KABASTRA, SEMINAR NASIONAL PERDANA KOLABORASI PUSAT BAHASA UNIVERSITAS TIDAR, BALAI BAHASA JAWA TENGAH DAN HISKI KEDU

Bahasa, sastra, dan pengajarannya merupakan bidang ilmu yang berkesinambungan dan tak dapat dipisahkan. Dalam perkembangannya, ketiga bidang ilmu tersebut mendapatkan perhatian yang kian besar. Terbukti dengan adanya organisasi profesi serupa Asosiasi Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia (ADOBSI) dan Himpunan Sasrjana Kesusastraraan Indonesia (HISKI)  yang bergerak dalam bidang bahasa dan sastra. Organisasi profesi tersebut senantiasa menggeliat dan membuat sebuah terobosan baru di bidang bahasa, sastra, dan pengajarannya.

Dalam perkembangan yang kian meluas, ketiga bidang kajian di atas mulai menelurkan kajian baru yang kiranya belum pernah dilakukan selama ini. Harapannya ide, fenomena, serta gagasan baru dalam bidang kajian bahasa, sastra, dan pengajarannya akan dapat memperkaya khazanah pengetahuan para dosen, peneliti guru, dan masyarakat terutama di bidang bahasa, sastra, dan pengajarannya.

Berdasarkan hal tersebut, Pusat Bahasa Universitas Tidar, Balai Bahasa Jawa Tengah, dan HISKI Komisariat Kedu mencoba membuat sebuah Seminar Nasional Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya (KABSTRA) dengan tema “Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya dalam Perspektif Ideologi, Ekologi, dan Multikulturalisme”. Dengan adanya acara tersebut diharapkan para peneliti, dosen, guru, dan khalayak umum yang mencintai bahasa, sastra, dan pengajarannya akan dapat berkumpul untuk memperbincangkan isu, fenomena, serta gagasan baru dalam kaitannya dengan kajian bahasa, sastra, dan pengajarannya yang sampai sekarang ini mulai mendapatkan tempat yang istimewa.

Pembicara kunci yang dihadirkan adalah Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum. selaku Kepala Badan Bahasa, Prof. Dr. Suwardi Endraswara, M.Hum. selaku ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI), dan Prof. Dr. Cahyo Yusuf, M.Pd. selaku Rektor Universitas Tidar bidang keahlian penelitian bahasa. Acara yang akan digelar di auditorium Universitas Tidar pada hari sabtu, 27 Agustus 2016 pukul 07.00 WIB ini bakal menjadi acara seminar nasional perdana yang spektakuler karena seminar yang akan dilakukan merupakan Call Paper, artinya tidak hanya ketiga pembicara kunci di atas yang akan unjuk suara, tetapi pemakalah pendamping pun akan menyuarakan kajiannya dalam bidang bahasa, sastra, dan pengajarannya.

Seminar nasional ini merupakan kolaborasi yang sangat menarik antara Universitas Tidar melalui Pusat Bahasanya, Balai Bahasa Jawa Tengah dan HISKI Kedu. Universitas Tidar senantiasa menjaga dan mengembangkan kebahasaan dan sastra Indonesia dengan secara serius mengaktifkan Pusat Bahasa yang dimilikinya dalam kesinambungan dengan FKIP yang menaungi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dukungan penuh dari Badan Bahasa Jawa Tengah dan kebangkitan HISKI akan menjadi sebuah sajian yang tentu sangat menarik untuk ditunggu. (AL)

Mahasiswa FKIP Untidar Jalani Pembekalan PPL

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar (FKIP Untidar) mengadakan acara Pembekalan Program Pengalaman Lapangan (PPL) 2016 (19/7). Acara tersebut diikuti oleh dua progam studi (prodi) di FKIP Untidar, yaitu Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Untidar. Dalam pembekalan tersebut mahasiswa diberikan wawasan tentang pelaksanaan serta kebijakan-kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran bahasa.

Acara dibuka oleh Dekan FKIP Untidar, Prof. Dr. Sukarno, M.Si. dan dilanjutkan penjelasan teknis PPL oleh Lilia Indriani, M.Pd., Ketua Panitia PPL 2016. Sebanyak 118 mahasiswa FKIP mengikuti pembekalan ini, yang terdiri atas 81 mahasiswa PBI dan 37 mahasiwa PBSI. Program PPL ini masuk dalam kurikulum semester VII FKIP Untidar. Seperti dikutip dari Pedoman PPL 2016, PPL merupakan kegiatan wajib yang harus ditempuh mahasiswa pendidikan agar menguasai kompetensi guru (pedagogis, kepribadian, professional, dan sosial), menguasai pengembangan keprofesionalan guru, mendekatkan FKIP Untidar pada masyarakat atau satuan pendidikan, dan meningkatkan relevansi kurikulum FKIP dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.

