” as the theme. The title of the research presented by the three UNTIDAR students is “Inserts Used by Ariana Grande of Interview in Jimmy Fallon Talk Show”. They felt proud and happy to be one of presenters at an international seminar, as one of the students, Ikrar Genidal Riadil said, “Exciting and really challenging! I feel happier and its like more awsome to be at international conference. This is my second time presenting at an international conference, I feel I have gained more experiences, lots of knowledge too because many experts are from abroad so I can add relations for sharing ideas. (AL)

[:]

[:id]121 Mahasiswa Mengikuti KKL di Semarang[:en]121 Students Join Field Work Course in Semarang[:]

[:id]

Tahun ini, Kota Semarang menjadi destinasi bagi 121 mahasiswa semster V dalam Program Kuliah Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada 19/09 lalu. Program Kuliah Kerja Lapangan yang dilaksanakan oleh prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan jembatan bagi mahasiswa dalam  memperoleh pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam bidang kerja yang linier selain menjadi guru, yaitu mengetahui peluang kerja dalam ranah penerbitan, penulis buku, reporter, terapis wicara, dan ranah kerja lain yang masih berkorelasi dengan bidang bahasa.

Dosen PBSI sekaligus koordinator KKL Firstya Evi Dianastiti, M.Pd. menyampaikan, dengan adanya KKL, mahasiswa semester V dapat memperoleh banyak manfaat. Hal ini karena mahasiswa pada semester V belum memiliki pengetahuan yang memadai berkaitan dengan bidang kerjanya kelak. Oleh sebab itu, melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat menggali informasi sehingga pengetahuannya mengenai bidang kerja menjadi lebih luas. Selain itu, mahasiswa secara langsung dapat memperoleh pengalaman melalui praktik secara langsung.

Melalui berbagai pertimbangan, destinasi KKL mengerucut di Balai Bahasa Jawa Tengah, TVKU (Udinus) dan Cagar Budaya Lawang Sewu. Di Balai Bahasa Jawa Tengah mahasiswa memperoleh banyak informasi terkait pentingnya pelestarian bahasa, proses penyusunan KBBI baik online maupun offline, dan penyuluhan kepada guru terkait UKBI. Materi tersebut disampaikan oleh Dr. Tirto Suwondo, M. Hum. dan Agus Sudono, S.S., M.Hum. Di TVKU Universitas Dian Nuswantoro, mahasiswa dijamu dengan kajian menarik oleh Dr. Guruh Fajar Shidik, S.Kom., M. Cs. dan Hery Pamungkas, M.I.Kom. dua narasumber tersebut menyampaikan sejarah pendirian TVKU, kerjasama yang dilakukan, hingga peningkatan kualitas siaran dan jaringan. Pada kesempatan tersebut, mahasiswa memperoleh informasi dan  pengalaman broadcasting. Tujuan terakhir adalah rekreasi di Cagar Budaya Lawang Sewu. Di tempat ini mahasiswa mendapatkan informasi terkait sejarah Kota Semarang dan konservasi bangunan bersejarah peninggalan Belanda tersebut.MW

[:en]

This year, Semarang became the destination for 121 students of fifth semester in the Field Work Program held on September 19. The Field Work Course (KKL) Program carried out by the Indonesian Language and Literature Education study program is a bridge for students to gain knowledge and experience of students in the linear field of work besides becoming a teacher, which is to find work opportunities in the world of publishing, or to become a book writer, reporter, and other jobs that are still correlated with the language field.

PBSI lecturer as well as KKL coordinator, Firstya Evi Dianastiti, M.Pd. conveyed, with KKL, students of fifth semester can get a lot of benefits. This is because the students have not had adequate authentic experience and knowledge related to their field of work later. Therefore, through this activity, students can explore more information so that their knowledge about the field of work becomes wider. In addition, students can directly gain experience through hands-on practice.

Through various considerations, finally, the destinations chosen were the Central Java Language Center, TVKU (Udinus) and Lawang Sewu Cultural Heritage. At the Central Java Language Center students get a lot of information related to the importance of language preservation, the process of preparing KBBI ( both online and offline), and counseling to teachers related to UKBI, while  At TVKU Dian Nuswantoro University, students got valuable information and experience on broadcasting. Finally, students refreshed themselves at Lawang Sewu Cultural Heritage. At this place, students got information related to the history of Semarang City and the conservation of the historic heritage building from the Netherlands. AL

[:]

[:id]Seminar Nasional MIPA 2019 Ramaikan Rangkaian Pekan MIPA FKIP UNTIDAR[:]

[:id]

Jurusan MIPA FKIP UNTIDAR adakan Seminar Nasional MIPA 2019 dengan mengusung tema “Mencetak Sumber Daya Manusia MIPA Berkarakter Melalui Pembelajaran STEM” yang disesuaikan dengan Visi Indonesia yakni SDM Unggul Indonesia Maju. Seminar ini dilangsungkan pada hari Sabtu, 21 September 2019 bertempat di Wisma Sejahtera, Magelang. Kegiatan yang sudah berlangsung ke dua kalinya ini merupakan kegiatan tahunan yang dirangkaikan dengan acara Pekan MIPA tahun 2019.

