ENGLISH DEPARTMENT: BEING READY TO BE EDUPRENEUR

Entrepreneurship is one of the courses in English Department in which it is aimed at giving students insight on issues related to small and middle business, more particularly one relevant with English.

Indrotomo, M.Pd. the lecturer of Entrepreneurship denotes “at first the students’ mindset of entrepreneurship course is about culinary business, then, I change their mindset to make a business plan that relates to English.” He asks the students to be edupreneurs. He states that Edupreneur stands for Educational Entrepreneur or an entrepreneur that relates to the public education system. In the class, he asks the students to make English courses such as English for Specific Purposes, English for Conversation, TOEFL course, and produce School-Based Material.

To support the teaching learning process, the lecturer invites native speakers who have knowledge in marketing, business strategy, and plan organizer. They are Alex (Canada), Catherine (Canada), Mathew (UK), and Laura (Spain). By inviting the native speakers in the class, the students get additional materials about international business.

In addition, the students also have knowledge how to be good edupreneurs and practice their speaking’s proficiency. That’s why the students are enthusiastic about joining the class. Zaqy Mubarok, the student of Entrepreneurship says “I think Entrepreneurship course is good, especially when there are native speakers in the class. My friend and I are happy when we can communicate to the native speakers and we can know their culture too”

In the future, the lecturer hopes the students can apply the theories about English business plan. Moreover, the lecturer has a continuing program to invite the native speakers from Netherlands to share their business experiences. (CA – AW)

Mahasiswa PBSI Semester 2 Praktikan Teknik PORPE Pada Kuliah Kemampuan Membaca 2

FKIP-UNTIDAR (29/6). Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNTIDAR praktikan teknik PORPE pada kuliah Kemampuan Membaca 2 setelah melaksanakan kuliah teori 2 sks. Pada saat mempraktikan teknik PORPE ini, mahasiswa terlihat antusias dan aktif dalam mengikuti kuliah. Hal ini, sesuai dengan penuturan salah satu mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester 2 Sahrul Mubarok yang ketika diwawancarai tentang tanggapannya setelah mempraktikan teknik PORPE yaitu teknik ini sangat menarik sekali karena selain memahamkan mahasiswa mengenai materi bacaan tertentu, mahasiswa pun dapat bercerita atau mempresentasikan hasil yang dibacanya dengan baik. Lebih lanjut, Sahrul mengatakan “Saya sangat antusias sekali karena saya bisa menceritakan apa yang sudah saya baca dengan baik dan teknik ini juga menghibur.”

Teknik PORPE (Predict, Organize, Rehearse, Practice, Evaluate) merupakan teknik yang dikembangkan Simpson (1986) untuk membantu siswa dalam merencanakan secara aktif, memonitor, mengevaluasi, dan mempelajari materi-materi tertentu dalam mempersiapkan ujian esai. Adapun langkah-langkah dari teknik ini, yaitu (1) predict (membuat prediksi berupa pertanyaan-pertanyaan esai), organize (mengorganisasikan konsep dalam bentuk mind mapping), rehearse (melatih kembali dengan cara mepresentasikan di depan), practice (praktik; menuliskan kembali dengan bahasanya sendiri), dan evaluate (evaluasi yaitu menjawab pertanyaan esai yang dibuat oleh dosen).

Dengan demikian, teknik PORPE ini sangat membantu mahasiswa karena teknik ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menangkap materi tertentu dan lebih khusus lagi, PORPE diarahkan untuk membantu mahasiswa ketika akan menghadapi ujian esai. (Ayu)

EFT1 Final Project: Vlog, to Act What You Think

The heart of learning is experiencing. The Final Project of English for Tourism 1 (EFT1) is designed to accommodate students’ expression in learning, focused on bringing the theoretical aspects of the subject through experience. The final project is in line with the basic competencies targeted by the course, which are able to reach an understanding of the definition of tourism and its aspects.

Nowadays, Video Log (later is called Vlog) is so hype. Vlog is basically a form of blog which the medium is video. It’s often combine embedded video (or a video link) with supporting text, images, and other editing attributes. Taking mostly the concept of documentary, Vlog has successfully winning the heart of the most video-sharing application users, youngsters. The medium is very popular yet resourceful for the course since it bridges the need assessment of the course.