 “Tahun ini FKIP Untidar menjalin kerja sama dengan sembilan SMA di Magelang sebagai tempat PPL,” ujar Lilia. Mahasiswa akan menjalankan PPL selama 6 bulan, terdiri atas observasi, penyusunan rencana pengajaran, praktik mengajar, praktik layanan kesulitan belajar, praktik persekolahan, dan diakhiri dengan ujian.

Dalam pembekalan ini, Drs. M. Arief Fauzan B., M.Pd.Si., Kepala SMA Negeri 2 Magelang, selaku narasumber memberikan materi yang berjudul ‘Budaya Belajar Tinggi dalam Konteks Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah’, “Budaya belajar tinggi dimaksudkan agar peserta didik menjadi yang terbaik dan selalu berkembang. Hal itu dipengaruhi oleh sumber daya manusia yaitu peserta didik itu sendiri dan sistem. Sitem meliputi: manajemen sekolah, kinerja guru dan tenaga pendidikan, serta pengelolaan pembelajaran efektif. Di sinilah peran guru menjadi sangat berarti karena kinerja guru merupakan kunci keberhasilan suatu sekolah,” ujar Arief.

Pada sesi berikutnya, secara terpisah mahasiswa diberi gambaran tentang pembelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia di SMA sesuai prodi masing-masing. “Para praktikan diharapkan mengerti tujuan pembelajaran Bahasa Inggris harus menumbuhkan kesadaran pentingnya bahasa Inggris sebagai bahasa asing, sehingga cakupan pembelajarannya meliputi berbagai kompetensi seperti kompetensi tindak bahasa, linguistik, sosiokultural, strategi, dan wacana,” tutur Hesti Wulandari, S.Pd., M.Pd.BI, pemateri pembelajaran Bahasa Inggris SMA.

Sartono, S.Pd., pemateri pembelajaran Bahasa Indonesia mengatakan bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri pada konteks sosial budaya akademis.

Selanjutnya, mahasiswa PPL FKIP Untidar akan diterjunkan ke sekolah-sekolah praktik pada 25 – 27 Juli 2016 mendatang. (WR-WJ)

ENGLISH DEPARTMENT: BEING READY TO BE EDUPRENEUR

Entrepreneurship is one of the courses in English Department in which it is aimed at giving students insight on issues related to small and middle business, more particularly one relevant with English.

Indrotomo, M.Pd. the lecturer of Entrepreneurship denotes “at first the students’ mindset of entrepreneurship course is about culinary business, then, I change their mindset to make a business plan that relates to English.” He asks the students to be edupreneurs. He states that Edupreneur stands for Educational Entrepreneur or an entrepreneur that relates to the public education system. In the class, he asks the students to make English courses such as English for Specific Purposes, English for Conversation, TOEFL course, and produce School-Based Material.

To support the teaching learning process, the lecturer invites native speakers who have knowledge in marketing, business strategy, and plan organizer. They are Alex (Canada), Catherine (Canada), Mathew (UK), and Laura (Spain). By inviting the native speakers in the class, the students get additional materials about international business.

In addition, the students also have knowledge how to be good edupreneurs and practice their speaking’s proficiency. That’s why the students are enthusiastic about joining the class. Zaqy Mubarok, the student of Entrepreneurship says “I think Entrepreneurship course is good, especially when there are native speakers in the class. My friend and I are happy when we can communicate to the native speakers and we can know their culture too”

In the future, the lecturer hopes the students can apply the theories about English business plan. Moreover, the lecturer has a continuing program to invite the native speakers from Netherlands to share their business experiences. (CA – AW)

Mahasiswa PBSI Semester 2 Praktikan Teknik PORPE Pada Kuliah Kemampuan Membaca 2

FKIP-UNTIDAR (29/6). Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNTIDAR praktikan teknik PORPE pada kuliah Kemampuan Membaca 2 setelah melaksanakan kuliah teori 2 sks. Pada saat mempraktikan teknik PORPE ini, mahasiswa terlihat antusias dan aktif dalam mengikuti kuliah. Hal ini, sesuai dengan penuturan salah satu mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester 2 Sahrul Mubarok yang ketika diwawancarai tentang tanggapannya setelah mempraktikan teknik PORPE yaitu teknik ini sangat menarik sekali karena selain memahamkan mahasiswa mengenai materi bacaan tertentu, mahasiswa pun dapat bercerita atau mempresentasikan hasil yang dibacanya dengan baik. Lebih lanjut, Sahrul mengatakan “Saya sangat antusias sekali karena saya bisa menceritakan apa yang sudah saya baca dengan baik dan teknik ini juga menghibur.”