Dr. Ahmad Muhlisin, M.Pd selaku ketua panitia menjelaskan tujuan dari seminar ini untuk meningkatkan suasana akademik di Jurusan MIPA. “Peningkatan itu melalui kegiatan diskusi akademik untuk membekali SDM khususnya calon pendidik MIPA yg berkarakter dengan pembelajaran STEM (Sains Teknologi Enginering dan Matematika) yang komprehensif sehingga pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan,” ungkapnya yang juga menjabat sebagai ketua jurusan MIPA FKIP UNTIDAR.

Pembicara utama dari seminar ini adalah Prof. Dr. agr. Mohammad Amin, M.Si. dari Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si. dari Universitas Pendidikan Indonesia, Prof. Dr. Marsigit, M.A. dari Universitas Negeri Yogyakarta yang sukses menarik 327 peserta dan 69 pemakalah dari kalangan mahasiswa, calon guru, guru, peneliti di bidang pendidikan MIPA untuk turut bergabung.

SNMIPA terselenggara atas kerja sama dengan UNNES, UST Yogyakarta, IVET Semarang, dan UKSW. “Dari tahun ke tahun kami selalu meningkatkan kualitas pelaksanaan, tahun ini artikel terpilih akan dipublikasikan ke jurnal terindeks Sinta 2 dan Sinta 3, selain itu tahun depan seminar ini akan ditingkatkan menjadi seminar internasional,” pungkas Lisin mengakhiri. (TP)

[:]

[:id]Monev Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) FKIP UNTIDAR 2019[:en]The Monitoring and Evaluation (Monev) of Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) FETT UNTIDAR 2019[:]

[:id]

Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) FKIP UNTIDAR 2019 telah dimulai. Mahasiswa dari kelima program studi di FKIP berkompetisi untuk mengajukan proposal terbaiknya. Di tahun ini, dari 28 proposal yang diajukan, 24 proposal lolos sebagai tim pilihan. Proposal – proposal yang lolos ini berasal dari 8 tim Prodi Pendidikan Matematika, 7 tim Prodi Pendidikan IPA, 5 tim Prodi Pendidikan Biologi, 3 tim Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, dan 1 tim Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jumat, 13 September 2019, FKIP melaksanakan Monitoring dan Evaluasi (Monev) untuk 24 proposal yang lolos. Proposal yang lolos tidak hanya berkreasi tentang makanan yang inovatif tetapi juga wirausaha tentang pemanfaatan sampah plastik, pemanfaatan ranting pohon/ botol bekas, gantungan kunci dari limbah, jasa reparasi jam, dan pembuatan totebag.

Dalam kegiatan monev ini, setiap tim diminta untuk mempresentasikan laporan kemajuan masing – masing usahanya. Beberapa poin yang menjadi penilaian adalah kualitas produk, pencapaian target produksi dan penjualan, omset, startegi usaha, strategi pemasaran, luasan pasar, pengelolaan keuangan, dan potensi jangka panjang usaha. Monev ini juga bertujuan untuk mempersiapkan setiap tim agar menghasilkan produk yang berkualitas pada EXPO PMW FKIP UNTIDAR yang akan dilaksanakan pada 11 Oktober 2019. (AG)

FKIP Berwirausaha!

[:en]

PMW of FETT Untidar 2019 has begun. Students from the five study programs at FETT compete to submit their best proposals. There are 28 proposals submitted this year. However, there were only 24 proposals become the chosen team. Those proposals were 8 proposals from Mathematics Study Program teams, 7 proposals from Science Education Study teams, 5 proposals from Biology Education Study teams, 3 proposals from English Education Study teams, and a proposal from Indonesian Language and Literature Education Study team.