To complete the requirement of the subject, each student must submit a 5-minute- Vlog of his or her tourism activity. Reading the text is prohibited since one of the purposes of the project is to check their clear understanding of the tourist destination concept verbally. The general theme for this semester is: Tourist Destination. Technically students must go to the-already-well-known tourist attractions or any other spot that has the potential. They are encouraged to be able to explain the ins and outs of that particular travel destination and apply the theoretical knowledge of the concept of an ideal tourist destination given in the class. Students are also invited to give their opinions and suggestions about the travel destination he/she had chosen. Either back sound editing or animation is permitted as long as it is not disturbing the substance. Collectively the students are then required to upload his/her Vlog to the class’ Youtube account.

So far there are positive comments from the students. Indra finds the project interesting since it gives him a chance to getaway from his routines. “We are having opportunity to explore various destinations, prices, accommodations and else, just like what we have studied in class, in reality. Moreover, students today love Vlogging to express our activities. We can shape our ability to speak, to show appropriate gesture or facial expression and to work with our camera so that we will be able to be confident in expressing ourselves about something”.  Niken adds “I got experience and information about a place which I haven’t known before. Somehow it is a kind of relaxation in the midst of hectic Final Exams. Though, I find difficulties in telling spontaneously since I have to think about grammar and vocab. Editing part is also challenging.”

Winda Candra Hantari, the lecturer of EFT 1 says that “Vlog brings benefits to the learning process, although EFT 1 extensively covered the theory, which is the foundation of English for Tourism but actually the theoretical knowledge given in the class should be checked in the real enclosure themselves through experience. Students are stimulated to have unique perceptions of the knowledge gained in the classroom. I’ll be very happy if later they can find something which can be learned from this project more than they have studied in class” To add the spark of up-to-date technology in the class, students are stimulated to familiarize themselves with online video-sharing application.(wd)

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia S-2 FKIP Untidar

Beberapa waktu lalu tim yang dibentuk oleh Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) menyerahkan berkas-berkas untuk dievaluasi oleh panitia tingkat universitas. Penyerahan berkas-berkas tersebut terkait dengan pengajuan prodi baru di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tidar. Setelah dievaluasi, panitia tingkat universitas mengunggah berkas-berkas tersebut ke DIKTI. Jika pengajuan prodi baru tersebut berhasil disetujui, FKIP akan memiliki prodi baru pada tingkat strata 2, yaitu Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia S-2 FKIP Untidar.

Menurut koordinator tim prodi PBSI, Drs. Hari Wahyono, M.Pd., proses pengajuan prodi baru melalui beberapa alur. Pada tingkat universitas terdapat panitia yang akan melimpahkan penyusunan berkas pengajuan prodi baru ke tingkat fakultas. Fakultas membentuk tim atau panitia pelaksana pembukaan prodi baru berdasarkan prodi yang sudah ada. Jika prodi baru tersebut belum memiliki prodi pada jenjang S-1, fakultas akan membentuk tim khusus.

“Di tingkat universitas ada panitia. Panitia itu menyerahkan (pelaksanaan penyusunan berkas) ke fakultas. Fakultas ke prodi, prodi yang relevan, atau membentuk tim khusus. Kalau belum ada prodi yang relevan, (membentuk) tim,” ujar Hari Wahyono di sela-sela kesibukannya di Prodi PBSI, Kamis (22/6/2016).

Beberapa dosen PBSI terlibat sebagai panitia pelaksana pembukaan prodi baru Pendidikan Bahasa Indonesia S-2 FKIP Untidar di tingkat prodi. Selain Drs. Hari Wahyono, M.Pd. selaku koordinator tim, ada beberapa dosen lain yang bertindak sebagai anggota tim, yaitu Dr. Yulia Esti Katrini, M.S., Molas Warsi Nugraheni, M.Pd., Imam Baihaqi, M.A., dan Rangga Asmara, M.Pd.

Pengajuan prodi baru tersebut disambut baik oleh dosen-dosen PBSI. Salah satu dosen PBSI, Asri Wijayanti, M.A., mengharapkan prodi baru tersebut dapat turut meningkatkan kualitas prodi PBSI yang berada pada jenjang S-1.

“Dengan adanya prodi baru, prodi yang S-1 lebih meningkat kualitasnya soalnya kan sudah ada prodi baru,” ujar Asri saat ditemui di prodi PBSI, Kamis (23/6/2016).