Teknik PORPE (Predict, Organize, Rehearse, Practice, Evaluate) merupakan teknik yang dikembangkan Simpson (1986) untuk membantu siswa dalam merencanakan secara aktif, memonitor, mengevaluasi, dan mempelajari materi-materi tertentu dalam mempersiapkan ujian esai. Adapun langkah-langkah dari teknik ini, yaitu (1) predict (membuat prediksi berupa pertanyaan-pertanyaan esai), organize (mengorganisasikan konsep dalam bentuk mind mapping), rehearse (melatih kembali dengan cara mepresentasikan di depan), practice (praktik; menuliskan kembali dengan bahasanya sendiri), dan evaluate (evaluasi yaitu menjawab pertanyaan esai yang dibuat oleh dosen).

Dengan demikian, teknik PORPE ini sangat membantu mahasiswa karena teknik ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menangkap materi tertentu dan lebih khusus lagi, PORPE diarahkan untuk membantu mahasiswa ketika akan menghadapi ujian esai. (Ayu)

EFT1 Final Project: Vlog, to Act What You Think

The heart of learning is experiencing. The Final Project of English for Tourism 1 (EFT1) is designed to accommodate students’ expression in learning, focused on bringing the theoretical aspects of the subject through experience. The final project is in line with the basic competencies targeted by the course, which are able to reach an understanding of the definition of tourism and its aspects.

Nowadays, Video Log (later is called Vlog) is so hype. Vlog is basically a form of blog which the medium is video. It’s often combine embedded video (or a video link) with supporting text, images, and other editing attributes. Taking mostly the concept of documentary, Vlog has successfully winning the heart of the most video-sharing application users, youngsters. The medium is very popular yet resourceful for the course since it bridges the need assessment of the course.

To complete the requirement of the subject, each student must submit a 5-minute- Vlog of his or her tourism activity. Reading the text is prohibited since one of the purposes of the project is to check their clear understanding of the tourist destination concept verbally. The general theme for this semester is: Tourist Destination. Technically students must go to the-already-well-known tourist attractions or any other spot that has the potential. They are encouraged to be able to explain the ins and outs of that particular travel destination and apply the theoretical knowledge of the concept of an ideal tourist destination given in the class. Students are also invited to give their opinions and suggestions about the travel destination he/she had chosen. Either back sound editing or animation is permitted as long as it is not disturbing the substance. Collectively the students are then required to upload his/her Vlog to the class’ Youtube account.

So far there are positive comments from the students. Indra finds the project interesting since it gives him a chance to getaway from his routines. “We are having opportunity to explore various destinations, prices, accommodations and else, just like what we have studied in class, in reality. Moreover, students today love Vlogging to express our activities. We can shape our ability to speak, to show appropriate gesture or facial expression and to work with our camera so that we will be able to be confident in expressing ourselves about something”.  Niken adds “I got experience and information about a place which I haven’t known before. Somehow it is a kind of relaxation in the midst of hectic Final Exams. Though, I find difficulties in telling spontaneously since I have to think about grammar and vocab. Editing part is also challenging.”

Winda Candra Hantari, the lecturer of EFT 1 says that “Vlog brings benefits to the learning process, although EFT 1 extensively covered the theory, which is the foundation of English for Tourism but actually the theoretical knowledge given in the class should be checked in the real enclosure themselves through experience. Students are stimulated to have unique perceptions of the knowledge gained in the classroom. I’ll be very happy if later they can find something which can be learned from this project more than they have studied in class” To add the spark of up-to-date technology in the class, students are stimulated to familiarize themselves with online video-sharing application.(wd)

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia S-2 FKIP Untidar

Beberapa waktu lalu tim yang dibentuk oleh Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) menyerahkan berkas-berkas untuk dievaluasi oleh panitia tingkat universitas. Penyerahan berkas-berkas tersebut terkait dengan pengajuan prodi baru di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tidar. Setelah dievaluasi, panitia tingkat universitas mengunggah berkas-berkas tersebut ke DIKTI. Jika pengajuan prodi baru tersebut berhasil disetujui, FKIP akan memiliki prodi baru pada tingkat strata 2, yaitu Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia S-2 FKIP Untidar.