FETT conducted the Monev for 24 proposals on Friday, September 13, 2019. The chosen proposals were not only creating innovative food, but also about entrepreneurship on the use of plastic waste, the use of tree branches or used -bottles, key chains from waste, watch-repair services, and the manufacture of totebag. Each team was asked to present a progress report of the program. There were some aspects to be assessed namely product quality, product achievement, and sales targets, business strategies, marketing strategies, market area, financial management, and long-term business potential. This Monev was aimed to prepare each team to produce the good quality products at the PMPO FKIP EXPO PMW which will be held on October 11, 2019. (ER)

[:]

[:id]Kuliah Umum dari Balai Konservasi di Pendidikan Biologi[:en]Public Lecture from Conservation Centre in Biology Education[:]

[:id]

Program studi Pendidikan Biologi Universitas Tidar (UNTIDAR) mengadakan kuliah umum yang menghadirkan narasumber Moh. Habibi dari Borobudur Conservation Office. Kuliah umum yang diadakan pada tanggal 13 September 2019 mengangkat tema “Keanekaragaman Fauna & Flora pada Relief Candi Borobudur”. Kuliah umum Pendidikan Biologi ini diadakan di Ruang A3.B4 Gedung Fakultas Ekonomi (FE) UNTIDAR pada pukul 13.00-15.00.  Kegiatan ini dihadiri oleh jajaran dosen program studi Pendidikan Biologi berserta mahasiswanya.

Menurut Dr. Ericka Darmawan, M.Pd. tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menambah pemahaman mahasiswa Pendidikan Biologi UNTIDAR mengenai keanekaragaman hewan dan tumbuhan yang ada pada relief Candi Borobudur dan  menggali kearifan lokal masyarakat zaman dahulu dalam memanfaatkan tumbuhan. Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kearifan karakter moral yang ada pada relief sehingga dapat dikorelasikan dengan pendidikan karakter untuk masyarakat di masa sekarang.[FR]

[:en]

Biology Education study program, Universitas Tidar (UNTIDAR) held the public lecture which is invited Moh. Habibi from Borobudur Conservation Office. It was held in September 13th, 2019 and themed “Diversity of Fauna & Flora in the Relief of Borobudur Temple”. It was taken place in A3B4, Economic Faculty UNTIDAR at 13.00-5.00 and attended by the lecturers and students of Biology Education.

Dr. Ericka Darmawan, M.Pd. said that the aim of this public lecture is to enlarge the students’ knowledge about the diversity of animals and plants that exist in Borobudur Temple relief and explore the local wisdom of the ancient people in utilizing plants. In addition, this activity aims to determine the wisdom of the moral character that exists in relief so that it can be correlated with character education for the community at the present time. (FR/AW)

[:]

[:id]FKIP Hadirkan Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah dalam Kuliah Umum dengan Tema “Postcolonial Encounters: Colonial and Neocolonial Issues”[:en]FKIP Presents Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah in a Public Lecture with the theme “Postcolonial Encounters: Colonial and Neocolonial Issues”[:]

[:id]

Bertempat di Ruang Multimedia, pada hari Selasa, 10 September 2019, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tidar menyelenggarakan kuliah umum dengan tema ”Postcolonial Encounters: Colonial and Neocolonial Issues.” FKIP UNTIDAR mengundang Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah yang merupakan Associate Professor of English Jamal Mohamed College, Bharatidasan University, Tamil Nadu, India, sebagai narasumber. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka peningkatan kerja sama luar negeri dan penguatan kapasitas akademik serta penandatanganan MoA antara Universitas Tidar dengan Jamal Mohamed College, Bharatidasan University, India. Adapun peserta dari kuliah umum ini adalah pejabat struktural FKIP UNTIDAR, beberapa dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), perwakilan mahasiswa EDSA dan Himaprodi PBSI, serta mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia (program lintas jurusan).

Kuliah umum ini dimulai pada pukul 13.00. Sambutan diberikan oleh Prof. Sukarno, M.Si. selaku Dekan FKIP UNTIDAR dan Dr. Ir. Noor Farid, M.Si. selaku Wakil Rektor I. Dalam kuliah umum ini, Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah meyampaikan bahwa dalam suatu negara yang sangat majemuk dan pernah mengalami post-kolonialisme seperti India dan Indonesia, identitas menjadi sangat majemuk juga (tidak tunggal), misalnya dia tidak bisa menyebut dirinya muslim saja, tetapi dia harus menyebut dirinya Indian muslim. Dia juga tidak bisa menyebut dirinya Indian saja karena orang-orang juga menganggap dia adalah orang Pakistan dari namanya, sehingga dia harus menyebut dirinya Indian muslim.

Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah menuturkan bahwa ada beberapa pertanyaan yang muncul dalam negara-negara post-kolonial, sebagai contoh, mengapa kita mempelajari  budaya-budaya colonizer, misalnya, mengapa yang dipelajari orang India bukan bahasa Tamil atau bahasa Punjab, tetapi justru bahasa Inggris dan kesusastraan Inggris. Bahkan, Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah mencontohkan dengan menyebut dirinya sendiri sebagai English lecturer. Beliau menambahkan bahwa kolonialisasi itu muncul karena adanya rasa superior, yaitu western (Barat) merasa bahwa mereka lebih superior dibandingkan Timur sehingga ketika mereka melakukan kolonialisasi, menurut mereka hal tersebut bukan melakukan kolonialisasi, tetapi mereka sedang mendidik orang-orang Timur.

Berkaitan dengan neokolonialisme, Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah memberikan beberapa contoh neokolonialisme yang terjadi di beberapa negara, misalnya ketika orang India bekerja di Amerika, mereka dibayar berbeda dengan bangsa Eropa lainnya karena merupakan orang India. Selanjutnya, di Kanada semua bangsa bisa bertemu tetapi ada semacam privilege tertentu untuk bangsa tertentu, misalnya bangsa Perancis mendapatkan privilege yang berbeda dengan bangsa yang lainnya. Selain itu, neokolonialisme juga dijumpai di film. Hampir semua cerita-cerita (film) dari daerah Timur, ketika masuk di Hollywood maka film tersebut akan dicitarasakan Barat, dan tidak lagi menjadi milik Timur. Jadi, agar dapat dikonsumsi oleh Timur, maka film tersebut harus dicitarasakan Barat.

Pada sesi diskusi dan tanya jawab, ada peserta yang bertanya terkait apakah kita bisa lepas dari kolonialisme. Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah menjawab bahwa kita tidak akan bisa lepas dari kolonialisme karena dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kebudayaan kolonial. Selain itu, kita juga masih menggunakan produk-produk kolonial. Satu-satunya cara yang membuat kita lepas dari kolonialisme adalah di pikiran bahwa kita harus memerdekakan pikiran kita dari kolonialisme.

Kedatangan Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah ke Indonesia merupakan rangkaian tour beliau untuk memberikan kuliah umum di beberapa universitas di Indonesia, yang dimulai dari tanggal 9 September sampai dengan tanggal 15 September 2019. Adapun kegiatan kuliah umum beliau adalah pada tanggal 9 September di ISI Yogyakarta dengan tema “The Fountain Effect and its Influence on Art and Literary Scenario” dan di UGM bertemakan “Cultural Hegemony and Multiculturalism.” Tanggal 10 September 2019 di UNTIDAR dengan tema “Postcolonial Encounters: Colonial and Neocolonial Issues, sedangkan tanggal 11 September 2019 di UI dengan tema “Post Truth Literature and Trump Era.” Selanjutnya, tanggal 12 September 2019 beliau memberikan kuliah umum di IAIN Surakarta bertemakan “Pop-culture and Desi Ethics” dan tanggal 13 September di IAIN Pekalongan dengan tema “Understanding Post Modern Aesthetics.” Terakhir, tanggal 14 – 15 September dalam The 8th International Conference on English Language Teaching, Literature, and Translation (ELTLT) di UNNES dengan tema “Zeitgeist and Literary Landscapes 4.0.” [YF]

[:en]

Located in the Multimedia Room, on Tuesday, September 10, 2019, Faculty of Education and Teachers Training (FKIP) of Universitas Tidar held a public lecture with the theme “Postcolonial Encounters: Colonial and Neocolonial Issues.” FKIP UNTIDAR invited Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah who is an Associate Professor of English of Jamal Mohamed College, Bharatidasan University, Tamil Nadu, India, as a guest speaker. One of the purposes of conducting this occasion is to enhance overseas cooperation and strengthen academic capacity as there was a session of signing an MoA between Universitas  Tidar and Jamal Mohamed College, Bharatidasan University, India. The participants of this public lecture were FKIP structural officials, lecturers of the English Education Study Program (PBI) and Indonesian Language and Literature Education (PBSI), representatives of EDSA and members of Students Oganization (Himaprodi) of PBSI, and students of the Masters Program in Indonesian Language Education (cross program majors).

In his lecture, Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah said that in countries that are very pluralistic and have experienced post-colonialism such as India and Indonesia, identity is very diverse, for example he cannot call himself a Muslim, but he must call himself an Indian Muslim. He also cannot call himself Indian because people also consider him to be a Pakistani by his name, so he must call himself an Indian Muslim.

“There are some questions that arise in post-colonial countries like, why should we study colonizer cultures like English and English literature instead of Tamil or Punjab?” Added Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah. In fact, he gave an example by calling himself an English lecturer. He explained further that the colonization arose because of a sense of superiority, that was, the Westerns felt that they were superior to the East so that when they colonized, they didn’t regard that as colonialism, instead, according to them, they were educating the Easterners.