Pengajuan prodi baru juga memacu semangat dosen di Prodi PBSI untuk menempuh studi jenjang S-3 agar kelak dapat menjadi pengajar di prodi baru tersebut. Salah satu syarat mengajar di prodi jenjang S-2 adalah seorang dosen minimal harus sudah bergelar doktor. Ketika ditanya tentang ketertarikan menjadi pengajar di prodi baru tersebut, Asri, pun dengan semangat menjawab, “Tertarik (mengajar di S-2), setelah S-3.”

Setelah di-review oleh DIKTI, saat ini proses pengajuan prodi baru tersebut sedang berada pada tahap revisi oleh panitia pada tingkat prodi. Kemudian, melalui panitia pada tingkat universitas, berkas-berkas tersebut akan diunggah kembali ke DIKTI. Jika proses pengajuan prodi baru tersebut berjalan lancar, pada tahun ajar 2017-2018, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar akan membuka Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia S-2 FKIP Untidar. (IS)

Penandatanganan Nota Kesepahaman Hiski dan Universitas Muhammadiyah Magelang

Pada Selasa, 21 Juni 2016 telah dilaksanakan penandatanganan nota kesepahaman HISKI Kedu dan Universitas Muhammadiyah Magelang. Penandatanganan ini terkait dengan kerjasama antara HISKI dan universitas-universitas di wilayah eks karesidenan Kedu. Kali ini, penandatanganan langsung dilakukan oleh ketua HISKI Kedu, Imam Baihaqi, M.A., yang didampingi bendahara Winda Candra H., M.A., dengan Dekan FKIP UMM Drs. Subiyanto, M.Pd. Imam Baihaqi dan Winda Candra H merupakan dosen FKIP Untidar.

HISKI, akronim dari Himpunan Sarjanan Kesusastraan Indonesia merupakan sebuah organisasi yang berisi akademisi-akademisi sastra di seluruh Indonesia yang memulai geliat barunya. Hiski merupakan organisasi profesi yang terbuka dan mandiri. Didirikan pada tanggal 17 November 1984, organisasi ini mewadahi pengembangan gagasan pada ranah sastra di Indonesia dan bertujuan untuk kemajuan pengetahuan pendidikan dan kebudayaan.

HISKI Kedu resmi dideklarasikan pada Kamis, 2 Februari 2016 di Universtas Tidar melalui pemilihan oleh 15 perwakilan dari 5 universitas di eks Karesidenan Kedu. Kelima universitas itu adalah Untidar, UMM, UMP, UMNU dan Unsiq. Perwakilan yang hadir di Universitas Tidar yang pada akhirnya menjadi sekretariat HISKI Kedu tersebut memilih dan mengangkat Imam Baihaqi, M.A., sebagai ketua HISKI di wilayah yang dahulu merupakan Karesidenan Kedu.

Penandatanganan ini memiliki banyak sekali kemanfaatan bagi universitas-universitas yang tergabung dan bekerjasama dengan HISKI, khususnya bagi Untidar dan FKIP Untidar. Saat ini FKIP memiliki jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang di dalamnya mengajarkan dan mengembangkan kesusastraan Indonesia. Selain itu, FKIP Untidar juga memiliki jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dengan keilmuan sastra yang telah dikembangkan dan diharapkan akan semakin berkembang mengingat pada pelaksanaannya, para lulusan yang nantinya menjadi guru di tingkat pendidikan menengah, harus menguasai Ilmu Sastra semenjak sastra telah diajarkan sejak Sekolah Menengah Pertama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.

Hiski sebagai organisasi yang akan sangat mendukung perkembangan kesusatraan di Indonesia ke depan juga telah mencanangkan banyak program terkait keilmuan dan pengembangan sastra dan budaya di Indonesia. Agenda-agenda tersebut beraneka ragam mulai dari keilmuan sastra hingga cipta karya sastra. (al/wd)

TOURISM GOES TO CAMPUS

One of the biggest industries in Indonesia is Tourism. As an English Department at FKIP, Tidar University, one of the elective courses is English for Tourism in Practice. It is offered in semester six. This course provides students with the competence of using English in tourism fields and it also provides students with the real and practical experiences related to tourism fields. Moch. Malik Al Firdaus, M.Pd., as the English Department Coordinator, said “Practices in the real tourism objects is really beneficial to improve the students’ competence not only in speaking but also to understand the culture and respect the diversity.”