Menurut koordinator tim prodi PBSI, Drs. Hari Wahyono, M.Pd., proses pengajuan prodi baru melalui beberapa alur. Pada tingkat universitas terdapat panitia yang akan melimpahkan penyusunan berkas pengajuan prodi baru ke tingkat fakultas. Fakultas membentuk tim atau panitia pelaksana pembukaan prodi baru berdasarkan prodi yang sudah ada. Jika prodi baru tersebut belum memiliki prodi pada jenjang S-1, fakultas akan membentuk tim khusus.

“Di tingkat universitas ada panitia. Panitia itu menyerahkan (pelaksanaan penyusunan berkas) ke fakultas. Fakultas ke prodi, prodi yang relevan, atau membentuk tim khusus. Kalau belum ada prodi yang relevan, (membentuk) tim,” ujar Hari Wahyono di sela-sela kesibukannya di Prodi PBSI, Kamis (22/6/2016).

Beberapa dosen PBSI terlibat sebagai panitia pelaksana pembukaan prodi baru Pendidikan Bahasa Indonesia S-2 FKIP Untidar di tingkat prodi. Selain Drs. Hari Wahyono, M.Pd. selaku koordinator tim, ada beberapa dosen lain yang bertindak sebagai anggota tim, yaitu Dr. Yulia Esti Katrini, M.S., Molas Warsi Nugraheni, M.Pd., Imam Baihaqi, M.A., dan Rangga Asmara, M.Pd.

Pengajuan prodi baru tersebut disambut baik oleh dosen-dosen PBSI. Salah satu dosen PBSI, Asri Wijayanti, M.A., mengharapkan prodi baru tersebut dapat turut meningkatkan kualitas prodi PBSI yang berada pada jenjang S-1.

“Dengan adanya prodi baru, prodi yang S-1 lebih meningkat kualitasnya soalnya kan sudah ada prodi baru,” ujar Asri saat ditemui di prodi PBSI, Kamis (23/6/2016).

Pengajuan prodi baru juga memacu semangat dosen di Prodi PBSI untuk menempuh studi jenjang S-3 agar kelak dapat menjadi pengajar di prodi baru tersebut. Salah satu syarat mengajar di prodi jenjang S-2 adalah seorang dosen minimal harus sudah bergelar doktor. Ketika ditanya tentang ketertarikan menjadi pengajar di prodi baru tersebut, Asri, pun dengan semangat menjawab, “Tertarik (mengajar di S-2), setelah S-3.”

Setelah di-review oleh DIKTI, saat ini proses pengajuan prodi baru tersebut sedang berada pada tahap revisi oleh panitia pada tingkat prodi. Kemudian, melalui panitia pada tingkat universitas, berkas-berkas tersebut akan diunggah kembali ke DIKTI. Jika proses pengajuan prodi baru tersebut berjalan lancar, pada tahun ajar 2017-2018, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar akan membuka Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia S-2 FKIP Untidar. (IS)

Penandatanganan Nota Kesepahaman Hiski dan Universitas Muhammadiyah Magelang

Pada Selasa, 21 Juni 2016 telah dilaksanakan penandatanganan nota kesepahaman HISKI Kedu dan Universitas Muhammadiyah Magelang. Penandatanganan ini terkait dengan kerjasama antara HISKI dan universitas-universitas di wilayah eks karesidenan Kedu. Kali ini, penandatanganan langsung dilakukan oleh ketua HISKI Kedu, Imam Baihaqi, M.A., yang didampingi bendahara Winda Candra H., M.A., dengan Dekan FKIP UMM Drs. Subiyanto, M.Pd. Imam Baihaqi dan Winda Candra H merupakan dosen FKIP Untidar.

HISKI, akronim dari Himpunan Sarjanan Kesusastraan Indonesia merupakan sebuah organisasi yang berisi akademisi-akademisi sastra di seluruh Indonesia yang memulai geliat barunya. Hiski merupakan organisasi profesi yang terbuka dan mandiri. Didirikan pada tanggal 17 November 1984, organisasi ini mewadahi pengembangan gagasan pada ranah sastra di Indonesia dan bertujuan untuk kemajuan pengetahuan pendidikan dan kebudayaan.

HISKI Kedu resmi dideklarasikan pada Kamis, 2 Februari 2016 di Universtas Tidar melalui pemilihan oleh 15 perwakilan dari 5 universitas di eks Karesidenan Kedu. Kelima universitas itu adalah Untidar, UMM, UMP, UMNU dan Unsiq. Perwakilan yang hadir di Universitas Tidar yang pada akhirnya menjadi sekretariat HISKI Kedu tersebut memilih dan mengangkat Imam Baihaqi, M.A., sebagai ketua HISKI di wilayah yang dahulu merupakan Karesidenan Kedu.