Regarding neocolonialism, Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah gave several examples of neocolonialism that occurs in several countries, for example, when Indians work in America, they are paid differently from Europeans because they are Indians. Furthermore, in Canada all nations can meet, but there is a certain kind of privilege for certain nations, for example the French have different privileges from other nations. In addition, neocolonialism is also found in films. Nearly all stories (films) from the East, when enter in Hollywood the films will be perceived by the West, and no longer belong to the East. So, in order to be consumed by the East, the film must be perceived by the West.

In the discussion and question and answer session, there were participants who asked whether we could escape from colonialism. Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah answered that we cannot escape from colonialism because in our daily lives we cannot escape from colonial culture. In addition, we also still use colonial products. The only way to make us free from colonialism is that we must free our minds from colonialism.

Dr. Abdul Mohammed Ali Jinnah came to Indonesia is a series of public lecture tour at several universities in Indonesia and UNTIDAR got the chance to be one of those selected universities. (AL)

[:]

[:id]Kuliah Daring bagi Mahasiswa Milenial, UNTIDAR Perkenalkan ELITA[:]

[:id]

Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr. Ir. Noor Farid, M.Si. baru-baru ini mengedarkan surat perihal pelaksanaan E-learning. Surat dengan Nomor 256/UN57/PK.01.00/2019 tertanggal 10 September 2019 ditujukan pada seluruh Dekan Fakultas UNTIDAR, Kepala UPT TIK UNTIDAR, yang kemudian diteruskan pada seluruh dosen di lingkungan UNTIDAR. Pemberitahuan ini merujuk pada pasal 27 ayat (2) Peraturan Rektor Universitas Tidar Nomor 15/UN57/HK.01/ 2019 tentang Pedoman Akademik Universitas Tidar disampaikan bentuk interaksi antara dosen, mahasiswa, dan sumber belajar berupa bersemuka dan daring (E-learning) yang diatur dalam pedoman tersendiri dan sebagai tindak lanjut kegiatan bimbingan teknis penyusunan konten mata kuliah e-learning Pendidikan Jarak Jauh. Pelaksaanaan proses pembelajaran dengan bentuk daring (E-learning) mulai semester Gasal Tahun Akademik 2019/2020 dengan ketentukan pada tiap semester dilaksanakan 2x sebelum UTS dan 2x sebelum UAS dengan mahasiswa lulus kuis/test minimal dengan nilai B disetiap pertemuan daring sebagai syarat untuk ikut UTS/UAS.

Sebelum edaran tersebut disebar, seluruh dosen di lingkungan Universitas Tidar terlebih dahulu dibekali dengan Workshop Pelatihan Pembelajaran E-Learning Universitas Tidar (ELITA) pada Rabu, 21 Agustus 2019, sehingga pelaksanaan kuliah daring dapat berjalan dengan baik. Asri Wijayanti, Plt Korprodi PBSI menyatakan bahwa kuliah menggunakan ELITA lebih efektif demi mencapai tujuan yang diharapkan dari setiap mata kuliah tanpa takut kekurangan waktu. “Dosen kan punya tuntutan lain selain mengajar, yaitu melakukan penelitian atau pengabdian. Ketika waktu dosen bentrok, harus melaksanakan workshop atau seminar call paper padahal ada jam mengajar, sekarang tidak perlu lagi ganti jam mengajar, tinggal pakai ELITA untuk mengganti tatap muka, sudah beres. Materi terkejar, waktu juga tidak terbuang,” ungkapnya.

ELITA sebagai sistem baru pembelajaran milenial memang masih dipandang menyusahkan, karena dosen harus mulai belajar menguasai dan mengoperasikan berbagai tools yang tersedia pada sistem tersebut. “Wajarlah kalau baru pertama kali ya pasti susah menyesuaikan diri, tapi lama-lama ya jadi gampang dan justru banyak membantu,” papar dosen wanita asal Kudus. Dalam pelaksanaannya ada beberapa masukan yang perlu diperhatikan pihak UPT TIK demi mendukung pembelajaran daring. Akhirnya Asri memungkasi pernyataannya, “Kalau bisa ditingkatkan lagi untuk akses ELITA. Ketika semua dosen dan mahasiswa mengakses ELITA di jam yang bersamaan di seluruh kampus koneksinya kadang lemot dan sering error, ini cukup menghambat juga. Tidak perlu di kampus juga sih mengakses ELITA, kalau di rumah pun juga kadang masih lemot untuk membuka sistem ini, semoga bisa menjadi masukan demi kualitas yang lebih baik.” (TP)

[:]