This field work programme starts on March 17th  –  July, 2nd 2016. There are 73 students placed in 9 locations around Borobudur Temple. They are: Lotus 2 Jl. Balaputra Dewa no.54; Desa Gerabah ‘Pak Poyo” Jl. Waringin; Rajasa Jl. Badrawati no. 2 Borobudur; Cempaka Villa dan Spa Guest Jl. Badrawati, Ngaran Lor no.1 Borobudur; Cempaka Guest House Borobudur Jl. Medang Kamulan no.8B Borobudur; Omah GarengPoeng Jl. Kalangan, Tingal Wetan no. 197 Desa Wanurejo Borobudur; Candirejo Tourism Village Jl. Candirejo, Borobudur; Rumah Boedi Borobudur Dusun Tingal, Wangunrejo, Borobudur and Tingal Laras Art House Home Stay Tingal Kulon, Wangunrejo, Borobudur. Widya Nur Rochmah, one of the students who practices in Rumah Boedi, said “I can speak English fluently by practicising it in front office and restaurant. I help the tourist when they want to check in and out, I also explain the menu and the services in Rumah Boedi”. “I get a lot of new experience,” added Maharani Wulan Pratiwi, the other student who practices in Rumah Boedi. Novita Irmawati, one of the students who practices in Desa Wisata Candirejo, said, “I can meet many foreigners to practice my English, They are from United States, Singapore, Australia and France.”  “I also explain how to make Gerabah in Desa Gerabah ‘Pak Poyo’,” uttered Kartiko, the other students. The outcome from this programme are videos about their activities, brochures and progress reports. This programme is guided by Moch. Malik Al Firdaus, M.Pd. and Lilia Indriani, M.Pd. This course also uses a facebook group (EFT in Practice) as the bridge to control the students’ activities and post some pictures. (lilia)

 

On-Going: Untidar will open Master’s Degree program in English Language Education

           The need of the graduates of English Language Education in society particularly in Eks Karesidenan Kedu for better education has contributed an idea to open a Master’s Degree program at Untidar. The society such as in-service teachers demands more from the university, especially in the education’s quality since its status as a state university on the first of April 2014. One of the prominent reasons they ask the university to open Master’s Degree program is because teachers have full-time jobs and it is hard for them to commute to Semarang or Yogyakarta.

           Since 2015, Untidar has sent 11 proposals to Indonesian Directorate General of Higher Education (DIKTI). One of the programs is Master’s Degree in English Language Education.

            Dr. Dwi Winarsih, M.Pd., the coordinator of the Master’s Degree in English Language Education explains that there are nine criteria that must be fulfilled as the requirements. However, there are several criteria that must be revised first before the program can be approved in August 2016. Last but not least, the team has to do the best job so the hope of the society to have better education in Eks Karesidenan Kedu can be achieved. (CA-WR)

 

 

 

 

 

 

Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNTIDAR Tampung Aspirasi Mahasiswa Melalui “2 Jam Bersama Prodi”.

Prof. Dr. Sukarno M. Si. sebagai dekan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan  membuka agenda “2 Jam Bersama Prodi“ yang mana merupakan program kerja dari Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris ( EDSA ) pada Rabu (8/6). Acara tersebut dibagi menjadi dua sesi untuk mewadahi aspirasi atau keluh kesah dari mahasiswa FKIP prodi pendidikan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia terkait kegiatan perkuliahan selama ini yang mana dapat terselenggara berkat kerjasama antara Himprodi Pendidikan Bahasa Inggris (EDSA) dengan Himpro Bahasa Indonesia.

Sesi pertama acara tersebut dilaksanakan oleh Himprodi Pendidikan Bahasa Inggris (EDSA) pada pukul 09.00 WIB di auditorium Universitas Tidar. Tidak kurang dari 20 orang dosen dari prodi bahasa Inggris yang diundang untuk turut serta mendengarkan aspirasi dan keluh kesah dari mahasiswa prodi bahasa Inggris semester dua hingga semester delapan yang hadir di acara tersebut.

Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNTIDAR tampung aspirasi mahasiswa melalui "2 Jam Bersama Prodi".

Salah satu mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNTIDAR menyampaikan saran dan kritik dalam “2 Jam Bersama Prodi”.

Banyak mahasiswa yang mengeluarkan pendapat mereka bahkan langsung dihadapan para dosen mereka. “Acara tersebut memang dirancang sebagai audiensi untuk mewadahi semua aspirasi dan keluh kesah atau pun pendapat mereka pada kegiatan perkuliahan di FKIP khususnya di prodi bahasa Inggris“, ucap Aziz Alwi selaku ketua Himprodi Pendidikan Bahasa Inggris (EDSA).