Penandatanganan ini memiliki banyak sekali kemanfaatan bagi universitas-universitas yang tergabung dan bekerjasama dengan HISKI, khususnya bagi Untidar dan FKIP Untidar. Saat ini FKIP memiliki jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang di dalamnya mengajarkan dan mengembangkan kesusastraan Indonesia. Selain itu, FKIP Untidar juga memiliki jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dengan keilmuan sastra yang telah dikembangkan dan diharapkan akan semakin berkembang mengingat pada pelaksanaannya, para lulusan yang nantinya menjadi guru di tingkat pendidikan menengah, harus menguasai Ilmu Sastra semenjak sastra telah diajarkan sejak Sekolah Menengah Pertama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.

Hiski sebagai organisasi yang akan sangat mendukung perkembangan kesusatraan di Indonesia ke depan juga telah mencanangkan banyak program terkait keilmuan dan pengembangan sastra dan budaya di Indonesia. Agenda-agenda tersebut beraneka ragam mulai dari keilmuan sastra hingga cipta karya sastra. (al/wd)

TOURISM GOES TO CAMPUS

One of the biggest industries in Indonesia is Tourism. As an English Department at FKIP, Tidar University, one of the elective courses is English for Tourism in Practice. It is offered in semester six. This course provides students with the competence of using English in tourism fields and it also provides students with the real and practical experiences related to tourism fields. Moch. Malik Al Firdaus, M.Pd., as the English Department Coordinator, said “Practices in the real tourism objects is really beneficial to improve the students’ competence not only in speaking but also to understand the culture and respect the diversity.”

This field work programme starts on March 17th  –  July, 2nd 2016. There are 73 students placed in 9 locations around Borobudur Temple. They are: Lotus 2 Jl. Balaputra Dewa no.54; Desa Gerabah ‘Pak Poyo” Jl. Waringin; Rajasa Jl. Badrawati no. 2 Borobudur; Cempaka Villa dan Spa Guest Jl. Badrawati, Ngaran Lor no.1 Borobudur; Cempaka Guest House Borobudur Jl. Medang Kamulan no.8B Borobudur; Omah GarengPoeng Jl. Kalangan, Tingal Wetan no. 197 Desa Wanurejo Borobudur; Candirejo Tourism Village Jl. Candirejo, Borobudur; Rumah Boedi Borobudur Dusun Tingal, Wangunrejo, Borobudur and Tingal Laras Art House Home Stay Tingal Kulon, Wangunrejo, Borobudur. Widya Nur Rochmah, one of the students who practices in Rumah Boedi, said “I can speak English fluently by practicising it in front office and restaurant. I help the tourist when they want to check in and out, I also explain the menu and the services in Rumah Boedi”. “I get a lot of new experience,” added Maharani Wulan Pratiwi, the other student who practices in Rumah Boedi. Novita Irmawati, one of the students who practices in Desa Wisata Candirejo, said, “I can meet many foreigners to practice my English, They are from United States, Singapore, Australia and France.”  “I also explain how to make Gerabah in Desa Gerabah ‘Pak Poyo’,” uttered Kartiko, the other students. The outcome from this programme are videos about their activities, brochures and progress reports. This programme is guided by Moch. Malik Al Firdaus, M.Pd. and Lilia Indriani, M.Pd. This course also uses a facebook group (EFT in Practice) as the bridge to control the students’ activities and post some pictures. (lilia)

 

On-Going: Untidar will open Master’s Degree program in English Language Education

           The need of the graduates of English Language Education in society particularly in Eks Karesidenan Kedu for better education has contributed an idea to open a Master’s Degree program at Untidar. The society such as in-service teachers demands more from the university, especially in the education’s quality since its status as a state university on the first of April 2014. One of the prominent reasons they ask the university to open Master’s Degree program is because teachers have full-time jobs and it is hard for them to commute to Semarang or Yogyakarta.

           Since 2015, Untidar has sent 11 proposals to Indonesian Directorate General of Higher Education (DIKTI). One of the programs is Master’s Degree in English Language Education.

            Dr. Dwi Winarsih, M.Pd., the coordinator of the Master’s Degree in English Language Education explains that there are nine criteria that must be fulfilled as the requirements. However, there are several criteria that must be revised first before the program can be approved in August 2016. Last but not least, the team has to do the best job so the hope of the society to have better education in Eks Karesidenan Kedu can be achieved. (CA-WR)