Semua aspirasi dan keluh kesah dari mahasiswa akan ditampung dan dievaluasi melalui rapat internal yang akan dilaksanakan oleh dekan FKIP beserta para dosen terkait. Pihak panitia pun telah menyiapkan quisioner kurang lebih sejumlah 250 lembar untuk penilaian kinerja para dosen dari sudut pandang mahasiswa.

“Saya sangat setuju dengan acara 2 jam bersama prodi ini karena bisa menampung segala keluh kesah dan aspirasi mahasiswa yang mungkin selama ini kami selaku mahasiswa merasa bingung untuk menyampaikan aspirasi kami ini, menurut saya acara seperti ini harus dilaksanakan juga oleh fakultas lain agar para mahasiswa tidak mengeluarkan aspirasi mereka di tempat dan momen yang tidak tepat“, ungkap Luqman hakim, mahasiswa FKIP PBI.( Aziz)

Untidar Bersastra melalui Gelar Sastra

Salah satu penampilan mahasiswa dalam Gelar Sastra 2016

Salah satu penampilan mahasiswa dalam Gelar Sastra 2016.

Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tidar (Himpro PBSI) mengadakan acara Gelar Sastra pada Jumat (17/6). Acara yang dimulai pukul 14.30 WIB itu bertema “Menuju Senja dengan Bersastra.” Selain Mahasiswa PBSI, acara ini juga dimeriahkan oleh mahasiswa-mahasiswa dari fakultas lain di Untidar, seperti Fakultas Pertanian, Ilmu Sosial dan Politik, Teknik, dan Ekonomi. Beberapa tampil mewakili komunitas, beberapa lainnya kelompok pribadi.

Acara dibuka oleh Koordinator Program Studi PBSI Untidar, Rangga Asmara, S.Pd., M.Pd. “Acara ini sebagai ruang bagi seluruh Mahasiswa Untidar untuk menampilkan bakat-bakat sastra mereka yang sebelumnya masih terpendam,” ujar Rangga Asmara. Mohammad Dwi Raharjo, ketua panitia, juga menambahkan acara ini bertujuan untuk mengakrabkan sastra kepada para pemuda, khususnya mahasiswa. “Sastra tidak hanya milik orang tua, tapi orang-orang muda juga harus bersastra,” imbuhnya.

Sebanyak 130 orang memenuhi lapangan parkir FKIP Untidar sore itu. Hadir pula Sastrawan Magelang, Bambang Eka Prasetya, yang turut membacakan puisi. “Acara ini dimeriahkan dengan 13 penampilan dari mahasiswa, dosen, dan pegiat sastra. Diantaranya baca puisi, musikalisasi puisi, akustik, nyanyi tunggal dan grup, serta stand up comedy, ” tambah Sela Trilastari, sekretaris Gelar Sastra.

Meskipun sempat diguyur hujan, para peserta tetap bertahan sampai acara selesai sekitar pukul 19.00 WIB. Rangga Asmara menambahkan antusias mahasiswa dalam bersastra menumbuhkan semangat bagi Progam Studi PBSI FKIP Untidar untuk menyediakan wadah bagi mereka melalui kegiatan-kegiatan sastra lainnya.

Gelar sastra merupakan agenda tahunan Himpro PBSI. Kali ini, acara tersebut bertepatan dengan bulan Ramadan sehingga diadakan juga pembagian takjil untuk seluruh peserta. (Asri)

Final Test runs well

The final tests on FKIP campus in the academic year of 2015/2016

The final tests on FKIP campus in the academic year of 2015/2016

The implementation of the final tests on FKIP campus in the academic year of 2015/2016 has been started on Monday, 20 June and will be end on Saturday, 2 July, 2016.

“So far, the implementation is running well.” said the head of language and art, Lilia Indriani M.Pd. “The main problems which we faced before such as unorganized test seat and the fake test card have been solved”.

This final test is the second piloting project dealing with giving seat number. In the past, students might assume if they came earlier they could take the strategic position. But, for today they can’t do it. Since the first implementation on the midterm test weeks, the situation has changed significantly.

Another prior problem found at FKIP dealt with the fake test card has been solved. The lecturers have been taught how to differentiate between the original version and fake version of test card. Beside that, the new system helps the lecturers a lot. If the students’ names are not in the attendance list, it means they haven’t paid and they can’t take the test.

In this final test, some faculty members are supervising the implementation of it. They are observing the strengths and weaknesses. It is hoped that we won’t encounter big problems in the future. (WR)